"Itachi, bukankah kau sudah berjanji akan menjelaskan semuanya?" Izumi bergumam lirih, kepalanya merunduk lesu.
Percuma. Rasanya benar-benar percuma, Izumi tidak akan mendapatkan jawaban apa pun selain keheningan. Orang yang baru meninggalkannya beberapa detik lalu sudah tak bisa lagi tertangkap oleh penglihatannya.
Dulu ...
Dulu sekali. Itachi tak pernah se-tak-acuh ini padanya. Tak pernah berbicara sedingin beberapa saat lalu. Itachi dengan senang hati mau menceritakan apa saja yang ingin Izumi tahu-selama masih dalam batas wajar. Lalu, sekarang?
Izumi menggeleng pelan. Mungkin, perihal Itachi menjadi sosok drakula memang begitu sensitif untuk dibahas. Ia harus maklum.
Lagipula, semua itu sudah terjadi beberapa tahun silam, saat mereka masih kanak-kanak. Saat mereka belum terlalu mengerti betapa kejamnya dunia.
Sekarang, keadaannya berubah. Bahkan sejak malam di mana Itachi masuk kembali ke dalam hidupnya, keadaannya sudah tidak sama lagi.
"Bersedih, eh?" Pertanyaan sarkas yang diiringi oleh kekehan ringan itu berhasil menyentak Izumi.
Gadis bersurai hitam itu refleks memutar tubuh, tepat beberapa meter di belakangnya berdiri seorang lelaki pemakai topeng bermotif spiral.
Izumi menyipit tak suka, tubuhnya mulai siaga. Meski sharingan di mata lelaki itu tidak aktif, tapi keberadaannya cukup memberikan sinyal bahaya.
"Kau?"
"Tenanglah, aku tidak berniat membuat kekacauan." Mata lelaki itu menyipit geli, jelas sekali ia sedang tersenyum di balik topeng.
Izumi berdecih, muak akan kehadirannya. "Tidak tahu diri! Mau apa lagi, kau?"
"Hanya ingin memastikan keadaan kalian."
"Dan dengan bodoh aku akan memercayaimu? Jangan harap!"
Tobi atau seseorang yang pernah Shisui sebut sebagai Madara Uchiha itu, terkikik senang. Sosoknya terlihat jauh berbeda dari terakhir kali Izumi bertemu. Tampak tidak berbahaya, meski aura intimidasinya masih tetap terasa.
"Kau galak juga ternyata. Hmm, aku lupa. Sepertinya, kau memang galak sedari awal. Hehehe,"
"Apa maumu?" Sejenak, Izumi ragu. Orang di hadapannya ini, benarkah sosok yang telah membantai klannya?
Kenapa sikapnya santai sekali?
Izumi sudah bersiap mengeluarkan kunai, kalau-kalau lelaki Uchiha di depannya itu memberi serangan kejutan.
"Tidak ada," Tobi mengendik tak acuh, terlihat tak peduli sama sekali akan sikap waspada Izumi.
Ia meregangkan otot-otot tangannya seraya menguap cukup lebar, hingga membuat Izumi mengernyit heran. Gelagatnya tampak jelas, meski ekspresinya tersamarkan oleh topeng.
"Seperti yang kukatakan tadi. Aku hanya ingin memastikan keadaan kalian. Dan berhati-hatilah, hutan ini sepertinya sudah tidak aman lagi. Mereka telah menyebar ke berbagai titik."
"Apa maksudmu?"
Lelaki itu terkekeh pelan, "Kau pasti mengerti yang kumaksud. Huh, aku benar-benar mengantuk. Sepertinya, aku harus segera pergi?"
Izumi tak sempat bertanya lagi. Karena setelah mengatakan itu, sharingan Tobi tiba-tiba saja aktif. Tatapannya berubah menusuk, lalu tubuhnya perlahan lenyap dalam teleportasi yang lelaki itu ciptakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐵𝑙𝑜𝑜𝑑𝑦 𝐴𝑛𝑖𝑚𝑜𝑠𝑖𝑡𝑦
FanfictionTentang Itachi dengan segala rahasianya. Tentang Izumi dengan semua dendam dari masa lalunya. Tentang pelarian Shisui, dan pengejaran ketiganya terhadap Danzo. Mereka tidak menyangka jika jalan yang mereka pilih malam itu akan menimbulkan kekacauan...