Malam itu. Telah menjadi kenangan terindah dalam hidupku. Venus selalu memberikan moment baru dan paling menyenangkan yang pernah kualami.
Malam itu. Venus lebih dulu mengakhiri ciuman kami yang berlangsung cukup lama, dia beringsut dari atas tubuhku dan mengeluarkan ponselnya untuk memutar satu lagu yang kutahu berjudul I'll Be, ponselnya itu ia letakkan di meja. Lantas Venus berdiri, mengulurkan sebelah tangannya padaku. Maka kuraih saja dengan senang hati.
Tangan kiri kami saling menggenggam. Jika lengan kanan Venus merangkul pinggangku sehingga posisi tubuh kami saling berdekatan, maka lengan kananku memegang bahunya.
Kami berdansa dengan tempo lembut, mengikuti alunan musik, serta terbuai akan suasana.
"Kamu menikmatinya, Rose?"
Percayalah, malam itu untuk pertama kalinya Venus menyebut namaku.
Aku mengangguk sambil turut mengukir senyuman, "Ya."
"Nikmatilah, mungkin hal ini nggak akan terjadi lagi." Lalu wajahnya tertunduk untuk mengecup keningku.
Senyum di bibirku jadi menghilang. Jangan ucapkan kalimat itu, Venus! Kumohon tarik kembali ucapanmu.
Tapi terlambat. Aku memang terlalu pengecut untuk memprotes semua yang terlontar dari mulut Venus.
Jadi aku hanya diam, dan menikmatinya bahkan sampai menyandarkan kepalaku di dadanya.
Venus, saat itu aku dapat merasakan hangat tubuhmu dan mendengar detak jantungmu yang berirama sesuai alunan musik yang menenangkan. Aku sangat menikmati kenyamanan itu. Jadi, mari kita lakukan lagi di lain kesempatan.
Semoga akan ada masa di mana kenangan indah itu bisa terjadi lagi.
°•°•°•°
Setelahnya. Kami tidur bersama, berbagi tempat di sofa ruang kerjanya.
Begitu aku terbangun, kulihat wajah Venus yang begitu dekat di mataku. Tangannya masih setia memelukku seolah menginginkan kehangatan.
Kuperhatikan sesaat wajahnya yang sedang terlelap. Baru kusadari bahwa Venus menjadi sangat lucu jika sedang tertidur seperti ini, sementara tatapan tajam nan dinginnya tersingkirkan.
Mengapa kamu memilihku, Venus? Apa yang menarik dariku? Dan seberapa besar perasaanmu padaku?
Kuharap pertanyaan itu segera terjawab.
Sebelah tanganku terulur untuk mengusap kepalanya dengan ragu. Sampai kudengar suara hentakkan sepatu di luar ruangan dan seketika itu juga aku beranjak bangun, melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 06.50.
"Venus, bangun. Cepat antar aku pulang!" Kataku dengan suara pelan namun tegas, takut terdengar oleh karyawan kantor yang mulai berdatangan.
Mata Venus terbuka malas, dan langsung saja kutarik lengannya itu. "Ayo bangun. Aku udah terlambat sekolah!"
Maka Venus beranjak dengan linglung serta raut wajah datar, seolah malas mengantarku atau mungkin kesal karena aku telah membangunkan tidur nyenyaknya.
Ketika kami keluar ruangan, beberapa karyawan yang sudah datang menatap heran ke arah kami, bahkan saking malunya menerima tatapan mereka terlebih saat ini aku sedang mengenakan piyama walau terbalut jaket, maka aku terus menundukkan kepala. Bisa kudengar para karyawan itu menyapa sang atasan dan kudengar juga bisik-bisik bertanya, mungkin menanyakan sosok diriku.
Tatapan dan bisik sinis mereka mulai ramai saat Venus seenaknya menggenggam tanganku dan menuntunku pergi menuju lift. Dasar Venus yang tidak bisa melihat situasi, dengan ia memperlakukanku seperti itu jelas saja memancing keheranan dan kecurigaan dari para karyawannya.
Aku langsung melepaskan tangan dari genggaman Venus saat berada di dalam lift, beruntunglah hanya ada kami berdua di sana.
Tiba-tiba mataku melirik CCTV di pojok atas lift, dan seketika itu juga aku terkesiap. "Venus, apa di ruang kantormu ada CCTV?!" tanyaku panik karena teringat dengan perbuatan yang kami lakukan semalam.
Venus mendelik, lalu mengangguk.
Mataku langsung terpejam, kuusap kasar wajahku dengan kedua tangan, merasa ini sudah akhir dari hidupku.
"Tapi CCTV-nya mati." Mendengar ucapan Venus barusan membuat ketakutanku sirna diganti dengan kebahagiaan. Namun Venus menampakkan raut kekecewaan. "Sayang sekali," gumam Venus lirih.
Langsung kupukul saja bahunya. "Kamu belum tahu gimana kalau aku marah ya?!"
"Memangnya gimana?"
"Ini aku lagi marah!"
Tapi mengapa Venus menanggapi kemarahanku dengan menunjukkan seringaian serta terkekeh pelan?
Dan aku pun malah jadi tertegun melihat perubahan sikap Venus.
"Kamu lucu, Rose. Aku suka."
Dan kamu memikat, Venus. Aku jadi terjebak.
Begitu pintu lift terbuka, Venus langsung menghilangkan senyuman di bibirnya, raut mukanya berubah menjadi dingin kembali dengan tatapan mata tertuju ke depan, ke arah seorang wanita berperawakan tinggi nan cantik bak model, bahkan pakaian yang dikenakannya sangat elegan.
"Oh hai, Kak. Selamat pagi." Wanita itu menyapa, tapi tidak ada keramahan dari nada bicaranya dan lebih terdengar ketus.
Lalu kali ini wanita itu memperhatikanku dari atas sampai bawah, dengan tatapan mencela.
"Jangan lupa dengan prinsipmu, Kak. Tujuanmu mengabdi pada Ayah dan Ibu...,"
Rupanya perkataan yang dilontarkan wanita itu memancing kekesalan Venus sehingga ia kembali menarik paksa diriku untuk pergi menjauh dari hadapan wanita itu.
"...atau posisimu kuambil alih."
Cengkeraman tangan Venus di lenganku semakin dieratkannya, membuatku sempat meringis menahan sakit.
"Baiklah hati-hati, Kak. Dan jangan macam-macam." seruan wanita itu masih terdengar, sampai kami melangkah keluar dari balik pintu menuju basement.
Di mobil, dalam perjalanan menuju rumah, aku memberanikan diri membuka suara. "Wanita tadi siapa?"
"Kamu nggak perlu tau."
Cup!
Dan kudaratkan saja kecupan sekilas di pipinya, sehingga Venus langsung menoleh ke arahku padahal tadi ia sedang fokus menyetir. "Ayo bilang, aku mau tau." Kataku.
"Dia... Cuma adikku."
"Namanya?"
"Aletha."
"Kenapa dia kayak nggak suka kamu, Venus?" Aku kembali bertanya.
"Dia memang nggak pernah suka aku."
"Iya, kenapa?" Dan aku mendesak, teramat ingin diberi penjelasan.
Venus menatapku sesaat, kemudian berucap setelah memalingkan tatapannya. "Karena aku udah ngambil semuanya dari dia."
Keningku berkerut bingung. "Aku nggak ngerti."
"Aku udah ngambil posisi di perusahaan dan juga orangtuanya."
Aku tetap tak sepenuhnya mengerti, terutama di akhir kalimatnya itu.Tetapi mulutku sudah terkatup, tak ingin bertanya lebih banyak lagi.
Biarkan Venus sendiri yang menceritakannya tanpa kuminta.
°•°•°•°
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose Met Venus [GxG]
Romansa[Completed] Ini, bermula dari seorang perempuan bernama Venus. Dan ini, berakhir pula tentangnya. Hidupku yang semula berjalan lurus tanpa hambatan, mulai berubah penuh lika-liku semenjak bertemu Venus. Percaya kah kalian jika kuberitahu bahwa t...