Zura's pov
Beberapa minggu ini aku tak lagi kesepian, karena ada Lisa yang selalu mengekoriku kemanapun aku pergi. Kecuali PKK, katanya ibu-ibu biasanya terlalu ramai membicarakan orang. Dia takut jadi bahan mereka, tahu sendirilah perutnya kian hari kian membesar. Entahlah, aku masih tak tau dia hamil anak siapa. Bukan dia yang tak mau bercerita, tapi hanya saja aku terlalu cuek menghadapi semua ini. Ya Allah, maafkan hambamu yang tak peka ini.
Hmm..soal Akira. Sambil lalu aku membiarkannya lewat saja dalam kehidupanku. Aku tak peduli, toh Mas Rashif tak cerita. Berarti memang bukan apa-apa. Masa lalu.
Seperti hari rabu biasanya, hari ini aku ada kelompok dengan teman-teman. Lisa pun ikut ke kampus, sayangnya dia tak mau ikut kelompok katanya belum mau pakai jilbab. Padahal sah-sah saja kalau dia mau pakai baju apa saja.
"Makasih mas, sudah diantar." ucapku sambil mencium tangan suamiku.
"Iya Han. Nanti pulangnya nunggu sekalian ya. Aku ke rumah sakit cuma sampai jam 5."
"Jangan ih, Zur. Kita nanti pulang sendiri aja. Aku mau belanja." sela Lisa.
"Ih, apaan sih Lis. Kalau mau belanja, belanja aja sendiri. Jangan ajak istriku." seru Mas Rashif. Duh, mereka mulai lagi.
"Ssst...apaan sih kalian. Iya nanti kita nungguin Mas Rashif. Kalau Lisa mau belanja, sekalian nanti. Ok?"
"Iyain aja lah biar cepet." keluh Lisa.
Mas Rashif ikut terkekeh bersamaku. Dan setelahnya Mas Rashif kembali ke mobil menuju rumah sakit.
"Kamu beneran nggak mau gabung?" tanyaku pada Lisa sekali lagi. Dia menggeleng.
"Aku di taman ini aja ya."
"Iya deh."
Aku lalu segera berpamitan menuju masjid.
---
"Jadi begitulah kita akhiri pembahasan tentang say no to valentine's day, mungkin ada yang ditanyakan atau usul tema selanjutnya gitu?" ucap Kak dela.
Aku mengangkat tangan. Ada sedikit yang mengganjal ketika orang-orang muslim memperbincangkan valentine atau apalah itu.
"Iya? Gimana Zur?" tanya Kak Dela.
"Kenapa sih kak kita bahas itu tadi? Alasannya gitu. Soalnya sih ya, menurutku. Eh maaf ini opini pribadiku sih Kak." ucapku berniat menjelaskan tanpa adanya kesalahpahaman. "Aku pribadi, mungkin juga Afra, Kak dela atau yang lain sebenarnya kan nggak inget sama yang namanya valentine. Nggak mikirin, nggak kepikiran juga. Karena banyak hal lain yang terlintas di pikiran kita. Seperti tentang kajian, siroh, tarikh, dan lain-lain."
"Bener Zur, lalu?"
"Tapi justru karena kita, atau banyak kajian-kajian yang bahas ini tepat di hari yang katanya valentine atau sekitar bulan februari. Justru membuat kita selalu teringat dan memikirkan itu. Meskipun kita berkata say no, dan say no. Tapi bukankah salah kalau itu justru membuat kita ingat?"
"Waaahh..jinjja uri Zura. Jjang!!! Tebaik banget soal mikirin hal-hal yang nggak kita pikirin." seru Afra sambil terkekeh.
"Ada benarnya juga sih pendapat kamu Zur."ucap Kak dela ikut menanggapi.
"Apa dong alasannya Kak?" tanyaku lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/131513188-288-k670850.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan separuh bayangmu✔️
EspiritualBayangan.. apa gerangan hebatmu, duhai bayangan? kalaupun kupeluk erat, tak kan ada rasa yang tertinggal. Lalu? Haruskah aku terus mengejar bayangmu? yang semakin ku kejar, akan semakin jauh.