I'M NOT KISSING!

1.4K 124 16
                                    


Aga sedang duduk santai di sofa ruang tamu ketika suara pagar rumahnya terdengar dibuka. Cowok itu segera bangkit dan membuka pintu rumahnya. Benar saja, bosnya sudah kembali setelah empat jam mengantar pulang seorang siswi yang ia duga sangat galak itu. Empat jam, itu sangat cukup untuk mengira bahwa Aren memiliki rumah di Bandung, daripada di dekat sekolahnya.

Setelah memarkirkan si Ganteng di carport, Dekan menghampiri temannya itu yang sedang bersandar pada salah satu kusen pintu dengan sorot mata yang seolah berbicara menuntut penjelasan darinya.

"Gak lecet, Bro. Udah gue kasih minum malah. Full tank!" Dekan cengengesan seraya melempar kunci mobil Aga kepada sang pemilik. "Gue balik dulu, ya. Mana kunci motor gue?"

"Rumah tuh cewek di Bandung? Apa Cirebon? Lama amat." Aga berbicara sembari melangkah masuk ke dalam rumahnya. "Sini lo, masuk dulu. Kita harus ngomongin soal jadwal syuting lo, nih."

"Ga, besok aja deh ngomonginnya. Gue harus ke sana sekarang, udah kangen."

Aga kembali ke teras rumahnya, lalu duduk di salah satu kursi yang memang selalu bertengger di sana. "Lo beneran mau ke sana sekarang? Udah malem gini."

"Sejak kapan gue takut jadi anak malem?" guyon Dekan.

"Becanda mulu lo. Gue serius. Lagian, besok pagi juga lo pasti udah disuruh dateng lagi ke sini. Lo kayak gak tau si Anjing Galak satu itu aja."

Dekan berusaha tersenyum ketika mendengar sebutan si Anjing Galak dari mulut Aga. Ya, pria tua itu memang pantas menyandang sebutan itu. Bahkan kalau perlu diubah saja menjadi si Anjing Keparat!

"Dia kan yang punya agensi, dan gue artisnya yang tadi baru aja bikin skandal di tempat lokasi syuting. Jadi, gue udah paham kok konsekuensinya. Lo tenang aja, gak usah goyang gitulah."

Aga menendang pelan kaki Dekan yang berdiri di depannya. "Masih aja gak gentar lo ya." Ia tertawa pelan.

"Ya udah, gue mau jalan sekarang nih. Mana kunci motor gue?"

Aga mengorek kantong celana pendeknya dan mengambil kunci motor temannya itu dari sana. "Nih! Udah kangen banget apa?"

Dekan tertawa seraya berjalan ke arah garasi untuk membawa keluar motor vespa yang baru dua hari lalu dibelinya. Bukan, Dekan bukan pecinta barang-barang lama kok. Ini juga bukan jenis vespa mahal ataupun dibilang antik. Untuk urusan motor, ia tak pernah ingin membeli yang mewah. Apalagi ketika ia akan mengunjungi seseorang yang sangat dicintainya ini, Dekan akan menanggalkan seluruh kemewahannya karena ia sama sekali tidak pantas menunjukannya di hadapan wanita itu.

"Kangen banget, Ga!" jawabnya ketika sudah menyela motor vespanya.

"Awas lo kalo sampe kenapa-napa!"

"Pokoknya besok pagi lo jangan lupa buka line today, Ga," ucap Dekan sedikit berteriak karena suara vespanya yang sangat kencang.

Aga mendekati Dekan yang sudah duduk di atas vespanya, di luar pagar. "Kenapa emang?"

"Jaga-jaga kalo gue kenapa-napa pasti muncul di bagian entertainment."

"Goblok!" Aga tertawa seraya menjitak pelan helm Dekan sebelum cowok itu mulai melesat dari hadapannya.

***

Aren keluar kamar seraya mengelap rambutnya yang terbalut handuk putih. Akhirnya, setelah hampir seharian dia dijemur di tengah lapangan, Aren bisa membasuh tubuhnya yang sudah terasa lengket. Kalau terus-terusan mendapat hukuman seperti ini, bisa-bisa tubuh putih Aren menjadi seperti arang.

Is That You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang