Ini tentang Venus.
Perempuan yang hanya ceria sesekali bahkan bisa dibilang langka, dan lebih sering bersikap penuh rahasia.
Ini mengenai hidupnya, yang bagai kisah dongeng belaka.
Venus perempuan pertama yang memikatku, sekaligus perempuan pertama yang membunuh perasaanku.
Bagaimana ini, Venus? Aku terlalu haus akan dirimu, kehidupanmu dan juga isi pikiranmu yang ingin sekali kubongkar lalu kuteliti dengan cermat sampai tak ada yang terlewat.
Baiklah, kurasa aku harus memulainya sekarang.
°•°•°•°
Mengenal Venus adalah awal mula dari semuanya, semua yang telah terjadi namun sudah menjadi kenangan semata.
Langit cerah atau pun guyuran hujan, bukanlah latar dari pertemuanku dengannya.
Melainkan langit malam lah saksi pertemuan kami.
"Permisi, bisa menyingkir sedikit?" Itu suara Venus, suara yang berat namun terasa enak didengar.
"Ya." Dan suaraku sungguh berbeda darinya, tapi jangan bayangkan aku memiliki suara nyaring, bukan seperti itu. Suaraku selalu pelan, tak bisa ditinggikan walau sedikit saja setidaknya untuk mempertegas.
Venus mengubah posisi berdirinya jadi di samping kanan diriku, memberi jarak pada seorang pria yang sudah membuatku risih semenjak menaiki busway.
Kupikir, saat itu, Venus sedang menolongku. Perempuan berambut cokelat sebahu itu menyadari keresahanku.
Diam-diam aku tersenyum ke arahnya sambil memperhatikan garis wajahnya yang tegas. Sedangkan pandangan mata Venus tak menangkap tatapanku ataupun senyumanku itu.
Bisa jelaskan mengapa aku tersenyum padamu, Venus?
Aku sendiri pun tak bisa menjelaskan alasannya.
Jadi, itu kuanggap sebagai suatu keanehan. Awal mula keanehan sebelum datangnya keanehan lain, dan itu timbul semenjak bertemu dengan dirinya.
Kebetulan Venus turun di halte yang sama denganku sehingga saat dia berjalan keluar dari busway, aku mengekorinya dari belakang.
Sampai tak sadar bahwa dia mendadak menghentikan langkah kakinya, membuat tubuh pendekku menubruk punggungnya. Kutengadahkan kepala untuk melihat wajahnya sebab sosok Venus terlihat menjulang tinggi di hadapanku.
"Emm... Maaf."
"Kenapa? Mau ikut?"
Dan rupanya aku ketahuan telah mengikutinya. Tapi aku menggeleng tegas tanda memprotesnya. "Nggak,"
"Bilang aja kalau mau ikut, sekalian temenin aku." Lalu Venus meraih lenganku, menarik diriku begitu saja tanpa mendengar tanggapan terlebih dulu.
Tetapi anehnya aku tak menolak dan tak ingin menolak.
°•°•°•°
Venus mengajakku—atau lebih tepatnya membawaku—ke festival.
Aku tidak mengerti mengapa harus ke sana, padahal ini sudah ketiga kalinya bagiku, yang pertama bersama teman sekelasku, kedua bersama Zian kekasihku dan untuk ketiga kalinya bersama seseorang yang tak dikenal bahkan kami belum saling memperkenalkan diri.
Kebetulan untuk hari itu sedang diadakan panggung hiburan, pengisi acaranya oleh band lokal namun mampu mengundang banyak orang sehingga suasana begitu ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose Met Venus [GxG]
Romance[Completed] Ini, bermula dari seorang perempuan bernama Venus. Dan ini, berakhir pula tentangnya. Hidupku yang semula berjalan lurus tanpa hambatan, mulai berubah penuh lika-liku semenjak bertemu Venus. Percaya kah kalian jika kuberitahu bahwa t...