Lelahnya prosesi pernikahan membuatku mudah tertidur. Untung saja aku tidak begitu ingat bahwa aku akan tidur seranjang dengan mas Rashif, kalau aku sadar ingat pasti aku tak akan bisa tidur. Aku tertidur pulas segera setelah aku membaringkan tubuhku. Setelahnya aku tak tahu apa yang terjadi.
Pukul 03.00 am, aku membuka mata ku dan hampir melonjak karena terkejut. Aku lupa kalau kemarin aku menikah dengan mas Rashif. Dan sekarang aku terbangun didepan mas Rashif yang sedang tertidur pulas. Dia tersenyum dalam tidurnya, membuatku betah memandanginya.
Aku membenarkan jilbab ku yang berantakan karena bangun tidur. Lalu aku mengambil air wudhu, dan hendak shalat tahajud. Sebelum shalat aku membangunkan Mas Rashif. Dia menolak untuk bangun. Mungkin karena kelelahan.
"Mas Rashif sudah shalat witir?" tanyaku sedikit berbisik. Dia lalu membuka mata dan beranjak bangun. Tersenyum ke arah ku.
"Maaf ya..harusnya aku yang bangunin." balasnya sambil mengusap-usap matanya.
"Nggak papa. Kebetulan aku sudah bangun duluan mas." jawabku sambil menyiapkan tempat shalat. Mas Rashif pergi ke kamar mandi dan berwudhu. Lalu dia mengambil tempat untuk shalat tahajud dan disaat yang sama aku juga shalat. Setelah adzan subuh berkumandang, kami melaksanakan shalat subuh berjamaah. Aku dan imamku.
---
---
Tiga hari kami menginap di hotel, menjalani hari-hari pertama menjadi sepasang suami istri. Dari tiga hari ini aku bisa melihat bahwa mas Rashif orangnya ramah dan hangat. Sore ini kami akan pulang ke apartemen mas Rashif tapi sebelumnya aku minta diantar ke rumah untuk mengambil baju dan beberapa barang.
Mas Rashif memang sudah sangat mapan, dia punya apartemen dan mobil dari hasil kerjanya sendiri. Dia bekerja sebagai dokter di sebuah rumah sakit swasta. Katanya kalau sudah hari aktif masuk dia pasti akan sangat sibuk. Berangkat pagi pulang pagi lagi. Dan aku harus mengerti itu.
"Tiga hari kamu nggak masuk kuliah han, nggak ketinggalan banyak?" tanya mas Rashif sambil menyetir.
"Nggak sih mas, ada tiga mata kuliah aja yang kelewat. Nanti bisa pinjem catatan ke teman." jawabku santai.
"Oh..katanya temen kamu kemarin kamu yang pertama. Maksudnya gimana tuh?"
"Itu yaa.. Diantara temenku sekelas, aku yang pertama menikah. Sebelumnya belum ada." jelasku sambil memainkan handphone.
"Ohh.." balas mas Rashif sambil manggut-manggut.
Kami sampai di rumah ibu, mereka menyambut kedatangan kami dengan bahagia.
"Pengantin baru cieee..mau nginep disini Shif?" tanya kakak ku sambil menepuk pundak mas Rashif.
"Maaf mas, nggak. Soalnya besok Rashif sudah masuk kerja." jawab mas Rashif sambil menengok ke arah kakak ku. Aku langsung berjalan menuju ke kamar ku di lantai atas.
Di jendela kamar, aku melihat bunga kesayanganku layu. Bunga pemberian yang sangat kusayang. Aku menatap bunga itu sekejap, lalu menyemprotkan air dan berharap dia segar kembali.
"Itu bunga apa? kesayangan ya?" tanya mas Rashif yang ternyata mengekori ku ke kamar.
"Iya..bunga pemberian, kalau pemberian itu tak penting bunganya bagus atau tidak. Semua pasti terasa indah." ucapku sambil menatap Mas Rashif. Lalu Mas Rashif mengambilkan koper ku yang ada di atas lemari.
"Bawa aja yang bener-bener dibutuhkan ya.. Apartemen mas sempit. Nggak cukup buat banyak barang." katanya sambil duduk di ranjang.
Aku mengangguk sambil merapikan dan memilah baju, tidak butuh waktu lama untuk memenuhi koper ku. Aku berjalan ke depan kamar, melihat sepatu ku. Kemudian mas Rashif mengikuti ku.
![](https://img.wattpad.com/cover/131513188-288-k670850.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan separuh bayangmu✔️
EspiritualBayangan.. apa gerangan hebatmu, duhai bayangan? kalaupun kupeluk erat, tak kan ada rasa yang tertinggal. Lalu? Haruskah aku terus mengejar bayangmu? yang semakin ku kejar, akan semakin jauh.