15

508 3 1
                                    

Pulang sekolah aku langsung menuju ke Apartemen Wahyu. Tiba di apartemennya aku langsung mengganti baju dan memasak. Kalau bukan karena dia ingin pulang siang ini mana mungkin aku akan memasak. Lebih baik menonton drama korea

Kenapa sih acara nonton filmku selalu tertunda

Cukup setengah jam Ayam Goreng balado yang ku masak sudah bisa disajikan di atas meja makan.
Setelah selesai menyajikannya aku langsung memberi pesan kepada Wahyu

To Wahyud:
Masakannya udah ada di meja makan , meisa mau pergi dulu

Tidak terlalu lama aku menunggu balasan pesan dari wahyu karena 1 menit kemudian dia membalas pesanku

Wahyud:
Jangan pergi-pergi nanti saya akan ajak kamu

To Wahyud:
Hemm iya makannya cepat pulang meisa mau pergi ini

Wahyud:
15 menit

Lima belas menit lagi nunggu atau lima belas menit lagi sampai sih?

To Wahyud:
Iya mei tunggu

Berikutnya aku menunggunya di meja makan sambil Memperhatikan Makanan yang sudah ku masak tadi.
Sesekali aku melihat Jam yang terpasang di pergelangan tanganku.

Katanya lima belas menit ini mah lewat 10 menit.

Dengan terpaksa Kubatalkan perjanjianku dengan teman Rendy yang katanya Membutuhkan Jasaku.
Aku benar-benar geram dengan tingkah wahyu, dengan seenak Pantatnya menyuruhku untuk tetap tinggal.

"Maaf Telat 10 menit" suara bass itu tiba-tiba terdengar dari belakang dan sontak aku menoleh kemudian memutar bola mata jengah .

Siapa lagi kalau bukan majikanku!

"Nggak papa, lagian Mei udah biasa nunggu" Jelasku dan mulai menyiapkan Nasi Kedalam piring dan Ayam Goreng baladonya

"Om ganti baju dulu, gak enak dipandang mata" Ucapku memerintah dan dia manut saja lalu masuk kedalam kamarnya

"Tuh udah mei siapkan" tunjuku pada sepiring nasi beserta lauk pauknya

"Terimakasih" ucapnya setelah duduk disampingku dan mulai melahap makanannya

Aku sempat bingung dengan kehidupannya, apakah dia sebatang kara dan tidak mempunyai keluarga se ekorpun? Eh ralat seorangpun. Rasanya dia selalu sendiri dan sendiri tanpa temannya kecuali Pak Bayu. Apakah dia tidak memiliki kekasih? Atau istri misalnya? Jika seperti itu sunggu miris hidupnya .

Jika dilihat lihat dia sangat tampan, Bola matanya yang berwarna coklat , bulu matanya yang lentik dan tatapan sendunya serta hidung mancungnya dan Bibirnya yang merah dan tipis dan tentunya warna kulit yang Tidak Hitam dan tidak putih.

"Kenapa?"

Mampus!

Aku mengerjap beberapa kali, menormalkan Pandangan dan ekspresi.

"Kenapa?" Tanyanya lagi

"Ah gak papa, cuman seneng aja liat Om makan dengan lahap" ucapku sambil menggaruk tengkuk yang tak gatal

"Yang bener" aku mengangguk

"Kamu gak makan?"

"Gak meisa udah makan tadi di kantin"

"Yang bener?" Aku mengangguk lagi

"Oh iya om, Om emangnya gak punya Keluarga gitu atau istri atau pacar gitu?" Tanyaku beruntun

"Keluarga punya" ucapnya sambil memberi jeda "pacar dan istri gak punya" Sambungnya

"Emang keluarga Om dimana?" Tanyaku

"Di Jakarta, saya disini cuman ngembangin Rumah makan sama Hotel" Mataku terbelalak , aku pikir dia hanya pegawai kantoran saja. Tapi memang sih pegawai mana mungkin punya apartemen dan Mobil mewah

"Terus Orang tua Om punya usaha juga?" Tanyaku

"Iya" jawabnya singkat dan selesai menandaskan makananya

Aku mengulum senyum

"Kalau orang tua kamu punya bisnis apa?"

"Em mama sih punya butik sendiri kalau papa Ngembangin kafe dan Bisnis property" dia mengangguk mengerti

"Tapi kenapa pakaianmu kayak orang gak punya gitu?" Aku langsung mencebikan bibirku

"Papa sama mama Cuman ngasih Meisa Uang untuk Jajan disekolah dan alat-alat sekolah"

"Cukup tegas" ucapnya aku mengangguk

"Terus dari mana kamu bisa beli lipstik dan Semua Teman-temannya" aku mengerti apa yang di maksud teman-temannya hanya saja yang membuatku bingung dari mana dia tau kalau aku menggunakan Lipstik

"Saya tau dari Make up yang kamu gunakan dan Bibir yang merah" sekarang aku tau dia sering memperhatikan wajahku ternyata

"Mei Punya pekerjaan menjual jasa"

"Maksud kamu?" Tanyanya dengan raut wajah Bingung

"Bukan, bukan Portitusi atau jadi jalang , meisa punya jasa jadi biro jodoh untuk mereka Yang punya nyali ciut"

"Maksud kamu Bayu salah satunya" Aku mengangguk

"Apa bayu membayarmu?" Aku menggeleng Lesu

"Padahal saat itu meisa lagi hutuh uang" ucapku lesu

"Nanti saya akan bilang padanya"

"Jangan gak usah, Meisa udah dapat Dp dari temen meisa dan tadi seharusnya Meisa bertemu sama klien "

"Kenapa gak ketemu?"

"Gimana bisa ketemu kalau om Nyuruh Meisa tetep tinggal" ucapku sedikit dongkol

"Maaf"lirihnya

"Nggak papa"

"Sebagai gantinya Saya akan mengajakmu berbelanja Alat Make up mu bagaimana?" Ajaknya

"Tawaran yang bagus, tapi meisa udah beli tadi sama temen-temen"

"Ya udah kalo git..."

"Meisa kan udah bilang meisa udah Makan dikantin" ucapku memotong , sungguh ajakanya sangat mampu ditebak

"Kenapa kamu tau kalau saya akan mengajak mu makan?"

"Kata-kata yang mudah ditebak"

"Ya sudah kalau begitu saya akan mengajakmu jalan-jalan sebagai ganti rugi"

"Om gak sibuk?" Tanyaku

"No, I'm free"

"Oke lets go" ucapku lalu menarik tanganya namun Wahyu menahan lenganku. aku langsung berbalik kearahnya menaikkan satu alisku seolah mengatakan 'ada apa'

"Lihat baju yang kamu kenanakan" tunjuknya menggunakan dagu

Aku langsung memperhatikan penampilanku. Tidak ada yang salah aku hanya mengenakan sweatshirt dan sweatpants

"Memangnya kenapa?" Tanyaku

"Ganti yang lebih bagus, saya gak mau dikira bawa Gelandangan" aku mendelik kearahnya dan ku cubit perutnya sekencang-kencangnya dia memekik kesakitan

"Aww, Meisa" bentaknya, aku langsung menunduk ketakutan

"Maaf, Aku lebih suka Begini om lagian aku juga gak maksa om Buat ngajak aku" protesku

"Ya udah ayok" ajaknya dan menggandeng tanganku lalu kami keluar dari apartemen dan menuju basement

Menuju basement hanya ada suasana keheningan, dan derap kaki kami. Demi apapun aku benci Suasana seperti ini.

OM DAN TANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang