17. Pisah.

2.6K 133 9
                                    


Bulan sudah tergantikan matahari. Malam panjang pun sudah terlewati meski belum sepenuh nya berakhir. Tubuh Sakura masih tergeletak lemah di ranjang rumah sakit.

Seorang pria beserta saudara-saudaranya setia menunggui. Sakura dibawa ke rumah sakit oleh Kao dan menginap di kamar rawat inap VVIP. Tubuh pucat, dibalut baju biru rumah sakit. Wajah yang sama pucatnya meski begitu terlihat damai.

"Berbaring seperti ini bukan seperti dirimu saja jadi cepatlah bangun."gumam Sasori.

Sasori duduk di sampimg ranjang Sakura. Menggenggam tangan sang adik yang tak terpasang infus. Sesekali bergumam, meminta Sakura untuk lekas bangun dan berbagai kalimat sayang antara kakak dan adik pun tak tertinggalkan.

"Sakura tak terlihat seperti terluka, tapi tidak bisa bangun? "tanya Neji heran, bagaimanapun ini sudah lima hari Sakura tidak sadarkan diri. Dokter yang menanganinya juga hanya berkata Sakura tidak mengalami luka apa pun tapi kenapa dia belum bangun juga?

"Dokter sudah memeriksa bagian tubuhnya. Namun, tidak ada cedera kritis." jawab Shikamaru.

"Lalu kenapa dia tidak bangun?"

"Kupikir itu aneh. "gumam Shikamaru pelan namun masih bisa di dengar teman temannya.

"Pingsan sebagian. "ucap Toneri tiba tiba, sontak penghuni kamar tersebut memusatkan perhatian mereka pada Toneri.

"Dia pingsan? "

"Kalian tidak tahu tentang pingsan tiba tiba? "

"Kenapa kalian masih disini? "celutuk Indra yang datang tiba tiba.

"Menjenguk Sakura-chan. "ujar Kanato Santai dengan wajah tanpa dosa.

"Sudah waktunya sekolah. Ada Sasuke dan aku yang akan menjaganya. "

Ayato mendelik tidak suka dengan ucapan Indra. Bukankah seharusnya dirinya yang menjaga Sakura? Sama halnya Sasori yang masih ingin lama di samping Sakura.

"t-tapi-"

"Aku tidak terima protes. "potong Indra saat melihat Sasori yang ingin protes.

Laito mendenguskan wajahnya sebal, lalu mengikuti kakak kakaknya yang sudah keluar duluan. Sebelum dia keluar dari ruangan itu, Laito sempat mendeathglare Sasuke dan berkata tanpa suara dengan menggerakkan bibirnya "Jika terjadi sesuatu, Kau mati. "

Sasuke menatap Laito datar seakan akan ancaman itu tidak berpengaruh apapun pada dirinya.

"Aku akan pulang sebentar. "

"Hn. "
.

.

.

.

.

Sasuke terus menunggu di samping ranjang Sakura. Ia tidak merasa bosan sama sekali walau hanya memandang wajah ayu Sakura. Sosok itu terlihat damai,tanpa terganggu apapun. Dahinya yang terlihat lebar tidak menghilang kecantikannya, alis dengan warna senada dengan mahkotanya terlihat indah. Hidung yang mancung, bulu mata panjang lentik, pipi merah chubby menggemaskan dan juga bibir tipis merah muda, pasti manis jika dicium.

"Ck, apa yang aku pikirkan. " Sasuke berdecak dalam hati. Merutuki kebodohannya sendiri karena mengagumi sosok Sakura.

Dahi Sakura mengkerut, membuat kedua alisnya menyatu dengan indah. Keringat sebesar biji jagung muncul di pelipis wanita itu. Sepertinya Sakura sedang mimpi buruk. Sasuke diam menatap beberapa detik wajah Sakura.

 Sasuke diam menatap beberapa detik wajah Sakura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Takdir Sakura (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang