13. SEGELAS TEH

57 16 29
                                    

"Rosela! Selaa.... Sela......." Dengan nada khawatir, suara lembut seorang wanita berderu di telinga sambil sesekali menepuk pipi kiri dan kanan. Tidak lupa juga, wangi minyak khas kayu putih menyeruak di hidung. Aku hampir tidak tahan dengan baunya.

Kukerjapkan kedua mata sambil memegang kepala yang pusing. Bu Nasya, ibu Asri, Andi, Gilbas, Chandra, Yoseph, Nova dan masih banyak lagi orang yang mengerubuniku. Kenapa mereka melihatku begit- ah, ia aku baru sajaa...Batinku sambil mencoba membangunkan diri dari tempat tidur. Aku langsung sadar kejadian barusan yang menimpaku. Konyol memang, pingsan karena ulah sendiri.

"Udah Rosela tiduran aja, istirahat!" Pinta bu Nasya sambil menahanku bangun.

Sepertinya, gaya gravitasi ku lebih besar dari pada yang lain. Sungguh seluruh badan, terutama kepala sangatlah berat. Dengan ringan hati akupun menuruti perintah bu Nasya untuk tetap berbaring.

"Ayo-ayo semuanya bubar. Rosela sudah sadar. Beri ruang biar dia tidak sesak!" Perintah bu Asri pada yang lain agar keluar dari ruangan kecil bercat putih yang bertulisan UKS. Setelah bubar dan hanya menyisakan bu Nasya, Nova dan Andi. Suasana ruangan menjadi lebih baik dari sebelumnya.

"Nak, ibu pergi dulu ya, kalau ada apa-apa bisa panggil ibu saja." Ucap bu Nasya dengan lembutnya. "Kalian jaga Rosela, kalau dia ingin pulang buat surat keterangan dulu di ruang guru. Bisa diwakilkan sama kalian." Lanjutnya berbicara pada Nova dan Andi.

"Ia, terimakasih banyak ya bu." Jawabku berbarengan dengan Nova.

"Sel gua duluan, bel sudah masuk. Kalau pengen pulang biar gua yang buat surat izin sekalian sama ambil teh hangat gimana?" Andi menawarkan diri.

"Ia gih, sana buatin!"

"Eh yang sakit kan bukan lu, tapi dia." Celetuk Andi sambil menyipitkan matanya ke Nova.

Nova bertolak pinggang "Gue disini sebagai pembicara sementara Sela, jadi gue tahu apa yang dibutuhin sekarang."

"Heeeuhh..." desah Andi sambil berlalu pergi. Aku yang melihat percakapan mereka hanya senyum-senyum sendiri, bagaimana tidak, kedua orang ini dulunya sempat berpacaran singkat semasa SMP dan dipertemukan kembali di SMA yang sama, dan terlebih lagi sekarang disatukan dalam kelas yang sama.

Nova menatapku tajam "Kenapa senyum-senyum? gausah ngeledek yang baru sadar."

"Dih pede! Nov,mau nanya deh,"

"Apa?" Seraya mendekatiku.

"Heh! teh nya sudah jadi kata ibu Nasya ambil gih."

Kami berdua mengerjap agak kaget dengan suara barusan, karena suaranya memang cukup lantang. "Dasar cowok pea! trus buat apa dia kesana kalau gue juga yang ambil. Mentang-mentang danton paskibra seenaknya ngeluarin suara!" Gerutu Nova dan beranjak pergi sambil menghentakkan kakinya. "Sebentar Sel," lanjutnya.

Hanya bisa terkekeh geli melihatnya, aku jadi penasaran mereka dulu kayak apa. Nova-Nova lirihku sambil menggedekkan kepala.

Mencoba mengingat kembali kejadian barusan.

"Namaku dipanggil."

"Ambil bola."

"Dribble, sambil lari."

"Lompat-lempar bola,"

"Lalu, bolanya malah menyerangku sendiri, mangkaaanya pingsan!!" Bergidik ngeri atas ucapan sendiri.

"Aku jatoh, trus ada beberapa orang menghampiri, Lalu di bopong."

Berfikir keras

Membelalakkan mata sambil membuka mulut lebar tak percaya "dibopong! Ziyan! Sendirian!!" ucapku dengan suara yang lebih keras, karena memang pada saat itu, kondisiku masih setengah sadar.

"Ternyata kecil-kecil, berat juga ya." Ucap seseorang sambil membawa segelas teh dan meletakkannya di meja sisi kanan. Ucapan itu seketika membuatku terkesiap diam tak bergerak, mungkin hanya getaran di pipi, siapapun yang melihatnya pasti ada rona merah muda yang muncul di wajah.

Meletakkan punggung tangan di jidatku "gak panas, syukurlah." Lanjutnya dan siap berlalu pergi.

"Ziyan."

Membalikkan badan "kenapa?" tanyanya datar, namun dengan nada sedikit khawatir menurutku.

Suara agak serak purau "Makasih ya, udah nolongin berkali-kali,"

Tersenyum lucu sambil menggaruk kepala "ia, jangan lupa diminum teh nya!" Setelah itu berlalu pergi.

Tidak lama kemudian datanglah Nova sambil membawa segelas teh dan surat izin. Dia keheranan karena didapati, sudah ada minuman seperti yang dibawanya.

***
Hi guys, gimana nih ceritanya?

Masih nyambung gak sih?

Ditunggu kritik dan sarannya biar makin semangat nulisnya nih.

Mohon maaf bila dalam penulisan masih banyak yang salah, karena aku tidak pernah luput dari kesalahan wkwkw

Makasi buat yang sudah baca, ditunggu vomentnya

Love you readers
Salam sehat selalu❤

Krisan amal bagi anda, ilmu bagi saya.

Instagram : rosiliasan






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PETRICHOR (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang