Dua Puluh

3.8K 202 5
                                    

Happy reading..
Like, comment juseyoo...😊
حيا بنا يكتب!!

🌻🌻🌻

Di bawah langit senja yang begitu merona, aku melihat sosok yang belakangan menjadi kesayanganku. Yang tanpa kusadari selalu kurindukan di setiap jam-jam kerjaku. Yang walaupun tanpa kuucapkan selalu saja, dia menganggap betapa pentingnya keberadaanku di matanya. Tapi inilah diriku, yang selalu saja tak bisa menenangkan hari-harinya dengan kesederhanaan yang dia dambakan.

Hana menangis karenaku. Dan ini bukan pertama kalinya.

"Aku mencintaimu Han." Ucapan itu keluar begitu saja ketika kulihat tangisnya pecah tanpa suara.

Serentak dengan ucapan itu aku pun mendekapnya dalam pelukanku. Memeluknya erat, dan menepuk pelan punggungnya yang bergetar.

Tangisnya tumpah dalam diam. Padahal kuharap dia terisak, menumpahkan segalanya hingga tak akan tersisa kesedihan apapun di benaknya setelah ini.

“Tidak perlu menenangkanku dengan kata-kata semewah itu mas. Aku menangis. Tapi baik-baik saja." Ucap Hana dengan suara bergetar. Aku merinding mendengarnya, hampir-hampir menangis juga.

Aku melepaskan pelukanku. Memposisikan wajahku di hadapannya. Sepertinya jantungku berdegub lebih kencang dari biasanya, karena melihat Hana dengan selekat ini. Dan dengan perasaan tak karuan seperti ini. Aku terluka telah membuat Istri-ku- ini menangis.

"Lihat Aku Han."

Aku memegang wajah halusnya, mengusap airmata yang membasahi kelopak mata indahnya. Bekas-bekas air mata itu membuatku semakin sakit.

"Aku tidak hanya sedang menghiburmu, Han. Aku bersungguh-sungguh. Hatiku sakit melihatmu menangis karenaku. Aku akan lebih terluka ketika melihatmu terluka seperti ini." Ucapku patah-patah.

Air mata istri-ku- mengalir lebih banyak. Dan selanjutnya dia terisak.

“Aku sungguh sangat mencintaimu, seperti seharusnya suami mencintai istrinya. Aku sungguh-sungguh."

Hana mengangguk. Lalu menghambur dalam pelukanku. Tubuh kecilnya masih terasa bergetar. Isakannya masih terdengar pelan di telingaku.

Aku menepuk-nepuk pelan punggung atasnya.

“Jangan menangis Han. Jangan menangis istriku. Aku akan berusaha lebih menunjukkannya. Menunjukkan bahwa aku benar-benar mencintaimu."

Aku mengucapkannya dengan setulus hati. Yang dibalasnya dengan anggukan.

“Eheem… eheem.."

Seseorang berdeham membuatku teringat bahwa aku dan istriku sedang ada di pinggir pantai. Ada dua rekan kerja ku tengah berjalan melewati ku. Tentu mereka lah yang barusan berdeham, menggodaku. Hana melepaskan pelukannya, lalu menunduk dalam-dalam. Dia begitu manis ketika tersipu.

Aku jatuh cinta.

“Maaf ya. Nggak sengaja tadi kita lewat. Ternyata pantainya lagi disewa buat bulan madu ya? ledek salah seorang.

Aku terkekeh. Berbeda dengan istri-ku- yang justru tersipu.

Setelahnya Aku dan Hana memutuskan untuk kembali ke hotel untuk shalat maghrib berjamaah.

---

Gyeolhone daeoyo
Joheun sarameul manna
Joheun sarangeul hago
Joheun jibeul mandeulgeos
Na geuge eoryeowo

Menikah dengan separuh bayangmu✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang