haiii, maaf ya baru bisa di sambung sekarang. kalian pasti udah banyak yg ngeremove cerita ini dari library kalian kan? ;( ya gpp kok, aku ngerti. jadi guys, aku nginep di rumah tanteku selama liburan ini, nah laptop di rumah deh sama adekku, ga boleh di bawa. yaudah aku kan ga tau nih sebelumnya kalo bisa nyambung certa dari tab aku, akhirnya karna kesel aku nyari tau deh caranya gimana, akhirnya dapet guys, yaudah akhirnya aku mtusin untuk nyambung dari tab. untung kemarin ceritanya sempet ku copas dari laptop.
yaudah daripada kebanyakan cerita, mending kita mulai, JPB-Part 6, Enjoy!♥
^^^
"ngapain lo megang handphone gue?"
"ngga, tadi gue minjem nelvon mama, gue gaada pulsa. Eum, btw gitar gue besok aja deh di ambil, gue di suruh pulang cepet soalnya. Dan tugas, next time aja, gue ada acara keluarga mendadak. Gue duluan” ucap gue lalu berdiri bermaksud untuk meninggalkan tempat ini.
Tapi sebuah tangan menahan gue. Dia berdiri di samping gue. gue hanya bisa menunduk lemah.
“lo kenapa?” tanyanya lembut tepat di depan wajah gue. Dia mencoba menatap wajah gue tapi gue tetap menunduk, menutupi bahwa gue sedang menangis.
Ya, gue ga bisa menahan air mata ini. Gue nangis.
“jangan sembunyiin dari gue kalo lo lagi nangis. Please kasih tau gue, gue ga bisa liat cewe nangis kaya gini” ucapnya.
Gue masih segugukan. Dia memeluk gue. gue segera melepaskan pelukan itu dan tangisan gue semakin jadi.
“hey, kok malah semakin keras? Ga malu di liatin banyak orang? ayo duduk dulu biar tenang” ucapnya.
Gue masih diam.
“quinn please. jangan buat gue khawatir. Ceritain masalah lo dan gue akan kasih solusinya” ucapnya.
Dia memperlakukan gue manis, seakan-akan dia membalas perasaan gue, tapi nyatanya, dia udah memiliki seorang kekasih. Jadi apa arti dari semua perbuatan manisnya? Mungkin dia menganggap itu hal biasa? Tapi beda dengan gue yang sudah terlanjur cinta sama dia.
“gue mau pulang” akhirnya gue bicara.
“gue anter” ucapnya cepat.
“gausah, gue bisa sendiri” ucap gue.
“tapi gue ga bakal ngebiarin lo sendiri” ucap iqbaal lembut.
“gue ga akan ngebiarin cewe kaya lo pulang sendiri” sambungnya sambil terus menatap gue yang menunduk. Dia sedikit berbisik karena orang-orang di sini mulai memperhatikan kita.
Kenapa dia masih berkata manis pada gue? apa dia ga takut kalo misalnya tbtb ada pacarnya di sini?
“ayo gue anter” ucapnya.
“gausah Iqbaal” bentak gue.
kali ini gue mencoba untuk menatap matanya. “gue bisa sendiri” ucap gue menekan kata-kata gue lalu gue berjalan pergi.
AUTHOR POV
Quinn berlari meninggalkan Iqbaal yang sama sekali tak tahu dan tak mengerti apa yang terjadi sehingga membuat Quinn menjadi segugukan seperti itu. iqbaal mencoba untuk mengejar Quinn namun ia di tahan oleh petugas restaurant karena ia belum membayar makanan yang telah mereka makan. Iqbaal mengeluarkan selembar uang seratus ribu lalu langsung pergi meninggalkan restaurant itu.
dia mencoba mencari Quinn tapi ia kehilangan jejak. Ia benar-benar tak mengerti apa yang ada di benak Quinn sekarang, ia hanya ingin tahu dan mencoba untuk menghibur gadis yang mirip dengan ‘seseorangnya’ itu. yang ia tahu, ia tidak ingin melihat gadis itu bersedih, karena setiap kali ia melihat gadis itu ia merasa sangat merindukan ‘seseorang’ itu. ia berfikir Quinn adalah ‘seseorang’ itu. tapi ia tahu, Quinn adalah Quinn dan ‘dia’ adalah ‘dia’. mereka berbeda. Jelas berbeda. Quinn lebih baik dari ‘seseorang’ itu tapi Iqbaal tetap mencintai ‘seseorang’ itu. Iqbaal masih berharap pada ‘seseorang’ yang ia tahu sekarang ‘seseorang’ itu telah bertunangan dengan jodoh dari orang tua nya.
“Quinn lo kemana sih?” gumam Iqbaal pelan. Ia terus berlari mencari keberadaan Quinn dengan perasaan campur aduk, tapi yang paling jelas adalah ia khawatir.
Ia terpaku pada sebuah sudut. Di sana terlihat Quinn sedang menangis dan di rangkul oleh Kiki, sahabat Quinn itu.
iqbaal merasakan sebuah sakit di bagian dalam hatinya. Entah kenapa dia sangat takut kehilangan gadis itu. gadis yang mirip dengan ‘seseorang’ itu. ia tidak merasakan cinta di sana, hanya saja ia takut kehilangan gadis itu.
Ia pergi membiarkan Kiki menenangkan gadis itu. mungkin hanya kiki yang mampu menghapus air mata itu. mungkin Quinn masih menganggapnya stranger yang akan membuatnya merasa ketakutan. Takut ceritanya akan di kasih tau oleh Iqbaal ke orang-orang.
^^^
BRUK!
“eh sorry sorry” ucap Kiki pada seseorang itu.
“gue yang harusnya minta maaf” ucap seseorang itu lalu menoleh pada Kiki.
Ia menatap kiki tak percaya dengan matanya yang hampir buram karena air matanya lalu ia langsung memeluk Kiki.
Kiki yang bingung plus kaget pun langsung membalas pelukan sahabatnya itu. sahabat yang di cintainya.
“kii hu gue huu gue huu…” Quinn berbicara sambil segugukan.
“Quinn udah, jangan cerita dulu, mending kita duduk di dalem, ga enak di liat orang” ucap Kiki sambil membawa sahabatnya itu ke dalam sebuah café.
Ia duduk di sebelah kiri sahabatnya. “nangis aja dulu” ucap Kiki karena melihat sahabatnya yang masih terus menangis.
“atau lo butuh bahu gue? nih pake aja, masih gratis seperti biasanya” ucapan Kiki yang diakhiri dengan sedikit terkekeh itu membuat sahabatnya sedikit tersenyum kecut di tengah tangisannya dan menempelkan kepalanya di pundak Kiki.
Gadis itu selalu merasa nyaman ada di posisi ini. Kiki yang sangat menyayangi sahabatnya ini sebenarnya tidak tega melihat sahabatnya menangis seperti ini, tapi mungkin menangis adalah yang terbaik untuknya saat ini agar dia bisa merasa puas dan terlepas dari masalahnya.
Dia merangkul sahabatnya itu dan mengelus-elus bahu sahabatnya. Ragu, tapi cintanya tidak pernah diragukan kok. HAHHA #apasih.
5 menit…
10 menit…
15 menit…
20 menit…
Suara tangisan Quinn semakin lama semakin sulit terdengar, bahkan sekarang udah gaada lagi suara tangisannya.
Kiki mengelus pelan pipi sahabat nya itu. “Quinn, lo udah gpp? Sekarang, lo mau cerita ke gue ga?” Tanya Kiki.
namun tidak ada jawaban dari quinn, kiki mencoba melihat wajah quinn, dan ternyata quinn...
^^^
stop!♥
udah dulu ahh, ntar aku sambung lagi yaa, daah♥
senyum manis,
dream:)♥