"Iya iya minggir gue mau lewat." Jisoo buru-buru karena Taeyong udah nunggu di luar, sesuai janjinya, jam tujuh pagi jemput Jisoo.
Ten yang disenggol gitu aja dengan kakaknya cuma bisa pasrah. "Jangan lupa bawain oleh-oleh."
Jisoo nggak menggubris. Setelah sampai di di dalam mobil, barulah dia mengembuskan napas lega.
"Kayak orang dikejer hutang. Kenapa?"
Bukannya nyapa, atau romantis-romantisan, malah diledek. "Aku kira kamu bakal marah karena nungguin aku lama banget."
Taeyong ketawa. "Cuma lewat setengah jam dari jam 7, sayang. Ngapain marah kalau udah jelas aku pernah nungguin kamu dari jam setengah enam sampai jam delapan?"
Jisoo berdecak. "Kalau itu sih kamu yang salah, ya. Janjinya jam delapan tapi abis subuh dah di rumah."
"Itu tandanya aku gak bisa lama-lama gak ketemu kamu," goda Taeyong.
Jisoo cemberut aja. Gombalan Taeyong pasti bekas gombalan Yuta ke para gebetannya. "Udah ah, mana hadiahnya?"
"Kamu inget ya?"
"Ya kali aku bisa lupa, Yong," ringis Jisoo.
Taeyong menyentil dahi Jisoo, kemudian menyuruh pacarnya itu untuk tutup mata. "Kalau ngintip hadiahnya aku kasih Jiho aja."
Iya, Jiho. Entah apa yang dia lihat, sampai setengah mati suka sama Taeyong.
Tangannya terulur ke bangku belakang untuk mengambil sesuatu, sambil memastikan Jisoo nggak mengintip. Setelah itu, badan Taeyong kembali ke posisi semula.
"Coba diraba dulu, ditebak.. Apakah ini....."
Jisoo tertawa kecil denger suara Taeyong. "Hmm.. datar.. kayak kertas.. Ini koran buat makan gorengan ya?"
"Yakin?"
"Enggak yakin, sih. Ini.. Pokoknya kertas."
Taeyong mempersilakan Jisoo buat membuka matanya. Sambil harap-harap cemas Jisoo bakal seneng apa nggak dengan hadiahnya.
Pelan-pelan Jisoo membuka mata. Sangaaaaaaaat pelaan.
Dan, matanya membesar. Untuk pertama kalinya Jisoo berpikir, laki-laki mana yang bakal kasih hadiah kayak gini ke pacarnya?
