1. Sang Pengacara

80.2K 4.3K 241
                                    

Mamak's Note:

Ini cerita REPOST ya. Jadi bukan penambahan bab baru atau ada perubahan cerita. 

Buat pembaca baru, selamat menikmati versi gratisnya wkwk... Kalau mau baca versi lengkapnya bisa melipir ke Playstore atau Karyakarsa yaw!

Buat pembaca lama yang belom sempet beli e-book atau cetaknya, selamat nostalgia sama Om Wush dan Jane...

Buat pembaca lama dan sudah beli e-book sama cetaknya, selamat bosen dapet notif dari Mamak hahah...

080421

====

====

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Russell melirik jam di tangannya, yang telah menunjuk pukul sepuluh malam. Matanya terasa berat dan perih karena sudah memelototi layar komputer sejak empat jam yang lalu. Ia mematikan laptop dan meregangkan tubuh di kursi kebesarannya.

Akhir-akhir ini, banyak kasus yang masuk ke kantor sehingga, mau tidak mau, Russell harus lebih lama berada di kantor. Yah, sebenarnya itu tidak perlu karena ia bisa saja menugaskan para karyawannya untuk bekerja lembur. Akan tetapi, Russell tidak seperti itu. Para karyawannya memiliki keluarga yang menanti mereka di rumah. Tidak adil rasanya jika mereka harus bekerja lebih lama dari waktu yang telah ditentukan. Lebih baik, dirinya yang bekerja lebih lama karena ia tidak memiliki keluarga.

Oke, ia punya keluarga. Seorang ibu, seorang kakak dan seorang adik perempuan. Namun, bukan itu keluarga yang Russell maksud. Keluarga yang ia maksudkan adalah seseorang yang menantinya di rumah. Seorang istri dan satu atau dua anak, mungkin. Namun, itu tidak ada. Dan tidak akan pernah ada.

Konsep pernikahan tidak pernah menarik minatnya sedikit pun. Sama sekali tidak. Pernikahan baginya hanyalah sebuah bentuk legalisasi dari perbudakan yang konyol dan menggelikan. Konyol karena jelas-jelas pernikahan itu tidak akan menguntungkan bagi para pria seperti dirinya, dan menggelikan karena para pria itu seolah buta dan mengabaikan kenyataan bahwa kebanyakan wanita hanya mengincar harta mereka.

Bukannya Russell membenci wanita. Ia menyukai mereka. Terutama ketika mereka berada di bawahnya dan telanjang bulat. Russell sangat menyukainya. Akan tetapi, ia tidak cukup bodoh untuk jatuh cinta setengah mati pada mereka dan akhirnya takluk di bawah perbudakan pernikahan. Russell Jacobs adalah pria pintar.

Apalagi setelah menerima banyaknya kasus perceraian yang masuk ke kantornya. Dalam minggu ini saja, mereka sudah menerima lima kasus perceraian. Itu artinya, hampir setiap hari ada berkas perceraian yang masuk dan membutuhkan pengacara. Dan ini juga menjadikan bukti yang semakin kuat bahwa pernikahan itu hanya omong kosong. Manisnya hanya terasa di awal. Setelah itu, Russell yakin, para pria itu merasa masuk ke dalam neraka.

Russell meregangkan tubuh dan berjalan ke bar. Kantornya lebih seperti rumah baginya karena ia lebih banyak menghabiskan waktu di sini. Ia pulang ke rumah hanya untuk tidur. Tidur yang betul-betul tidur maksudnya.

Beautiful LawyerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang