Semalaman aku murung dalam kamar, duduk di atas kasur sambil memeluk kedua kaki.
Aku merasa tak menyangka. Sebenarnya apa yang telah mereka perbuat, bukankah mereka kakak beradik walaupun hanya sebatas saudara angkat tapi tetap saja itu membuatku sangat muak apalagi jika harus membayangkannya.
Aku dan Venus bahkan hanya sekadar pernah tidur bersama, tidak lebih.
Dan bukankah Venus bilang bahwa Aletha membenci dirinya? Tapi mengapa kenyataan yang kulihat malah mengatakan sebaliknya?
Kini pandangan mataku teralihkan pada sebuket bunga mawar yang masih tersimpan manis di meja belajar. Meratapi keadaan bunga yang perlahan sudah layu, sama sepertiku.
Venus, aku sudah benar-benar jatuh hati padamu sampai menganggapmu orang yang berarti hingga pikiranku penuh olehmu.
Tapi Venus dengan mudahnya menyakiti perasaanku.
°•°•°•°
Malam esoknya Venus datang.
Begitu terdengar ketukan di pintu kaca, ada perasaan bahagia dalam diriku tapi di lain sisi terdapat kemarahan juga. Jadi aku memutuskan mengabaikan suara itu, memilih tak membukakan pintu.
Tetapi suara ketukan itu semakin kencang dan berulang-ulang sampai aku takut kacanya akan pecah terlebih jika si Mbok mendengar ketukan keras itu. Maka aku beranjak, membuka pintu dengan memasang raut datar tanpa senyuman seperti biasa.
Venus menatap nyalang diriku, sama sekali tak ada perasaan bersalah yang ditunjukkannya. Lalu beberapa detik kemudian ia maju selangkah dan menarik tengkuk leherku, mencium paksa diriku bahkan Venus melakukannya dengan liar tanpa memberi jeda, tak menghiraukan diriku yang meronta berusaha melepaskan diri.
Karena lama-lama terbuai oleh ciuman itu membuat tanganku yang sedari tadi memukul-mukul dan mendorong bahunya jadi terhenti, tubuhku mendadak lemas.
Aku meringis saat Venus mengigit bibir bawahku, dan di saat itu juga ciuman kami akhirnya berakhir.
Kedua tangan Venus menangkup wajahku. "Lupain yang kemarin, dan apapun yang ada dalam pikiran kamu itu salah, ngerti!"
Aku menangis terisak. Venus selalu saja seenaknya memerintah.
Tapi mengapa aku mengangguk, selalu termakan ucapannya?
Kita sama-sama aneh, Venus.
°•°•°•°
Venus menarikku ke dalam dekapanya semakin erat, sekarang kami sedang berbaring di kasur dengan saling berpelukan, hanya berbaring sambil mendengarkan penjelasan Venus.
"Aletha temperamental. Karena dia kurang kasih sayang, jadi segala sesuatu yang diinginkannya harus terpenuhi. Dia juga benci dan terobsesi padaku di saat yang bersamaan." Venus mengatakannya dengan tenang dan sebelah tangan yang tak henti-hentinya mengusap lembut kepalaku, sementara tangannya yang lain berada di punggungku.
Ternyata Aletha terobsesi akan Venus?! Obsesi semacam apa, cinta, sayang, atau ingin memiliki?
"Kalian udah ngelakuin apa aja?" Aku akhirnya membuka suara setelah sedari tadi hanya diam dengan mata bengkak sehabis menangis, seperti anak kecil kala mainannya diambil.
Venus terkekeh pelan, "Hanya tidur bersama, nggak lebih." Tak ada kesan mengada-ngada, dan sejujurnya perkataan Venus memang selalu meyakinkan.
Keningku berkerut, "Terus kemarin, kenapa kalian... Gak pakai baju?"
Sungguh Venus, wajahku panas sekali saat mengatakan itu.
Sekali lagi Venus terkekeh dingin. "Bukannya aku pakai baju ya?"
Dan aku melupakan hal itu, memang hanya Venus yang memakai baju sedangkan Aletha mungkin benar-benar telanjang bulat.
Aku menelan ludah dengan susah payah. "Hanya tidur aja? Kalau... Ciuman?"
Kali ini Venus tidak menertawai pertanyaanku, dan hanya terdiam. Sikap diamnya adalah jawaban bagiku. "Dia meminta...," jawabnya lirih.
"Apa ... Aletha juga minta kamu nyentuh tubuhnya?"
Venus mengangkat daguku agar menatap matanya. "Aku menolak." Entah kenapa aku merasa lega mendengar jawabannya.
"Tapi Aletha pasti akan terus meminta sebelum keinginannya dituruti."
Venus menggeleng. "Dia adikku, dan aku nggak akan pernah mau ngelakuin itu!" Ia menjawab dengan nada tegas.
Tatapan mata kami berubah saling memancarkan kilat tajam, memancing Venus untuk lebih dulu mencium bibirku, yang semula bertempo lembut perlahan berubah bahkan tangannya pun turut andil, mulai menyentuh pinggangku dari balik kaus yang kukenakan.
Perlahan ia mendorong tubuhku hingga kini aku berbaring terlentang dengan Venus berada di atasku.
Dengan cekatan dan tanpa peringatan pula, tangannya sudah menarik bajuku hingga terlepas, tak lagi menutupi tubuhku.
Venus menghujaniku dengan ciuman serta cumbuan tanpa jeda.
Tanpa diniatkan aku mendesah di sela-sela ciuman agresif yang dilakukan Venus. Apalagi saat tangan nakal Venus menyentuh area dada sehingga aku harus menghentikan ciuman.
Tak menyia-nyiakan kesempatan, kali ini ciuman Venus justru beralih ke leher dan terus turun membuatku langsung memejamkan mata teramat erat dengan napas memburu.
Rasanya bagai terbakar gairah, lalu melayang saking terbuai oleh sentuhan demi sentuhan.
Desahanku kembali terdengar jelas saat ciuman Venus semakin turun ke bawah hingga short pants yang masih kukenakan, ditanggalkannya.
Dan ketika merasakan sesuatu yang lembut menyentuh area sensitifku, tanganku spontan meremas rambut Venus.
Tak lama berselang, Venus mengeratkan tubuh kami untuk kembali mencium bibirku, saling melumat dalam. Terbuai ke dalam ruang hampa yang membuat kami lupa akan segalanya.
Seolah hanya ada kami berdua di dunia ini, tanpa kehadiran orang lain.
°•°•°•°
🙈🙉🙊
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose Met Venus [GxG]
Romance[Completed] Ini, bermula dari seorang perempuan bernama Venus. Dan ini, berakhir pula tentangnya. Hidupku yang semula berjalan lurus tanpa hambatan, mulai berubah penuh lika-liku semenjak bertemu Venus. Percaya kah kalian jika kuberitahu bahwa t...