Hanya dengan merasakan hembusan napasnya di kulitku saja selalu menimbulkan gairah dalam diri ini.
Terlebih setiap merasakan kecupan demi kecupan yang diberikan Venus pada setiap jengkal tubuhku.
Merasakan jemari tangannya membelai wajahku, hingga turun ke leher, lalu ia menelusupkan tangannya di balik bajuku, menyentuh lembut perut ini. Sentuhannya sangat menggairahkan.
Bahkan hanya dengan saling menempelkan bibir kami, gairah jadi semakin membuncah, menimbulkan debaran kencang, dan menerbangkan ribuan kupu-kupu di dalam perut, membuatku terbuai tak ingin berhenti.
Sampai suara seperti kaca pecah mengakhiri semua kenikmatan itu. Mengakhiri lucid dream-ku.
Oh, Venus, barusan aku bukan bermimpi, tapi menciptakan imajinasi liar tentang kita.
Imajinasi terliar yang pernah tergambar dalam kepalaku. Dan siapa lagi kalau bukan karena Venus, yang semalam mempermainkanku, maksudku memberikan harapan palsu.
Nyatanya setelah pembicaraan serius kami, Venus menyuruhku mandi air hangat dan baju gantiku telah disiapkannya termasuk baju dalam. Kata Venus, pakaian itu masih baru, baru dibelinya, entah kapan. Lalu setelah aku berganti pakaian, Venus menyuruhku menemaninya menonton televisi.
Hanya saling duduk diam berdampingan, dengan mata tertuju pada layar televisi, menikmati acara kuis yang menurutku sangat membosankan.
Lalu Venus memerintahku lagi, "Malam ini nginap aja di sini, aku nggak akan ngantar kamu pulang, belum waktunya." Itulah yang dikatakannya semalam, saat aku memintanya mengantarku ke rumah karena sudah larut, meskipun hari ini libur jadi aku tak perlu takut bangun kesiangan dan terlambat masuk sekolah.
Kusibak selimut, segera berlari keluar dari kamar dan mencari-cari asal suara atau sosok Venus itu sendiri.
Akhirnya kudapati dia di kitchen room sedang berdiri menatap pecahan kaca yang berserakan di lantai. "Ada apa?!" Aku bertanya sambil melangkah menghampirinya.
"Tadi kesenggol," jawabnya, lalu tatapan Venus kini beralih kepadaku, memperhatikanku dari atas sampai bawah begitu intens dan matanya itu memancarkan kilat bagai elang yang siap memangsa buruannya. "Aku yang akan bersihin, kamu cepat pergi ke kamar dan pakai dalamanmu. Mau menggodaku ya?" kata Venus sambil menyeringai puas, penuh kemenangan.
Dalam secepat kilat kututupi dadaku dengan kedua tangan, merasa malu bukan main karena aku memang terbiasa tidak memakai bra saat tidur, kata ibu untuk mencegah timbulnya kanker. Jadi kemeja putih yang kukenakan sekarang pasti telah memperlihatkan buah dadaku karena kemeja ini memiliki bahan tipis.
°•°•°•°
"Aku mau pulang."
Tetapi ucapanku tidak dihiraukannya, ia malah terus asik menikmati sandwich buatan dirinya sendiri dan kuakui, sandwich-nya sangat enak.
"Kalau Ibuku tahu aku gak ada di rumah dan pergi tanpa izin, dia pasti akan marah. Jadi habis ini anterin aku pulang ya?"
"Memangnya kamu gak bisa pulang sendiri?"
Venus, kamu memang selalu berhasil memancing emosiku serta rasa penasaranku terhadap pribadimu di saat yang bersamaan.
Tanggapannya membuatku memicingkan mata, tak habis pikir dengan sikap Venus yang sudah seenaknya memintaku menginap tapi tak mau mengantarku pulang, dan jika kuberitahu padanya bahwa aku tidak tahu jalan pulang, mungkin Venus akan meledekku sebagai anak kecil penakut.
Nyatanya aku memang seperti anak kecil yang tidak pernah berpergian jauh sendirian, sehingga aku tidak pernah tahu seluk beluk jalanan kota kelahiranku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose Met Venus [GxG]
Romantizm[Completed] Ini, bermula dari seorang perempuan bernama Venus. Dan ini, berakhir pula tentangnya. Hidupku yang semula berjalan lurus tanpa hambatan, mulai berubah penuh lika-liku semenjak bertemu Venus. Percaya kah kalian jika kuberitahu bahwa t...