10

506 5 0
                                    

Pulang dari sekolah Aku langsung memarkirkan Motorku di garasi dan setelah itu masuk kedalam rumah.
Aku berjalan gontai menaiki tangga. Karena kebetulan Kamarku berada di lantai dua, Seperti biasanya keadaan Rumah sepi dan sepi. Bahkan bukan cuman keadaan rumahku yang sepi. Isi dalam ponselkupun ikut sepi dan yang lebih parahnya paket kuota juga menipis, pulsa habis dan inilah ciri-ciri Anak kos-kosan yang lagi krisis. Oh ya Tuhan !

Setelah sampai didalam kamarku aku langsung mengganti pakaianku. Dan selesai menggantinya aku langsung menghampiri Bi ijah yang berada didapur. Kulihat dia sedang mencuci beberapa piring yang kotor sambil bersenandung kecil.  Aku menghampirinya dan berada disampingnya , Bi ijah yang melihatkupun tersenyum simpul dan melanjutkan aktifitasnya

"Bi udah beli belanja bulanan belum?" Tanyaku

"Udah Mbak" Jawabnya setelah selesai mencuci piring dan membersihkan tangannya yang kotor menggunakan clemek

"Baguslah, Meisa mau Pergi dulu Bi nanti kalau ada yang nyariin Meisa bilang aja Lagi keluar yah" Jelasku dan diangguki Olehnya.

Setelah itu aku pergi dan meraih Kunci Mobil Papa yang Terletak didalam laci lemari. Setelah mendapatkannya aku langsung menuju kegarasi dan kemudian masuk kedalam Mobil sedan papa.

Aku melajukan mobil milik papa dengan kecepatan Rata-rata. Siang ini aku berniat Mencari makanan diluar. Bukannya aku tidak suka dengan masakan Bi ijah, hanya saja Makanan diluar sepertinya lebih menarik nafsu makanku hari ini.

Diperjalanan kulihat banyak Resto-resto maupun Kafe dan Rumah makan. Namun Tak Satupun menarikku untuk singgah.

Cukup lama aku mencari makanan, hingga ahkirnya aku menemukan Rumah makan yang cukup Bagus. 
Kuparkiran mobilku tepat dihalaman rumah makan itu dan kemudian keluar lalu masuk kedalam Rumah makan itu.

Cukup Ramai, itulah kesan pertama aku melihat Rumah makan ini. Elegan dan Mewah tapi tidak begitu mewah, ya Cocoklah untuk disinggahi Kalangan Menengah keatas.

Aku memilih duduk ditempat yang cukup bagus menurutku. Dimana Ada taman kecil disamping tempat yang kududuki sekarang dan Kolam kecil yang disertai ikan ikan kecil.
Setelah benar benar Mendaratkan Bokongku. Waiters kemudian datang dan menanyakan Apa yang hendak aku pesan. Ku buka buku menu yang ada di meja dan memperhatikan deretan Nama makanan yang disajikan dirumah ini.

Mataku membelalak seketika, ketika melihat daftar nama makanan yang ada. Bagaimana tidak Rumah makan yang Cukup elegan dan mewah ini menyajikan Makanan Yang justru dijual di warung-warung kecil. Nggak salah nih. Aku menoleh kearah waiters dan kulihat ia tersenyum simpul.

Tanpa pikir panjang aku langsung saja memesan Mie ayam dan jus jeruk. Setelah selesai menyebutkan pesananku dan Waiters menulisnya dan mengulangnya , lalu si mbak yang jadi Waiters itupun Memintaku untuk menunggu sebentar dan ku angguki.

Sembari menunggu, aku memainkan ponselku . Melihat apakah ada pesan yang masuk atau tidak. Dan Seperti biasa Alex dengan pesannya yang bertubi-tubi. Sungguh aku malas Membahasnya kali  ini.
Kusimpan ponselku pada tas kecil yang kubawa tadi dan kembali mengamati sekitar Rumah makan ini. Tak sengaja mataku menangkap Sosok yang tak asing bagiku, siapa lagi kalau bukan Wahyu. Kulihat dia berjalan kearahku dengan angkuhnya. Dasar setan

"Ngapain kamu disini?" Tanyaku setelah Wahyu duduk disampingku

"Nggak boleh?" Tanyanya

"Ganggu orang mau makan aja"sungutku tak suka

"Oh" jawabnya singkat

"Huss, huss sana pergi" usirku yang mirip dengan cara mengusir binatang. Alih-alih pergi dia masih setia duduk disampingku sambil melihatku tanpa berkedip
Stres ya ini orang?

"Ngeliatinya biasa aja" Kataku

"Pd banget" Jelasnya datar

"Ih emang iya"

"Nggak" Jelasnya lagi

"Terserah, jadi Om kesini mau ngapain?" Tanyaku

"Membahas Taruhan kita" Jelasnya

"Kita?, aku nggak merasa tuh punya perjanjian, lagian ya kan om sendiri yang bikin perjanjian itu" kataku mencoba menggagalkan Taruhan berkledes itu

"Itu terserah kamu, Saya jadi tau kalau kamu itu gak bertanggung jawab, dan saya sih nggak rugi sampai kapanpun toh kamu juga yang selalu teringat kalau kamu itu punya janji yang gak bakal kamu lupa sampai kamu mati" tukasnya panjang lebar kayak kereta api

Kenapa bawa-bawa mati coba?

"Mau ceramah atau mau Bahas Taruhan sih?" Gerutuku tak suka

"Taruhan, jadi Bayu it..."

"Iya aku udah tau, intinya Aku jadi babu Om kan?" Cerocosku dan diangguki Oleh Wahyu

Aku memutar bola mataku jengah. Kalau bukan karena janji dan Iming-iming makanan. Yah walaupun Gagal sih mana mungkin aku mau. 

Aku mengulurkan tanganku, menyetujui kesepakatan dan taruhan yang Entahlah aku sendiri tidak bisa membayangkannya. Wahyu pun mengulurkan tanganya dan mengatakan "Deal" dan mempertegas Jabat tangan kami. Udah kayak Bos-bos di sinetron

"Ya udah sana pergi, ngapain masih disini?"

"Belum selesai ,masih ada peraturannya"

Aku mencebikan bibirku, lama-lama bisa gila dekat-dekat sama om-om ini

"Apalagi?" Tanyaku geram

"Ini peraturannya" Ucapnya sambil mengulurkan Sebuah kertas

Ku buka lipatan kertas itu dan kubaca satu persatu kalimat yang tertera didalamnya. Awalnya aku masih bisa menyetujui peraturan yang ada, tapi semakin kesini Semakin nyeleweng dari Standar Nasional Indonesia. Benar-benar enak di dia rugi di Aku nih

OM DAN TANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang