This Crazy Guy!

1K 108 11
                                    

BRAK!

Remiya terjingkat di kursinya karena ulah Aren yang membanting tas seenaknya ke atas meja. "Assalamualaikum kek, ngucapin selamat pagi kek, cium gue kek, atau apa gitu! Ini malah merengut sambil banting-banting tas. Kenapa lagi sih?"

Sumpah ya, dada Aren rasanya mau meledak. Kalau bisa diliat isi hatinya sekarang, ada letupan-letupan air mendidih dan batu segede galon. Pokoknya, panas dan nyesek karena kesal. Dengan wajah semakin menekuk, Aren mengentakkan kaki sebelum duduk di samping Remiya.

"Kenapa sih? Udah dateng telat, masih juga marah-marah." Remiya mendekatkan wajahnya ke wajah temannya itu dengan pandangan menyelisik. "Gue tau nih... pasti Nega ya? Nega kan? Ya kan?!!! Ngapain lagi dia kemarin? Ngomong apa lagi dia? Monyet emang tuh or−"

"Heh heh heh, kok jadi cewek ngomongnya kasar banget sih. Gak boleh."

Remiya langsung mendelik kesal begitu yang menjadi objek pembahasannya tau-tau sudah nongol di hadapan mereka. Ya, Aren sampai di sekolahnya ketika jam istirahat masih berjalan. Namun, masih tersisa lima belas menit lagi sebelum pelajarannya dimulai. Jadi, Nega yang berbeda kelas dengannya masih bisa seenaknya masuk ke kelas mereka.

"Gara-gara lo nih! Aren bete! Lo ngapain dia lagi?" Kalau saja seisi kelasnya masih sepi, Remiya tidak segan-segan ngamuk-ngamuk di hadapan Nega saat ini.

Nega tersenyum. "Iya, Remiya. Maaf ya, ini gue mau jelasin semuanya ke Aren. Makanya, gue ke sini. Yuk, Ren." Cowok itu langsung mengulurkan tangannya ke depan Aren yang sama sekali tidak meliriknya sedikit pun sejak tadi.

Aren bergeming, pandangannya lurus ke depan. Ia sama sekali tidak selera menanggapi ucapan pacarnya itu, ups, pacar atau udah mantan ya? Yeah, apa pun itu, Aren sudah malas berurusan dengan Nega dan segala ucapan sok manisnya.

Merasa diabaikan, Nega menarik kursi di samping meja Aren, lalu duduk di sana. Kemudian, ia meraih kedua pundak Aren dan dengan lembut namun tegas mengarahkannya untuk menghadapnya. Awalnya, Aren tetap membuang muka, tapi ia luluh juga begitu Nega terus berusaha mendapatkan perhatiannya.

Aren menghela napas, lalu menatap Nega. "Apa? Mau ngomong apaan?"

"Gue sama Cindy gak ada apa-apaan. Gue emang liburan ke Bali sama Bokap-Nyokap, terus gue gak tau kalau Cindy ternyata liburan juga ke sana." Akhirnya, Nega berhasil menjelaskan. Mungkin kemarin emosinya tak terkendali karena kehadiran Dekan yang menurutnya sangat menyebalkan.

"Lo ngajak dia?"

Nega menghela napas merasa lelah dengan tuduhan Aren. Tapi, ia tetap memberikan senyum. "Gak, Aren. Buat apa? Kalo gue bisa ngajak orang, ya gue maunya ngajak lo-lah."

"HALAH! TUKANG BOONG LO! DASAR FIAN!" teriak Remiya, bermaksud menyindir Nega, tapi sengaja mengalihkannya pada Fian yang baru saja mendudukkan diri di depan meja mereka.

"Dih gue! Baru juga nempel pantat gue," sungut Fian.

Remiya langsung mengusap kasar wajah Fian. "Ah, Fian, sa ae lo. Dasar tukang boong, tukang gombal, tukang selingkuh."

"APAAN SIH REM AH!" Fian berusaha menghindar dari amukan tidak jelas Remiya. Mulutnya megap-megap karena Remiya terus mengusap kasar wajahnya.

"Rem, apa sih," bisik Aren, yang sadar temannya itu tengah menyindir Nega.

Nega meraih tangan Aren, menggenggamnya kuat. "Maafin gue ya..., hm?"

Is That You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang