Adhira mengacak-acak rambutnya frustasi, ia tak bisa mencerna semua rumus-rumus yang dijelaskan oleh gadis dihadapannya. Otaknya terlalu sempit, bahkan sudah penuh dengan hal yang sangat tidak penting. Cowok itu membanting pulpennya sendiri hingga berantakan, Nathusa pun acuh. Tak menghiraukan.
"Lanjut besok deh, Sha!" ucap Adhira karena sudah tak kuat lagi.
Nathusa menutup novel yang sengaja ia bawa untuk jaga-jaga ketika merasa bosan. "Satu jam lagi." katanya.
"Ya allah, cobaan apalagi ini!"
"Kalo lo mau berusaha dan niat pasti bisa, tapi kalo kayak gini mah......." Nathusa sengaja menggantung kata-katanya, berharap membuat Adhira takut. Tetapi keadaan berbalik adanya, cowok itu melotot sedikit mencondongkan tubuhnya agar bisa menatap Nathusa lebih dekat.
"Maksud lo apaan?" tanya Adhira dingin.
"M-ma-maksud gu-gue," kini Nathusa harus bertanggung jawab. Gadis itu gugup setengah mati ketika menatap mata biru laut milik Adhira yang terlihat begitu dekat. "Maksud gue lo bakal gagal lagi buat dapet nilai A dari Bu Siska!" jawab Nathusa asal. Tapi memang benar, itu tujuan dari Adhira belajar dengannya.
Adhira kembali duduk tegak, mengambil pulpen lagi dari tempat pensil. Cowok itu diam membuat Nathusa mengernyit. Diperhatikannya Adhira cukup lama hingga cowok itu menyodorkan buku tulis yang sudah dipenuhi ukiran pena dengan rumus sebagai objeknya.
Nathusa menatap takjub tulisan Adhira. Sangat rapih dan bagus. Bahkan tulisannya pun kalah. Cepat-cepat ia menepis semua pikirannya tadi dan beralih mengoreksi beberapa soal yang dikerjakan Adhira susah payah.
"No dua salah, coba benerin." kata Nathusa menyerahkan kembali buku tersebut pada Adhira.
"Arrgghhh! Ma, Adhira pusing!" racaunya sambil menjambak rambut bagian jambul.
"Baru segitu aja lo nyerah."
"Eh! Lo mah enak dari sananya udah pinter, lah kalo gue?"
Nathusa menghela nafas pelan. "Berusaha, cuma itu kuncinya."
"Ya udah, lo diem. Gue mau be.ru.sa.ha!" papar Adhira penuh penekanan pada kata terakhirnya.
...
Adhira berjalan menuju kantin dengan teman-temannya yang mengawal di belakang. Dengan raut wajah datar serta aura dingin, membuat Adhira terlihat cool hari ini, ditambah lagi dengan rambutnya yang basah karena air wudhu. Ya, cowok itu habis melaksanakan kewajiban lima waktu yang setiap hari dilakoninya. Selain untuk mendapatkan pahala, Adhira juga merasa lebih tenang kalau sudah melaksanakan. Oke, back to the topic.
Sementara Nathusa, gadis itu tengah berada di perpus untuk meminjam beberapa buku yang akan dibawanya nanti ke rumah cowok keras kepala itu. Setelah menulis nama dan jumlah serta judul buku, Nathusa berjalan menuju loker kemudian menyusul Dito dan Devine yang mungkin sudah menunggu dari tadi.
Sesampainya dikantin, Nathusa mengedarkan pandangan dan berhenti pada salah satu kursi tepat berada ditengah. Beberapa detik kemudian gadis itu telah duduk manis di samping Dito tanpa ekspresi.
"Anjir lo, Sha! Ngagetin gue aja!" omel Dito.
Nathusa terkekeh untuk pertama kalinya.
"Lo ketawa, Sha?!" pekik Devine menatap Nathusa tak percaya. "Gila! Manis banget sumpah, gue akuin itu bener-bener manis. Ditambah lo punya lesung! Cuocok udah." Devine mengacungkan jempolnya di depan wajah Nathusa membuat gadis itu memundurkan sedikit kepalanya.
"Alay!" cibir Nathusa dingin.
Nathusa tak sadar bahwa ada seseorang yang memperhatikannya sedari tadi. Cowok itu tersenyum melihat Nathusa kembali tertawa. Walaupun hanya sekedar kekehan, tapi sudah bisa membuat hatinya tenang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt Again
Novela Juvenil"Biarlah semua berjalan dengan apa adanya, berlalu dengan semestinya, dan berakhir dengan seharusnya." -Nathusa Delanva "Sudut bumi sebelah mana yang tak mengharuskan bertemu dengannya?" -Adhira Yumara Dilange "Mengikhlaskan lebih baik, daripada har...