Satu

13.6K 376 18
                                    

Rinai hujan membasahi jendela kamar ku. Rintik suaranya membuatku mengayun-ayun terbawa kantuk. Sudah lewat setengah jam aku membaca cerita sahabat Nabi. Tapi tak satu pun melekat di otakku. Padahal besok pagi aku bertugas menceritakan salah satu kisah sahabat. Entah kenapa tugas seperti itu sangatlah sulit bagiku. Sejenak kemudian lagu Clap Seventeen menyadarkanku dari kantuk, tanda telepon masuk. Dari Kak Dela, mentorku. Dengan segera aku mengangkat telpon dan saling bertanya kabar dengan Kak Dela. Kalau sudah komunikasi lewat telepon kami sering lupa waktu.

'Eh Iya..kemarin kakak dikabarin dari pengurus. Kumpulan kelompok besok kalian diminta membawa foto ya..'

Aku mengiyakan, lalu mengalihkan pembicaraan tentang tugasku bercerita. Aku memohon-mohon pada kak dela untuk diberi kelonggaran untuk tugas ini. Kak dela kemudian membalasnya dengan kuliah tujuh menit, tentang betapa pentingny bagiku mempelajari kisah-kisah teladan itu. Hingga akhirnya Kak Dela menutup telepon, katanya mau melanjutkan pekerjaan. Aku yang sempat berharap bebas dari tugas ini, harus kembali tersadar.

Pukul 05.30 pm
Teriakan ibu menyadarkanku untuk segera bersiap shalat maghrib. Aku dan ibu biasa shalat berjamaah di rumah, tentunya kalau aku sedang dirumah. Karena terkadang aku masih ada acara di kampus dan pulang bakda maghrib. Sedang ayah dan kakak laki-laki ku selalu shalat di masjid. Aku mengambil air wudhu dan menyiapkan tempat shalat.

"Zura, kamu yang imamin ya.."
"Kok gitu Bu?..kan kemarin udah Zura.."
"Nggak papa lah..Ibu suka denger bacaan kamu."

Aku lalu tersenyum mendengar pujian Ibu. Kami lalu melaksanaan shalat maghrib dan setelahnya aku membaca al-quran sebentar.

'Wa-ankihuul ayaamaa minkum wash-shaalihiina min 'ibaadikum wa imaa-ikum in yakuunuu fuqaraa-a yughnihimullahu min fadhlihi wallahu waasi'un 'aliimun'

"Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui."
QS. An-Nur ayat 32

Ibu menyiapkan makan malam untuk keluarga. Setelah selesai mengaji aku bergegas ke dapur dan membantu Ibu menyiapkan makan. Ibu tersenyum ke arahku.

"Zura, tadi baca surat apa? Isinya bagus."tanya Ibu padaku.

Kakakku yang baru datang ikut-ikut bergabung. Aku pun mengatakan tentang surat yang kubaca. Setelahnya Ayah juga ikut bergabung ke meja makan. Ayah hanya berdeham menanggapi pembicaraan kami. Sudah berkali-kali mereka membicarakan ini, membujukku untuk segera menikah. Seperti biasa kakakku hanya terkekeh dan semakin mengompori ayah dan ibu.

"kemarin kata ayah, kamu udah waktunya dek."

"Ya kalau ada calon nya, ayah sama ibu cocok. Zura berangkat." jawabku dengan gurauan.

"Beneran hlo dek, nanti kakak langsung cus nyariin habis ini."

Aku hanya menelan ludah. Gimana kalau beneran? Apa aku sudah siap?

---

Pagi yang cerah membuatku bersemangat berangkat ke kampus. Seperti hari rabu pagi biasanya, aku dan teman-teman ada jadwal kumpulan kelompok. Seperti yang kusiapkan kemarin aku akan mengisi tentang cerita sahabat nabi. Setelah aku selesai, Kak dela menjelaskan sedikit materi tentang pernikahan. Aku tersenyum-senyum sendiri mendengar materi ini. Entah kenapa beberapa waktu belakangan dimana-mana banyak sekali yang membahas tentang pernikahan. Apa memang aku sudah cukup umur untuk menikah?

Menikah dengan separuh bayangmu✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang