Mereka lagi duduk anteng di ruang tengah rumah Taeyong. Sambil lihatin pacarnya yang lagi buat tugas prakarya Seoyeon, Jisoo malah main lem.
Bukan dibauin, tapi Jisoo sengaja mengoles lem putih ke tangannya. Selang berapa menit, lemnya jadi kering dan Jisoo mengelupasnya dengan hati riang gembira. Untuk informasi, itu hobi Jisoo sejak SD.
"Pernah gak kamu sengaja beli lem cuma buat main gituan?" tanya Taeyong tanpa mengalihkan pandangan dari pekerjaannya.
Jisoo terkekeh. "Nggak pernahlah, aku kan sayang uang. Apalagi buang-buang uang demi pesen tiket ke Medan cuma buat drama. Nggak banget deh."
"Aku lagi pegang toples isi lem, bisa aja aku lemparin ke kamu kalau aku mau." Taeyong berdecak.
Tawa Jisoo akhirnya nyembur gak terkontrol. Seraya tetap melaksanakan hobinya, Jisoo nggak bisa menahan tawa sampai terpingkal-pingkal.
Jisoo bebas tertawa seperti itu karena orangtua Taeyong memang masih di pesawat, perjalanan pulang ke Jakarta. Soalnya kalau calon mertua ada di rumah, Jisoo mendadak berubah jadi malaikat tanpa sayap yang kadang buat Taeyong pengen ngelempar Jisoo keluar bumi.
➖
Sekarang masih jam sebelas pagi.
Seoyeon belum pulang dari rumah temennya, sedangkan orangtua Taeyong juga belum ngabarin apa-apa.
Jadilah berdua ini leha-leha di sofa ruang tengah sambil nonton TV. Taeyong ngetiakin kepala Jisoo, tapi Jisoo-nya terima-terima aja.
"Tapi aku pegel kamu ketiakin terus, beb," aku Jisoo.
Taeyong mengangkat lengannya dari kepala Jisoo. "Sini sini senderan di sini."
Jisoo senyam senyum malu pas disuruh senderan di dada Taeyong. Dia meletakkan kepalanya di bahu Taeyong, membiarkan pacarnya itu memeluk tubuhnya.
"Tumben ya kita cuma ngedate di rumah. Biasanya kamu ribet minta ke sana ke situ." Taeyong melirik Jisoo yang lagi ngedusel.
"Ya abisnya mau ke mana lagi?"
"Ke kolam pemancingan mau?"
Jisoo muter bola mata. "Aku bahkan diejek sama temen kelas karena sertifikat yang kamu kasih."
Taeyong menunjukkan senyum miringnya. "Mau lomba masak gak? Mumpung kompor dua-duanya lagi waras."
Jisoo langsung menegakkan badannya. Matanya yang kecil tiba-tiba berbinar. "Kalo kalah, apa hukumannya?"
"Kalo aku kalah, kamu boleh dandanin aku tiap mau ke kampus. Tapi kalo aku yang menang, kamu harus pasrah aku dandanin juga!"
Jisoo nggak langsung menerima ajakan Taeyong. Masalahnya, pacarnya ini benar-benar mendapat nilai terendah dalam hal fashion wanita. Ini terbukti dari pengalaman Jisoo saat Taeyong memaksanya memakai syal dan topi bundar padahal matahari lagi gak punya belas kasihan. Kata Taeyong, biar kayak cewe-cewe bule.
Yailah men.
"Oke tapi janji jangan norak!"
"Iya aku udah belajar style cewek jaman sekarang kok," sahut Taeyong.
Kemudian, setelah mereka menyiapkan semua peralatan memasak, bahan-bahan dan menyepakati aturan, lomba dimulai.
Taeyong yang sejatinya hanya bisa memasak mie goreng dan telur puyuh ditumis dengan sayur kangkung, akhirnya memilih untuk membuat sambel udang dan kentang.
Sedangkan Jisoo yang pernah mendapat juara 14 dari 15 peserta lomba memasak, dengan percaya dirinya memilih cumi-cumi tumis sebagai menu kali ini.
Namun jika dua orang ini bersaing, dunia akan memprediksi bahwa Kim Jisoo pemenangnya. Paling enggak, Jisoo cukup lihai di dapur dan mampu membuat makanan sederhana.
"Ngahahah kemenangan milikku!" ucap Taeyong di sela-sela kegiatannya memotong kentang.
Jisoo berdecak. "Jangan banyak omong deh, ya. Nanti yang ada aku nyicip air liur kamu yang nyiprat ke wajan."
Taeyong gak mau kalah. "Itu kamu ngomong, sama aja kan air liur kamu nyiprat ke cumi-cuminya?"
"Tapi kan air liur aku manis, bagai madu..." Jisoo mengibaskan rambutnya.
Dapur kediaman Lee Taeyong bagai pasar senin. Rame, dan tentu aja dipenuhi kata-kata saling mengejek.
Di saat Jisoo mulai memasukkan cumi-cumi ke wajan, ia melihat Taeyong menyirami udang dan kentangnya dengan minyak goreng.
"BODOH NGAPAEN LO KUDAA?!?!?"
"Kalo masak ya pake minyak lah, sayang!" teriak Taeyong yang masih fokus dengan kegiatannya.
"Kenapa minyaknya yang belakangan!!!!" pekik Jisoo.
Taeyong bergeming. "Ini teknik. Jadi aku salah?"
Kalau aja Taeyong bukan pacarnya, Jisoo pasti udah mukulin kepala Taeyong pake tudung saji. "Ya iya lah salah!"
Bukannya panik atau takut masakannya bakal kalah enak sama Jisoo, Taeyong hanya mengangkat alis dan bahunya. "Suka-suka aku lah, kok kamu yang ngatur."
Jisoo yang sadar bahwa pacarnya ini sok tau dalam hal memasak, memilih melanjutkan kegiatannya.
Selama beberapa menit, keduanya nggak ada yang bicara, sampai Taeyong yang memulai. "Sayang."
"Hm?" gumam Jisoo yang lagi minum.
"Kalo udah gini, apa lagi?"
"Udah siap? Emangnya yakin udah enak?"
Pertanyaan Jisoo seakan membangkitkan jiwa songong Taeyong di depan pacarnya. "Yakinlah!"
"Yaudah, salin di piring bagus terus tungguin aku bentar."
Taeyong menurut. Dengan setia dia menunggu pacarnya menyelesaikan masakannya. Sekilas, Jisoo mirip dengan Mamanya. Apalagi kalo di dapur gini, bener-bener dah. Taeyong ngerasa lagi liat masa depan.
"Udah nih! Liatin terus," tegur Jisoo. Taeyong tersenyum simpul.
"Yang jadi jurinya aku ya," kata Jisoo setelah mengambil dua sendok. Untuk dirinya dan Taeyong.
Taeyong kaget. "Nggaklah! Nanti kamu bilang masakan kamu yang enak."
"Nggak kok aku jujur. Masalahnya lidah kamu tu kayak mati rasa, gak bisa bedain masakan enak sama gak enak."
Taeyong hendak protes, sampai akhirnya dari pintu depan terdengar suara Seoyeon dan seorang laki-laki yang sangat teramat familiar di telinganya.
"LOH JAEMIN!?!?!? KAMU NGAPAIN SAMA SEOYEON!?"
Jisoo pengen nyebur ke kolam.
anyway yang belum tau siapa jaemin di sini, dia adeknya jisoo yang kata kalian kurang aDZARRR karena ngomong baru beli tisu power puff girls padahal kakaknya lagi mewek
baca aja Hartono Super Family untuk lihat keluarga inti kakak jisoo yaaaaa mwah
KAMU SEDANG MEMBACA
1995 hearts | Taeyong & Jisoo
Fanfictionside story of 'Hartono Super Family' - Daily love life of Kim Jisoo from the 'Hartono Super Family' and her boyfriend, Lee Taeyong! /// ⚠️ tip-off : contains lots of drama scene loves unv ©2018, lovegaritma