Sembilan Belas

3.7K 192 5
                                    

Zura's pov

Beberapa kali aku mengerjapkan kedua mataku, tak bisa tidur. Mas Rashif sedari kemarin belum juga pulang, katanya ada keadaan darurat pasien lagi banyak-banyaknya dan beberapa staff bertugas ke luar kota. Alhasil, aku sendirian dari kemarin.

Hfff... Lisa sekarang sudah tidak disini. Batinku.

"Pasti Mas Rashif lelah banget, semoga besok bisa pulang." ucapku sendiri.

Beberapa kali aku mencoba memejamkan mata, lalu membukanya kembali. Menutupnya dengan bantal. Dan bergerak kesana kemari, tetap sulit tidur dalam kondisi khawatir. Khawatir kalau Mas Rashif kelelahan dalam bekerja atau lupa makan atau sampai malah jatuh sakit. Naudzubillah min dzalik.

Aku mengambil handphone dan mengirim pesan pada Mas Rashif.

Me
Mas, Masih sibuk ya?
belum bisa pulang?
Jangan lupa sempatin buat istirahat ya..

Setelah mengirim pesan, Aku memandangi layar handphoneku lama. Berharap suami-ku- membaca dan menjawab pesanku.

Dua menit

Lima menit

Sepuluh menit

Sampai hampir tiga puluh menit belum ada tanda-tanda pesan nya dibaca. Aku menghela napas, kemudian bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Mengambil air wudhu dan melaksanakan tahajud.

Selesai shalat tahajud Aku tertidur di atas sajadah, tadinya aku mau menunggu subuh sekalian sambil membaca kisah sahabat. Tapi mungkin karena benar-benar lelah, aku akhirnya tertidur.

"Han..subuh dulu yuk." Aku mendengar sayup suara Mas Rashif diantara kerasnya Adzan subuh masjid dekat apartemen. Puncak kepalaku seolah diusap lembut oleh seseorang.

Apa aku segitu rindunya dengan mas Rashif sampai-sampai terbawa mimpi. Batinku.

"Han... subuh yuk." Suara mas Rashif sedikit lebih keras setelah adzan selesai.

Haduuuh...aku benar-benar merindukan dia ternyata. Alhamdulillahnya dia suamiku, jadi mimpiin dia nggak papa kan?

Aku tersenyum dalam tidur dan mimpiku. Selanjutnya aku memutuskan untuk membuka mata.

Haaa...

Aku terlonjak, terkejut. Ternyata aku bukannya memimpikan mas Rashif, tapi kenyataan mas Rashif sudah pulang. Aku mengangkat wajahku. Menengok wajah mas Rashif sebentar, lalu tersenyum. Semanis mungkin.

"Kenapa kaget gitu Han?"

Aku hanya meringis malu.

---

Dua bulan setelah Lisa tak lagi tinggal di apartemen, hari-hari berlalu seperti biasanya, Aku menyiapkan keperluan Mas Rashif, Mas Rashif berangkat pagi pulang malam. Hari rabu Aku masih ikut kelompok dan hari ahad kajian rutin bersama Mas Rashif di Masjid kampus. Tak lupa setiap ada waktu luang menjenguk Billa di luar jam kerja Mas Rashif, membawakan dan membacakan buku-buku cerita untuknya.

Hari-hariku menjadi sedikit lebih membosankan. Untungnya terkadang Lisa menelpon untuk sekedar bilang perutnya berasa begah dan membuatnya susah tidur. Dan segala ocehannya membuatku sedikit iri. Astaghfirullah.

"Han, minggu depan itu mas mau ke luar kota lagi. Kali ini mau ikut?" Tanya Mas Rashif sambil serius menyetir.

"seriusan?" tanyaku memastikan. Sebelumnya mas Rashif pernah nawarin juga, tapi pas sudah dekat waktunya ternyata aku tidak bisa ikut.

Menikah dengan separuh bayangmu✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang