REPOST
===
Pagi itu, Lizzy bangun dengan perasaan kurang nyaman. Bayangan tadi malam kembali berlarian di kepalanya. Sikap dingin Russell saat mengatakan mereka harus membicarakan tentang perceraiannya benar-benar membuatnya kesal. Apa ini kebetulan? Atau Russell sudah tahu dia akan datang kemari dan sengaja mengikutinya?
Sebenarnya, Lizzy sama sekali tidak ingin membicarakan perceraian itu sekarang. Tidak di saat dia berada di tempat yang baginya sempurna ini bersama orang-orang yang menyenangkan. Dia ingin, satu hari saja dalam hidupnya, mengalami kebahagiaan yang dulu pernah juga ia rasakan.
Apa hak Russell membicarakan masalah perceraiannya? Sebelum kemarin, mereka hanyalah dua orang yang pernah saling mengenal di masa lalu. Russell hanyalah seseorang yang dulu pernah Lizzy impikan setiap malam. Seseorang yang mencuri hatinya untuk pertama kalinya. Seseorang yang...
Lalu pemikiran itu menghantamnya. Russell adalah pengacara Robert! Ya, seorang lelaki sekaya Robert pasti akan menyewa jasa pengacara terbaik. Dan saat ini, Russell adalah pengacara terbaik di kota London. Tidak mungkin Russell mau repot-repot membicarakan perceraiannya jiks bukan karena dia adalah pengacara Robert.
Dengan setengah menggerutu, Lizzy bangun dan pergi ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci mukanya. Russell telah menghancurkan satu-satunya liburan yang ia miliki. Kenapa lelaki itu tidak pulang saja ke London hari ini?
Ketika keluar dari kamarnya, Lizzy bisa mencium harum roti yang masih dipanggang. Dia merasa tidak enak. Tidak seharusnya dia bangun siang. Lagi-lagi dalam hati dia menyalahkan Russell. Jika bukan karena lelaki itu, dia pasti sudah bangun sejak tadi karena tadi malam dia bisa tidur nyenyak dan bukannya gelisah memikirkan lelaki itu. Brengsek!
"Selamat pagi."
Semua orang yang ada di dapur menoleh padanya hingga membuatnya semakin tidak enak. James, suami Emma, bahkan sudah bangun.
"Halo, Lizzy, bagaimana tidurmu?" Emma tersenyum seraya mengeluarkan roti dari panggangan. Harumnya membuat perut Lizzy bergemuruh.
"Lebih baik daripada tidurku di rumah," Lizzy mengangkat bahu. Meskipun tidak terlalu nyenyak, namun anehnya dia mengalami tidur yang damai tanpa mimpi buruk yang sudah beberapa bulan ini menghantui tidurnya. Yah, di luar rasa gelisahnya karena memikirkan Russell. Dan meskipun kegelisahannya itu membuatnya susah memejamkan mata, pada akhirnya, dia tetap terjatuh dalam tidur yang damai.
"Kau mau kopi atau susu?" Emma bertanya. "Atau teh?"
Lizzy tersenyum dan mendekati Emma. "Aku buat sendiri saja." Dia meraih cangkir dan menuangkan kopi dari mesin pembuat kopi.
"Apa yang kau buat, Bibi?" Ia bertanya pada ibu Emma yang sedang memotong daging kalkun.
Wanita tua itu tersenyum dan menoleh. "Casserole untuk Fabian bawa pulang besok. Anak itu tidak makan dengan baik selama tinggal sendirian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Lawyer
Romance(Tersedia Cetak Dan E-Book) TERSEDIA EBOOK (PS, KUBACA APP, KARYAKARSA) dan CETAK Russell Fabian Jacobs, lelaki matang menjelang usia 40an yang memilih jalan hidup untuk tidak pernah menikah karena sakit hatinya di masa lalu. Baginya, perempuan itu...