alohaaaaaa.....
aku datang *dilempartomatsamareaders* wahaha gadeng. aku tau readers aku baik hati:* aku boong yakan? kemarin aku bilang besoknya mau lanjut ehh taunya aku ga lanjut besoknya, hehe maafya. aku lagi stres sama adik aku, pagi siang sore malem laptop sama dia terus, jadi susah deh aku buka wattpad nya. yaudah, ini karna adek aku boci alias bobo ciang, aku curi deh laptopnya hehee.
langsung aja ini dia, JPB-Part 8, enjoy<3
^^^
Tiba-tiba kepala Quinn terasa sangat berat, pandangannya memburam dan ia hendak terjatuh, aldi yang ada di sana hendak menolongnya tapi sudah ada seseorang yang menolong Quinn, hingga Quinn jatuh ke dalam pelukan orang itu.
Aldi menatap cowo itu dan cowo itu menatap Aldi.
“lo siapa? Udah gue aja” aldi angkat bicara.
“justru lo yang siapa? Gue pacar nya Quinn” Iqbaal berucap.
“gue? gue..” aldi kalut. Apa benar yang di katakan cowok ini.
Tanpa basa basi lagi Iqbaal menggendong Quinn yang pingsan ke UKS. Sampai di sana ia menunggu hingga Quinn sadar dengan perasaan sangat cemas.
^^^
Aldi masih di lapangan. Mencoba untuk mencerna kembali kata-kata cowok yang ga dikenalnya tadi. Bagaimana mungkin Quinn bisa punya pacar? Sementara dulu mereka pernah berjanji, jika mereka sudar besar dan cukup umur untuk pacaran, mereka akan berpacaran dan hidup bersama, tapi cowok tadi? Apa benar.
“Aldiiii” ucap seseorang sambil menepuk pundak Aldi tepat ketika bel istirahat berbunyi.
Aldi membalikkan tubuh nya untuk mengetahui siapa orang itu.
“Ayla! Huh! Lo ngagetin aja sih” ucapnya sambil menatap kesal sepupu perempuannya itu.
“lo ngapain panas-panasan di sini? Berjemur lo? Di pantai gih” Ayla tertawa menatap sepupunya itu.
“lo kenal Quinn ga sih?” aldi menanyakan Quinn pada Ayla.
Ayla berhenti tertawa lalu menatap Aldi heran. “quinnelsa annalise maksudlo?” ayla kembali tertawa. “ya gue kenal lah! Dia itu sahabat gue yang mau gue jodohin sama lo! Kenapa? lo udah ketemu dia? cantik kan orangnya?” ucap Ayla sambil menatap jail sepupunya itu.
“gue udah kenal sama dia! dia sahabat kecil gue yang pernah gue ceritain ke lo itu” ucap Aldi.
“what? Yang lo bilang mau di jodohin sama lo itu? bagus dong. Haha” ayla tertawa lagi.
“ya bagus sih. tapi dia udah benci sama gue” aldi menatap Ayla lirih.
“benci? How could?” tanyanya.
Aldi menjelaskan semuanya pada Ayla, sampai mereka berjalan sampai di kantin pun cerita Aldi mengenai masa kecilnya dengan Quinn belum juga selesai, Ayla sendiri hanya bisa menatapnya dengan terheran-heran, sesekali ia tersenyum ketika aldi menceritakan hal manis nya dengan Quinn.
“jadi mungkin karena itu dia benci sama gue” aldi mengakhiri ceritanya. Ia menatap kosong minuman yang ada di genggamannya saat ini.
“ohh kasian banget sih lo. Kenapa lo ga bilang alasan lo pergi itu apa?” Ayla angkat bicara.
“gimana gue mau bilang? Dulu belum ada handphone kan? surat jug ague ga ngerti gimana ngirimnya, gue bener-bener buru-buru karena nenek sakit saat itu, dan sekarang saat bertemu dengannya lagi gue berharap gue bisa menjelaskan padanya, tapi malah dia ga mau ngomong sama gue, gimana cob ague bisa jelasin ke dia?” Aldi putus asa.