4- tuan putri?

53 9 22
                                    

Sore ini Stefhi duduk di balkon kamarnya. Lebih dibilang kebiasaan, akhir - akhir ini setiap pulang sekolah ia duduk di sana. Untuk menenangkan diri karena lelah setelah pulang sekolah.

Ia memandang ke arah jalanan. Lalu lintas di kotanya cukup ramai, tetapi jalanan tetap stabil.

Hanya 15menit ia disana kemudian beranjak untuk masuk ke dalam kamar karena matanya mulai mengantuk.

Kemudian ia tertidur lelap. Tak sampai dua puluh menit ia tidur, suara pintu kamarnya dibuka.

"Dek, ada temen lo di bawah dek bangun woi kebo bangun," ucap Cee setengah berteriak sambil menarik-narik baju Stefhi.

Stefhi yang sedang tidur pun langsung mengucek matanya setengah tak sadar.

"Kakak nih ganggu Stefhi aja. Emang siapa yang dateng?"

"Bert... Bert... Siapa lah namanya tu?"

"Berti? Kan dia masih Surabaya kak," ucap Stefhi jujur.

"Bukan woi namanya tu ada Bert Bertnya gitu,"

"Bilangin tunggu bentar ya, gue mau cuci muka dulu,"

"Jangan pake lama. Kasihan,"

"Yoi"

Setelah selesai cuci muka Stefhi langsung turun ke bawah. Ia memingat bahwa sahabatnya yang bernama Berti masih di Surabaya.

"Hai" sapanya Albert.

"Albert? Kok bisa tau rumah gue?"

"Tau aja" ucapnya sambil tersenyum.

"Mau jalan?" Tanyanya kepada Setfhi.

"Mau lah Stefhinya itu. Stefhi cepetan ganti baju sana," ucap Cee.

"Iya, tunggu bentar ya," ucap Stefhi sambil melotot kepada Cee.

Stefhi kemudian ke kamarnya. Sedangkan Cee sibuk mengkepoin Albert. Menurut Cee, Albert itu ganteng.

"Lo kok mirip sama temen gue Lala ya" ucap Cee.

"Adeknya kak," ucapnya.

"Berarti lo anak tante Mina dong? Kok gue ga pernah liat lo ya?"

"Ga tau"

"Kakak lo apa kabar? Bilangin suruh main sini lagi. Sekalian bilang salam dari gue ya"

"Iya"

"Kak Cee, Stefhi pergi dulu. Nanti kalo bunda pulang bilangin ya," ucap Stefhi.

"Kalo bunda pulang gue aduin lo ke bunda, rasakan hahaha" ucap Stefhi sambil tertawa bak vampir.

----

Sore ini cuaca cukup mendukung. Tidak panas dan tidak dingin, Stefhi dan Albert duduk di mobil. Selama perjalanan belum ada yang membuka suara.

"Lo laper gak?" Tanya Albert membuka suara.

"Lumayan" jawabnya jujur.

"Mau makan dimana?"

"Gue ikut aja."

"Kalo makan di rumah gue mau ga?"

Seketika jantung Stefhi berdetak dua kali lipat dari biasanya. Ia pun terdiam serta takut.

"Jangan takut, bunda lo udah kenal lama sama mama gue,"

"Gue ga berani," ucapnya jujur.

"Gue tadi udah bilang ke mama kalo anaknya tante Friska gue ajak makan di rumah," katanya.

"Kok lo tau nama bunda gue sih?"

"Kan tadi gue bilang kalo mama gue udah kenal lama sama bunda lo sayang,"

Sayang. Lagi - lagi jantung stefhi berdetak dua kali dari biasanya. Lama - lama deket Albert membuat ia olahraga jantung.

"Mau gak?"

"Gak deh"

"Padahal mama gue udah masak buat nyambut lo dateng loh."

"Beneran mama lo masak buat nyambut gue?

"Iya"

"Berarti gue tuan putri dong,"

"Iya di hati gue,"

"Jangan bilang gitu. Gue malu."

"Lo mau ga?"

"Iya deh"

---

Sorry pendek ceritanya :"

Happy reading ya :)
Jangan lupa vote + comment


Makasih

-Albert

GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang