Sorot matahari mulai membelah kegelapan fajar. Suasana hutan masih sedamai beberapa jam lalu. Cahaya kemerahan membentang di garis timur cakrawala.
Derap seringan kapas pagi itu terdengar menuju sebuah ruangan.
Pintu terbuka perlahan.
Sayup-sayup, gadis bersurai hitam panjang yang masih terbaring lemah bisa menangkap suara langkah yang kian mendekat. Kening Izumi mengernyit samar.
Di mana dia?
Cakra siapa itu?
Kenapa kelopak matanya terasa berat sekali untuk terbuka?
Tiga detik berlalu, usahanya untuk membuka mata akhirnya berhasil.
Silau.
Ia mengerjap pelan.
Iris jegalanya bersitatap dengan sosok Itachi yang tengah tersenyum tipis di sisi kanan ranjang. Wajah lelaki itu pucat, mata kelamnya samar-samar berkelabut warna merah. Kental, seperti darah.
Izumi berusaha mendudukkan diri. Kepalanya denyut nyeri. Ia meringis.
"Jangan banyak bergerak," Itachi membantunya untuk kembali rebahan.
Izumi menurut, tidak dalam keinginan untuk protes. "Kau ... Itachi Carroline yang malam itu?"
Kedua sudut bibir lelaki itu tertarik samar, ia mendudukkan diri ke tepi ranjang. "Ya."
"Jadi, kau benar-benar serius dengan ucapanmu saat itu, ya?" Izumi bertanya, setengah sangsi.
"Kenapa tidak? Aku tidak mungkin mengingkari ucapanku sendiri."
"Lalu, apa yang akan terjadi padaku setelah kau menghisap darahku? Apa aku akan berubah menjadi sepertimu?" Itachi menatap dalam iris jelaga Izumi, lalu meluruskan pandangan.
"Tidak. Aku hanya memberimu sedikit racun dari tubuhku. Tenang saja, kau tidak akan berubah menjadi sepertiku."
Sebenarnya, apa tujuan Itachi menolongnya?
Kenapa ia merasa, sikap lelaki itu sangat janggal?
Kenapa Itachi sampai harus meminum darahnya?
Izumi tidak mengerti.
Apa Itachi salah satu shinobi yang terbuang?
"Jangan berpikiran macam-macam jika tidak mau kondisimu semakin memburuk, Izumi. Aku ke sini untuk memeriksamu saja."
"Hanya itu?" Izumi memandang Itachi tak percaya, satu alisnya melengkung naik membuat Itachi menghela napas.
"Baiklah. Sebenarnya, aku juga ingin menanyakan sesuatu."
Kening Izumi mengerut dalam, ekspresi Itachi terlihat lebih serius dari beberapa saat lalu. "Apa?"
"Jawab dengan jujur, siapa dirimu yang sebenarnya dan dari mana asalmu?" Itachi bertanya to the point, tidak peduli ia baru saja siuman.
Gadis itu melengos, sejenak membuang napas berat. "Aku bukan siapa-siapa. Hanya anggota klan yang terbuang, dengan keberuntungan bisa lolos dari pembantaian menyebalkan itu. Aku juga tidak punya tempat lagi setelah ini."
Dipenuhi luka yang terbalut amarah, Itachi bisa melihat dendam sedang berkobar di mata Izumi. Jelas sekali. Tapi... tidak. Itachi akan tetap menuntaskan pertanyaannya. Ada satu hal yang harus dia pastikan.
"Oh, begitu ya? Apa aku boleh tau siapa klanmu? Dan kenapa bisa, kau sampai sekarat waktu itu?"
Pandangan Izumi bergulir, netranya menghunus tajam Itachi. "Tsk. Bukankah kau bisa membaca pikiranku?! Harusnya kau tidak perlu banyak bertanya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐵𝑙𝑜𝑜𝑑𝑦 𝐴𝑛𝑖𝑚𝑜𝑠𝑖𝑡𝑦
FanfictionTentang Itachi dengan segala rahasianya. Tentang Izumi dengan semua dendam dari masa lalunya. Tentang pelarian Shisui, dan pengejaran ketiganya terhadap Danzo. Mereka tidak menyangka jika jalan yang mereka pilih malam itu akan menimbulkan kekacauan...