Sudah dua hari, tepat di malam kami menyatakan cinta. Venus masih sering menemuiku hanya ketika malam karena ia adalah orang sibuk. Pernah satu malam Venus hanya ingin berada di kamarku, berbaring di kasur dan memintaku bercerita. Bukan curhatan soal kegiatanku, melainkan bercerita dalam artian yang sebenar-benarnya.
Akhirnya aku menurutinya, menceritakan tentang dongeng Snow White karena hanya itulah cerita dongeng yang kutahu. Tapi Venus tidak menertawainya dan bahkan terlihat menikmati.
Kedua kakiku Venus jadikan bantalan, dan entah karena terbuai oleh dongeng yang kusampaikan atau karena terlampau nyaman dengan posisinya, membuat Venus tertidur nyenyak sekali sampai kakiku jadi kesemutan.
Dan sekarang, lebih tepatnya malam ini, kami berdua sedang berada di pasar malam. Jujur, ini pertama kalinya aku ke sana tapi bagi Venus ini adalah kunjungan kesekiannya.
Venus membelikanku permen kapas merah muda dan kami memakannya berdua sambil tak henti-hentinya melangkahkan kaki, menikmati suasana malam yang hiruk pikuk.
Aku mulai bebas berbicara dengan Venus bahkan seringkali melontarkan gurauan membuat kami tertawa, hanya saja Venus memang pelit mengeluarkan tawa lepasnya, ia hanya terkekeh sebentar dan itu entah tulus ia keluarkan atau justru terpaksa.
Sekali lagi, kami bersenang-senang.
Terima masih Venus, telah memberi kebahagiaan padaku.
Begitu Venus mengantarku, kami lihat Ardian dan Zian sedang berbicara di ambang pintu rumah.
Mengapa Zian datang di jam sepuluh malam seperti ini?!
"Gimana ini Venus, aku tadi izin sama Kakak mau pergi sama Zian, tapi sekarang dia tau kalau aku bohong." Kataku panik sambil bersembunyi di balik tembok pagar. Sementara lawan bicaraku hanya membisu dengan tatapan mata terpaku ke arah dua orang pria di depan sana. "Venus...." Setelah kusahut namanya dan tanganku menyentuh pundaknya, Venus tersentak seolah baru tersadar dari lamunan.
"Sana kamu temui aja mereka, cari alasan lain. Selamat malam, Rose." Lantas ia pergi begitu saja, tanpa memberiku kecupan singkat di pipi atau pun kening seperti hari sebelumnya.
Dengan sebal, aku menuruti ucapannya dan dihadiahi tatapan tajam meminta penjelasan dari dua orang pria di depan pintu.
Maka kuberitahukan saja kebohongan lain. Padahal sebenarnya hati kecilku ingin sekali memberitahu tentang Venus.
Hanya saja, Venus memang tidak suka keberadaannya diketahui bahkan setiap menemuiku dia harus bersusah payah menaiki balkon.
°•°•°•°
Venus menghilang.
Sudah dua hari belakangan aku tidak bertemu dengannya. Dan itu tepat setelah ia mengantarku sepulangnya dari pasar malam.
"Rose...," Zian memanggil.
Kutorehkan pandangan padanya yang duduk di sampingku, kami berdua sedang makan bersama di salah satu kafe yang berada di kawasan Jakarta Selatan, seperti janjinya beberapa hari lalu bahwa ia ingin mengajakku jalan hanya berdua. Maka di sinilah kami sekarang.
Tapi sedari tadi tak ada obrolan yang terjalin, kami cenderung saling mendiami satu sama lain.
"Kamu bosen?" Kali ini Zian bertanya.
Aku menggeleng. "Nggak, di sini suasananya sangat—"
"Maksudku, kamu bosen sama hubungan kita, Rose?"
Pertanyaan tak terduga. Membuat mulutku terkatup rapat.
Zian menatapku intens namun sendu. "Bilang aja, Rose. Aku nggak akan maksa buat kamu lanjutin hubungan kita, jangan memaksa diri kalau hatimu padaku udah nggak ada lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose Met Venus [GxG]
Storie d'amore[Completed] Ini, bermula dari seorang perempuan bernama Venus. Dan ini, berakhir pula tentangnya. Hidupku yang semula berjalan lurus tanpa hambatan, mulai berubah penuh lika-liku semenjak bertemu Venus. Percaya kah kalian jika kuberitahu bahwa t...