5. HUJAN PERTAMA

81 37 47
                                    

Happy Reading ♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading ♡

******

"Lu nangis aja disini Lala, sampai lu tenang baru gue izinin pulang." Ucap Ziyan sambil sesekali mengelus rambutku. Akupun menuruti ucapannya dan benar saja aku menangis dalam pelukan Ziyan.

Setelah beberapa saat

"Tunggu dulu, dia ini lagi nyoba buat nenangin atau lagi nyari kesempatan dalam kesempitan." Tanyaku dalam hati setelah sadar dan berhenti menangis tapi masih dalam berada pelukan ziyan.
"Tadi dia sendiri yang bilang gak usah nangis, sekarang dia yang nyuruh nangis dipelukannya."

"Lala tau engga ini hujan pertama," Tanya Ziyan yang langsung mematahkan kecurigaanku dan melepaskan tubuhku seolah - olah tahu bahwa orang yang dipeluknya ini sudah tidak menangis lagi.

Aku mengangguk sambil melihat rintikan hujan yang sepertinya akan reda.

"Gue udah lama banget nungguin hujan." ucapnya lagi.

"Kenapa, panas ya ?" Tanya ku frontal sambil menyeka air mata yang masih tersisa.

Diam sejenak "Bukan." Jawab Ziyan sambil menunggingkan bibirnya membentuk sebuah senyuman kecil nan manis
"Lu mau ikut - ikutan juga nge bully Bekasi ?" tanyanya sok tahu yang memang sedikit betul itu.

"Eih engga gitu maksudnya, bukannya disini aja kok yang panas kalau lagi musim kemarau di Bogor juga panas , dan riset BMKG bilang kota terpanas itu bukan di Bekasi tapi di Branti ( Lampung ) atau Bima ( NTB ) yang suhu panasnya bisa sampai 40 derajat celcius sedangkan Bekasi hanya 35 - 36 derajat celcius, itumah anak alay aja yang sok ikut - ikutan nge bully Bekasi " jawabku panjang agar mengelak dari tuduhan Ziyan.

Lagi - lagi dia tersenyum mendengar rentetan alasanku. "Bukan panas nya," ucap Ziyan.

"Terus ?"

"Menurut gue hujan itu menyenangkan, disetiap tetesnya memancarkan ilusi yang menenangkan."

"Menenangkan apanya,  dan ilusi ?" gumamku sendiri.

Seolah dia bisa membaca pikiranku, langsung saja dia meluruskan ucapannya tanpa ku bertanya.


"Jadi hujan itu ibaratkan penghapus dia bisa menghapus ingatan, kenangan terutama kenangan pahit yang pernah dialami meskipun cuma sementara." Tutur Ziyan.

Dari ucapan Ziyan barusan, aku bisa melihat sisi lain dari Ziyan yang katanya terkenal dingin dan angkuh itu. Dan aku yakin Ziyan orangnya sangat hangat.

"Emh, bau tanah." Ucapku memecahkan keheningan.

"Petrichor."

PETRICHOR (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang