Cindy Play The Game

463 48 15
                                    

Saranku, kalau baca ceritaku, jangan pernah di-skip narasinya karena semua penjelasan ada di narasi. Jadi, jangan cuma fokus di dialog ya, manis-manisku ^^.

Semoga masih kangen sama Aren dan Dekan, ya! Selamat membaca!

Clue bab ini: PELAKOR dan PENGKHIANAT. EW!

***

Dekan memasuki tenda khusus dirinya yang memang sengaja disediakan oleh timnya. Setelah berdiskusi panjang dengan pihak sekolah, akhirnya tim film Dekan menyepakati keinginan pihak sekolah untuk tidak menggunakan salah satu kelas di sekolah tersebut agar tidak mengganggu jam belajar-mengajar. Jadi, di sinilah Dekan sekarang, di tenda terbarunya, dan disambut tampang Aga yang super runyam.

"Oh, no, no. Jangan sekarang khotbahnya. Gue masih harus reading ulang. Oke? Nanti kita telat syuting lagi, gue lagi yang kena sama sutradara." Dekan langsung berbicara, sebelum Aga mengumpatinya. Beberapa tahun bersahabat dengan manajernya itu memang cukup membuat Dekan andal untuk menangkap sinyal kemarahan Aga bahkan sebelum cowok itu berbicara.

Aga membanting script tepat ke pangkuan Dekan yang baru saja duduk di kursi makeup-nya.

"Thank you. Gue kira script gue ilang, taunya lo yang pegang!" pekik Dekan girang.

Namun, Aga sama sekali tidak tersenyum. "Lo kemaren dateng ke kantor Pak Khalid?"

Dekan yang baru saja akan membaca script-nya, langsung menutupnya, menghela napas, lalu menatap Aga dengan tatapan serius. "Iya. Dia manggil gue karena gosip gue ciuman sama anak sini. Lo kena omel?"

"Dia telepon gue tadi pagi. Suruh gue bersihin semua gosip ini. Belom kelar masalah gosip lo yang ciuman, malah lo tambah dengan pura-pura jadi driver ojol tadi pagi demi nganterin tuh cewek. Gila ya lo? Lo sadar gak, sih? Lo tuh lagi terlibat film romansa, yang mengharuskan lo bangun chemistery sama lawan main lo, si Jasmine. Kalo lo malah kena skandal receh begini, film lo mana mungkin laku!"

"Dilan laku-laku aja, tuh, walaupun pemeran ceweknya jadian sama orang lain."

"Si Bego! Emang pas awal-awal filmnya, hubungan si cewek sama cowok barunya udah ketauan? Kan, belom! Penonton dibikin baper abis-abisan dulu sama si Iqbaale dan Vanessa."

Dekan tersenyum mengejek. "Tau aja lo! Admin lambe ya?"

"Tai lo!"

"Eits, yang lo taiin ini bos lo lho, Ga," jawab Dekan enteng.

Aga tertawa. Ah, percuma memang mau jadi manajer yang tegas. Kalau sudah berhubungan dengan sahabat karibnya ini, semuanya malah akan jadi guyonan.

"Tapi, serius deh, ada apa sih lo sama cewek itu?"

Dekan membuka kembali script-nya, lalu membacanya perlahan, sebelum akhirnya menjawab, "Lucu aja dia. Suka."

Sedetik.

Dua detik.

Tiga detik.

"HAHAHAHAHAHA ANJRIT ANJRIT!" Aga terpingkal-pingkal sampai akhirnya jatuh terduduk di sofa, samping meja makeup Dekan. "Sejak kapan lo bisa bilang 'cewek', tuh, lucu? Terus apa tadi? Suka? Lo suka sama cewek? Sejak kapan, gils, seorang Dekan bisa bilang suka sama cewek?" Aga kembali tertawa. Ia bahkan sampai menghapus setitik air mata yang muncul di ujung kelopak matanya.

"Omongan lo, woy! Gue berasa homo baru insyaf!" Dekan menendang-nendang kecil kaki Aga.

"Merinding gue liat lo bucin begini! Berasa kiamat bentar lagi!"

Is That You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang