BYUR..
Dito lantas bangun ketika air menyapu wajahnya. Dengan sangat lantang ia berteriak.
"MAMA, PAPA BANJIR!" keadaan Dito belum membuka mata, artinya cowok itu masih setengah sadar. "DEVINE BANJIR!"
"DITO BANJIRNYA UDAH TINGGI!" pekik Devine tepat di samping telinga Dito.
Mendengar pekikan Devine yang super duper nyebelin, Dito langsung berdiri, kemudian membuka matanya.
"Bangsat! Mana sih banjir? Kering begini!" Dito menatap tajam Devine yang menyeringai lebar penuh arti.
"Disini emang gak ada banjir, tapi liat tuh kasur lo basah!" Devine menunjuk bagian ranjang yang basah, lalu menatap Dito penuh selidik. "Lo... Mimpi basah ya?" tanya Devine polos.
Dito menelan salivanya susah payah. Ia jadi salah tingkah. Sebenarnya semalam ia tidak bermimpi seperti itu. Seingatnya semalam ia ingin pergi ke kamar mandi tetapi bawaannya malas jadi di urungkan. Oh iya satu lagi, ia bermimpi kalau Nathusa memaksa untuk menjadi pacarnya, dan setelah itu semuanya buram karena air tersebut. Ya begitulah intinya.
"G-gak gue gak m-mimpi ba-basah." Dito menggeleng-gelengkan kepalanya, menyakinkan Devine.
"Terus kenapa kasurnya basah?"
"Ngompol."
"Hah?" mulut Devine melebar sempurna. Saudara kembarnya memang aneh.
"Udah sana keluar, gue mau beres-beres." usir Dito.
Devine mengerucutkan bibirnya berjalan keluar kamar. "MAMA DITO NGOMPOL!"
"Bangke emang tuh anak!" umpat Dito.
Karena takut ketahuan oleh Audrey -mamanya- dan Verall -papanya- dengan cepat ia membongkar semua pelapis kasur. Mulai dari sprei, sarung bantal, dan yang terpenting bed cover nya. Buru-buru ia merendamnya di kamar mandi. Untung saja mamanya baik hati mau membelikan mesin cuci khusus untuk di kamarnya. Kan untungnya juga buat Bi Mina, cuciannya jadi lebih ringan.
"Dit?"
"Mama?"
"Kamu ngompol?" tanya Audrey berjalan menghampiri Dito.
"G-gak Dito gak ngompol, siapa bilang?"
"Itu kasur kamu kenapa gak ada spreinya? Terus bed cover nya mana? Sarung bantal sama gulingnya mana?"
Dito menggaruk tengkuknya. "Dito cuci Ma,"
Audrey mengernyit. "Kan baru diganti kemarin sama bibi."
"Iya, Nyonya, ada apa?" sahut Bi Mina dari ambang pintu.
"Saya gak panggil kamu." ujar Audrey datar.
Dito menahan tawanya. "Ya udah, saya balik kerja ya bu.."
"Hm.."
"Sekarang dimana sprei sama yang lainnya?"
"Di kamar mandi."
Audrey beralih menuju kamar mandi diikuti Dito di belakangnya. Ia pun membuka pintu kamar mandi, matanya terbuka sempurna. Di dalam sana, bath up dibuat Dito untuk merendam sprei dan yang lainnya. Dengan busa yang sangat tebal akibat detergen terlalu berlebihan. Audrey menatap Dito tajam.
"Ini apa?" tanya Audrey dingin.
"Anu Ma.. Eum.. Sssh.. Itu... Aduh.."
"Beresin sekarang!" perintah Audrey. Dito langsung menyambar handuk dan sikat yang berada di pojok kamar mandi. Berniat membersihkan noda dengan manual.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt Again
Teen Fiction"Biarlah semua berjalan dengan apa adanya, berlalu dengan semestinya, dan berakhir dengan seharusnya." -Nathusa Delanva "Sudut bumi sebelah mana yang tak mengharuskan bertemu dengannya?" -Adhira Yumara Dilange "Mengikhlaskan lebih baik, daripada har...