Debut

6.1K 854 53
                                    

TY
Ji aku pulang minggu ini
Kapan kau  akan membalas pesanku?
Jangan diamkan aku.




Jisoo tertawa melihat pesan dari Taeyong. Ia memamg sengaja tidak membalas pesan Taeyong. Ia sedang kesal dengan pria itu. Berita debut yang sangat penting itu bahkan ia tahu dari media. Pria itu merahasiakannya. Padahal Jisoo sudah banyak cerita tentang debut nya nanti. Rasanya ia ingin menjitak kepala Taeyong.

"Chu, kamu sedang marahan dengan Taeyong?" tanya ayah Jisoo. Ia melirik putrinya dari koran yang ia baca.

"Tidak appa."

Ayah Jisoo menaikkan alisnya. "Kamu sedang mengerjainya lagi?"

Jisoo hanya tertawa tapi tak menjawab. Tanpa dijawab pun ayah Jisoo tahu kalau putrinya sedang mengerjai teman baiknya itu. Ia sebagai ayah terkadang bingung bagaimana bisa putrinya yang seperti ini bisa berteman baik dengan Taeyong.

"Kenapa dengan Jisoo?" tanya ibu Jisoo yang mengantarkan kopi untuk suaminya.


Ayah Jisoo hanya mengangkat bahu. Tak mengerti rencana apa yang ada di pikiran anaknya.

"Aku ke rumah Taeyong dulu, eomma, appa."

Ayah dan ibu Jisoo hanya saling memandang melihat tingkah putrinya. Putrinya itu sudah kabur dengan bingkisan besar di tangannya.

"Putrimu aneh," komentar ayah Jisoo.

"Sama anehnya denganmu," balas ibu Jisoo. Lantas dengan santai meminum tehnya. Mengabaikan ekspresi kaget suaminya.
©







Taeyong menggerutu pelan saat menemukan rumahnya sepi. Kemana semua orang? Mood nya yang sedang baik karena berhasil debut pun ikut meredup. Jisoo mengabaikannya. Dan kini keluarganya hilang entah kemana. Apa mereka tidak ingin menyambutnya?


"Eomma! Appa! Noona!" teriak Taeyong. Berharap ada yang menjawabnya. Tapi hening menyambutnya.



Taeyong mendengus kesal. Ia membanting kotak kue yang baru ia beli ke meja makan. Dengan langkah tak bersemangat ia menaiki tangga menuju kamarnya.


Ceklek


"Surprise!"


Taeyong membelalak kaget saat melihat kamarnya sudah penuh dengan balon. Ia segera menutup mulutnya saat confetti masih disemburkan ke arahnya. Ia melihat ibu, ayah, kakak perempuannya dan Jisoo berdiri di hadapan nya dengan senyum lebar.


"Jangan menangis," goda Jisoo yang dengan polosnya menimpuk muka Taeyong dengan cupcake di tangannya.

Taeyong tak sempat menghindar. Ia justru melepas cupcake yang masih menempel di mukanya. Dan segera menimpuk nya kembali ke muka Jisoo.


"Ya!"


Taeyong tertawa. Ia memeluk erat kedua orang tuanya. Menyalurkan rasa terima kasih dan sayangnya untuk mereka. Karena telah membesarkannya dengan baik.


"Terima kasih untuk semuanya, Eomma, Appa."
©







Jisoo berguling di kasur Taeyong sambil menjilati jarinya yang terkena coklat.


"Jorok!" tegur Taeyong. Ia yang baru selesai mandi langsung menjitak kepala Jisoo. "Kalau aku tidur dikerubungi semut bagaimana?"


Jisoo menjulurkan lidahnya. "Kau akan mengganti seprai mu setelah aku pulang."


Taeyong menggelengkan kepalanya melihat tingkah Jisoo. Ia mengambil tissu yang ada di meja dan segera melemparkannya pada Jisoo.



"Aku kira kau marah. Kau tidak membalas pesanku," kata Taeyong. Ia duduk di kursi samping tempat tidurnya. Menghadap langsung pada Jisoo yang sudah merebahkan tubuhnya.


"Salahmu tidak cerita padaku soal debutmu. Ahhhh jadi bagaimana rasanya?"


Taeyong terdiam sejenak. Ia menatap wajah Jisoo lekat-lekat. Perasaan ini butuh ia ungkapkan pada Jisoo. Perasaan nya saat ia bisa debut.

"Aku senang..... "


Taeyong menatap kosong ke bawah, kepada dua tangannya yang saling bertautan. Jisoo yang menyadari ada sesuatu yang salah segera mendekat. Tangannya menimpa tautan tangan Taeyong. Menepuk nya pelan.


"Wae?"

Taeyong mendongak. Ia tersenyum sedih.


"Apa aku sudah menjadi orang baik? Rasanya mereka masih membenciku karena.... "


"Taeyong," bisik Jisoo. Ia segera menarik Taeyong ke dalam pelukan nya. Menepuk punggung pria itu dengan lembut.


"Aku ingin NCT berhasil, Jisoo-ya... Aku tidak ingin membuat grup ini gagal karena masa laluku.... Apa aku berhasil? Apa aku sudah cukup membuat grup ini berhasil debut? Apa aku pantas Jisoo-ya? Apa mereka akan baik-baik saja dengan adanya aku? Aku tidak ingin membuat mereka kecewa.... "


Jisoo menutup matanya. Menahan air mata yang sudah mendesak keluar. Ia memeluk Taeyong lebih erat.


Ia tidak pernah menyadari kalau Taeyong masih terbebani scandal masa lalu nya. Ia merasa ada beban di pundak Taeyong. Tapi ia terlalu egois karena mengabaikan nya.



Taeyong masih menyimpan luka itu di dalam hatinya. Ia masih terbebani dengan semua masa lalunya.


Tuhan tahu betapa Taeyong sudah bekerja keras untuk menjadi seperti sekarang.

Jisoo tahu bagaimana Taeyong berusaha keras saat menjadi trainee. Berapa jam yang dihabiskan temannya itu untuk berlatih. Bagaimana ia berusaha keras menjadi lebih baik.


Terkadang netizen terlalu kejam. Mereka terlalu kejam menghakimi Taeyong. Ingin rasanya Jisoo meneriaki mereka karena melukai hati Taeyong untuk kesalahan yang bukan sepenuhnya milik Taeyong.


Tapi Jisoo tahu dimana posisi nya dan Taeyong sebagai idol. Mereka harus diam dan berbuat terbaik untuk fans. Meski terkadang itu melukai.

Ini jalan yang sudah Jisoo dan Taeyong pilih. Mereka harus bisa menempatkan posisi mereka dengan baik. Untuk membalas dukungan fans mereka. Itu tugas utama idol. Menyenangkan fans.


"Kau lupa, Ty. Teman-temanmu begitu  menyayangimu. Mereka yang tahu seperti apa Lee Taeyong. Mereka mempercayakan posisi leader padamu bukan tanpa alasan."



"Hmmm aku merasa tak pantas. Aku buruk, Jichu-ya. Aku jahat. Aku penipu.... Aku-"


"Shhh. Hentikan omonganmu itu, bodoh," sergah Jisoo. Ia memeluk Taeyong lebih erat.


"Aku takut kalau kami gagal karena ulahku."


Jisoo tidak bisa menahan air matanya. Ia tidak bisa mendengar lagi semua ucapan buruk Taeyong untuk dirinya sendiri.


"Ku mohon. Diamlah, Ty. Jangan katakan ini lagi. Kau berjanji akan membungkam mereka dengan prestasimu. Tetaplah jadi Ty ku yang seperti ini. Aku yakin mereka bisa melihat kalau kau bukan orang jahat."


Jisoo melepas pelukan nya. Ia memaksa Taeyong menatapnya. Ia menggigit bibirnya saat melihat wajah Taeyong sudah basah oleh air mata.

"Look at me."


Dengan ragu Taeyong menatap Jisoo. Ia bisa melihat temannya itu menangis. Jejak air mata itu ingin ia hapus. Hatinya sakit karena telah membuat Jisoo sedih.


"Kau Lee Taeyong, leader NCT. Kau berbakat, kau baik, kau bukan penjahat. Buktikan pada mereka kalau mereka salah telah membenci orang sebaik dirimu. Bawa NCT sukses bersama teman satu grupmu. Kau dengar apa kataku?"


Taeyong tersenyum kecil. Ia menarik Jisoo ke dalam pelukan nya. Menenggelamkan wajahnya ke lekukan leher Jisoo. Tempat ternyamannya.


"Aku mengerti, noona."

"Yak! Enak saja kau panggil aku noona......"


Taeyong memejamkan matanya. Kegundahannya mulai mereda. Ia bersyukur memiliki Jisoo.

She is like my sunshine
Always shining my life
©

DELUSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang