Hari libur adalah hari yang paling di gemari semua murid sekolahan karena mereka dapat bebas melakukan aktivitas selain belajar. Salah satunya adalah tidur. Bukan Fara namanya jika bangun saat matahari belum berada tepat di atas. Tidur adalah hobi yang paling digemarinya, cewek canti dan sangat manja bernama Fara.
Fara sangat malas untuk pergi ke tempat yang disebut sekolah. Lebih tepatnya tidak ada niatan untuk belajar di sekolah. Coba saja orang tuanya tidak memaksanya untuk bersekolah, dia pasti tidak akan pergi ke neraka yang disebut sekolah itu.
"FARAA! BANGUN!" suara melengking itu terdengar dari luar pintu kamarnya.
Nama yang di panggil oleh teriakan maut itu pun langsung terbangun dari mimpi indahnya. Di pipi kanannya terlihat sebuah bercak dari air liur yang masih sedikit tersisa di ujung bibirnya. Matanya masih setengah terbuka dan rambutnya acak-acakan seperti orang kesetrum.
"FARA! NANTI KAMU BISA KETINGGALAN KERETA!" teriak lagi seseorang dari luar pintu kamarnya.
Mendengar lengkingan untuk kedua kalinya membuat Fara langsung membelakkan matanya. Matanya terbuka dengan sangat lebarnya. Bola matanya terlihat akan keluar saat itu juga. Kini, dia seratus persen terjaga dari mimpinya.
"Aaarg! Iyaa! Gue lupa!. Tadi alarmnya gue matiin. Anjir!" Fara berteriak histeris menuju pintu kamarnya.
Saat Fara membuka pintu. Tepat di depannya berdiri wanita paruh baya yang tengah bersidekap dan menatapnya tajam.
Ia tersenyum lebar setelah melihat wajah wnita di hadapannya yang tak lain adalah mama tersayangnya. "Good Morniingg, Moomm!" Fara membuka kedua lengannya lebar-lebar dan mendekati mamanya hendak memeluk wanita itu.
"Ih! tuh ilernya bersiin dulu! Jorok banget sih kamu!" Nia mencoba mundur tapi tubuhnya sudah mentok membentur tembok.
"Hehe," Fara melepas pelukannya dan mundur satu langkah . "Fara lupa, tadi alarmnya Fara matiin terus tidur lagi," ucapnya kembali nyengir memperlihatkan giginya yang masih kuning.
"Udah sana buruan mandi. Jangan banyak ngomong, mulut kamu masih bau jigong!" ketus Nia lalu pergi meninggalkan Fara yang mengecek bau mulutnya sendiri.
Selesai mandi dan bersiap untuk pergi Fara kemudian turun dan mendekati Nia yang sedang memasak di dapur. Nia terlihat sangat sibuk menyiapkan sarapan untuk empat orang di keluarga itu. Fara membuka lemari pendingin dan mengambil susu UHT yang biasa ia minum saat pagi hari. Dia juga mengambil gelas miliknya yang bergambar Minnie Mouse lalu menuangkan susunya pelan sambil mencuri pandang menatap adiknya yang tengah sibuk mengunyah.
"Dagingnya keras ya? Dari tadi gue liatain, lo udah lima menit loh ngunyah tuh daging," ketus Fara lalu meminum susu yang sudah ia tuang pada gelas kesayangannya.
Rano hanya menggeleng pelan lalu menelan paksa daging yang belum pas untuk di telan. Ya, dagingnya memang sangat keras. Selalu seperti itu saat Nia memasak daging. Tapi Rano tak ingin menyakiti hati Nia dan tetap memakan masakan mamanya dengan lahap. Padahal dia bisa mati kapan saja hanya karena menelan daging yang masih setengah mentah itu.
Fara hanya terkekeh mencoba mengejek adiknya itu. Rano memang dua tahun lebih muda darinya, tapi sikap dan pikiran Rano dua tahun lebih dewasa ndari Fara. Hal itu mungkin terjadi karena Fara sudah lama di manja dan ia menyukai itu. Sedangkan Rano tidak terlalu suka di manja.
"Ma, Fara sarapan nanti aja ya, takut ketinggalan kereta." Fara menyampirkan totebag hitamnya dan menarik handle koper sebelum di geretnya.
"Terus kamu mau sarapan di mana?" tanya pria paru baya yang duduk di ujung meja makan sebelum melahap sarapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZFAR ✔️
Novela Juvenil"Kamulah yang sebelumnya sangat aku benci, kamu yang sekarang telah membantu mengubah diriku, kamu yang saat ini dan nantinya aku inginkan" -Farrata Agnia "Kamu ,perempuan kedua yang sebelumnya sangat aku benci, kamu perempuan kedua yang mampu mengu...