17 : Morning Sunday

9.1K 761 17
                                    

Pekerja keras. Itulah kesan yang tersirat dari sosok Zian.

Pria itu kini tengah melakukan sesi tanya jawab dengan sang narasumber yang sedang diwawancarainya. Sementara aku menjadi partner Zian, mengarahkan handycam kepada kedua orang di hadapanku dengan senyuman lebar yang tak pernah memudar karena melihat keseriusan Zian. Ia terlihat seperti sudah handal untuk menjadi jurnalis.

Aku kagum padanya.

"Udah selesai. Kita makan dulu yuk!"

Maka kutanggapi dengan anggukan, menyetujui ajakannya.

Resto yang sedang kami kunjungi saat ini tidak terlalu ramai sehingga membuatku nyaman dengan suasananya yang menenteramkan, tidak bising.

"Kamu kenapa senyum-senyum?" Zian bertanya heran melihat tingkahku yang sedang melihat rekaman video dirinya tadi.

"Muka seriusmu lucu, Zian." Kataku dibarengi tawa pelan.

"Oh ya? Sini mana liat."

Tapi langsung kujauhkan handycam-nya saat tangan Zian terulur berusaha mengambil.

"Nggak boleh. Kamu harus liatnya nanti, pas presentasi aja."

"Rose, cepet, aku mau liat."

Dan aku menggeleng tegas. Namun tak lama, tawa menggelegarku pecah karena Zian menggelitiki pinggangku. "Zian, geli! Nih nih ambil." Kuserahkan saja handycam-nya, alhasil dia pun menghentikan perbuatannya.

Akhirnya makanan serta minuman yang kami pesan datang di saat pandangan mataku tertuju ke luar jendela.

Dan tanpa sengaja melihat seseorang yang setahun belakangan kurindukan. Venus.

Venus sedang berdiri di dekat lampu merah, di antara kerumunan orang yang sedang menyeberang, namun perempuan itu hanya berdiam diri di sana sambil balas menatapku dengan seringaian miring yang memikat.

Tapi, selang beberapa detik kemudian Venus berbalik pergi.

"Nggak ada lucunya, Rose. Mukaku biasa aja kan?"

Tak kuhiraukan perkataan Zian dan langsung beranjak dari kursi, mulai berlari keluar dengan perasaan campur aduk tapi yang lebih mendominasi adalah perasaan tak percaya. Benarkah itu Venus?

Sudah sebulan berlalu semenjak kebenaran terungkap, tapi tidak ada kabar Venus dibebaskan. Kata Ardian, ia akan berusaha menyelesaikannya secepat mungkin.

Lampu masih merah saat kulihat sekelebat, namun begitu aku berlari di zebra cross lampunya sudah berwarna orange, sampai ketika berada di ujung jalan sebuah mobil berhenti mendadak karena diriku. Sang pengemudi menggerutu, kesal dengan ulahku. Tapi lagi-lagi tak kuhiraukan, sebab dipikiranku sedang penuh oleh Venus.

Kedua kaki ini terus berlari, mengikuti arah Venus pergi dan berharap saja bisa menyusulnya.

Aku akhirnya berhenti di persimpangan jalan lain, menatap ke sana kemari, sejauh mata memandang hanya kulihat kendaraan serta orang-orang berlalu lalang, tak ada sosok Venus dimana pun.

Aku kehilangannya.

Kepalaku tertunduk, sedih dan kecewa di saat yang bersamaan. Karena kupikir tadi aku melihatnya, meyakini bahwa Venus nyata, sudah dibebaskan.

Sampai tanganku tiba-tiba dicengkeram oleh seseorang sedemikian erat, lalu ditarik menuju ke dalam gang kecil yang dihimpit dua bangunan bertingkat, sehingga suasana di dalam gang itu terkesan suram karena minimnya cahaya yang menerangi.

Tubuhku dihempaskan ke tembok, membuatku sempat meringis mendapat perlakuan yang bisa dibilang lumayan kasar.

Samar-samar kurasakan hembusan napas hangat bercampur aroma white musk. Menenangkan.

Rose Met Venus [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang