Hurt Again - Four

54 14 2
                                    

Nathusa pulang lebih dulu dari dua sahabatnya. Dito dan Devine. Gadis itu berjalan tanpa ekspresi di sepanjang koridor. Beberapa siswa yang menyapanya pun tak dibalas. Kali ini Nathusa tidak menghampiri pelataran parkiran sekolah, ia langsung bergegas menuju halte depan sekolah untuk menunggu angkutan umum. Sepertinya gadis itu masih marah kepada Adhira. Cowok yang selama ini melacak kehidupannya. Sebenarnya Nathusa tidak marah hanya saja ia tak suka jika ada seseorang yang tak tahu apa-apa tiba-tiba melacak kehidupannya dengan alasan yang sama sekali tidak berhubungan dengan akal.

Sekitar lima menit Nathusa menunggu tukang go-jek yang akan mengantarnya ke apartement. Setelah tadi berpikir, Nathusa lebih memilih naik ojek online daripada harus naik angkot atau semacamnya. Alasannya karena lebih praktis dan cepat. Kalau ia naik angkot atau busway, ia harus jalan lagi menuju tempat tujuannya dan itu cukup melelahkan. Pasalnya, lokasi apartement gadis itu lumayan jauh dan halte busway pun tidak sampai sana juga angkot.

Nathusa tersenyum tipis saat hembusan angin siang menerpa wajahnya, membuat rambut hitam legam miliknya menari ke sana kemari. Gadis itu tak memakai helm, sebab perjalanan selama ke apartememt tak ada polisi. Inilah yang ia sukai. Naik kendaraan beroda dua membelah jalan ibu kota.

Tidak membutuhkan waktu lama. Nathusa sudah sampai tepat di depan loby apartement. Gadis itu mengeluarkan selembar uang pecahan lima puluh ribu, setelah menerima kembalian dari si abang go-jek, Nathusa masuk ke dalam. Seperti biasa para satpam menyapanya ramah. Seorang resepsionis apartement tersebut memanggilnya, membuat Nathusa berbalik dan menghampiri meja tersebut.

"Mba, ini ada titipan dari ibu. Kata ibu, maaf gak bisa mampir, lagi ada urusan mendadak." kata Resepsionis itu.

Nathusa menerima sebuah kotak berukuran sedang dengan pita sebagai hiasan teratas. "Mama tadi ke sini?" tanyanya.

"Iya, mba. Tapi cuma titipin itu, setelahnya pergi lagi."

"Ya udah, makasih ya."

"Sama-sama, mba."

Nathusa sedikit berlari ke laman apartemennya. Gadis itu tak sabar ingin membuka hadiah yang setiap satu tahun sekali di dapat dari ibunya. Setelah menekan beberapa tombol angka yang merupakan password apartemennya, Nathusa masuk setelah itu mengunci dari dalam.

Sofa. Benda empuk yang akan menjadi tempat membuka dan saksi dari kado tersebut. Dengan hati-hati Nathusa membuka kertas kado yang menyelimuti kotak itu. Satu kertas sudah terbuka, namun ada kertas lagi dan ia harus merobeknya lagi. Saat kertas tersebut sudah berserakan di lantai, Nathusa tersenyum karena tak ada kertas lagi. Gadis itu membuka tutup kotak tersebut, dan menganga menatap takjub isi hadiah itu.

Nathusa merobek sisi kerdus yang menutupi. Gadis itu mengeluarkan hadiah favoritnya setiap tahun dari sang Mama. Tahun ini sedikit berbeda, sang Mama memberikan hadiah seperti anak kecil tetapi Nathusa menyukainya. Nathusa mengeluarkan ponsel dari dalam tas dan memotret hadiah tersebut. Setelah itu memasukan ke salah satu mendia sosial dengan men tag sang Mama.

Instagram

delanvanathusa

delanvanathusa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hurt AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang