4

14.3K 412 8
                                    

Sebenarnya aku berminat dalam bidang seni , terutamanya dalam aktiviti melukis , tapi ayah lebih suka aku menjadi seorang doktor , tiada pilihan lain selain memenuhi kehendak ayah dengan mengikuti bidang sains dan bioperubatan . Memang membosankan , di hari pertama aku perlu meliputi penerokaan ilmu dalam bidang tersebut seperti anatomi, fisiologi,
mikrobiologi, parasitologi,
biokimia, farmakologi, toksikologi dan imunologi. Ah , semua itu membuat aku harus memerah otak. Selain itu ,aku telah mengikuti kelas seni lukis sebagai fakulti tambahan, kira-kira cara untuk mengurangkan sedikit beban masa belajar ilmu kedoktoran tadi.

Aku melihat jam di pergelangan tanganku , selepas jam rehat , fakulti tersebut akan mengadakan pertemuan pertama . Ada masa 20 minit lagi untuk aku melepaskan rasa lapar dengan makan ke kafe.

Kafe terletak di pertengahan bangunan, pemilihan tempat yang strategik kerana ia adil untuk para mahasiswa yang berada di tingkat atas ataupun tingkat bawah dalam mengambil bilangan tangga yang sama.

Dalam perjalanan menuju kafe, aku berasa hairan saat mereka terus memandang ke arahku . Apa penampilanku pelik atau wajahku yang hodoh ?

Aku terus membawa langkahku sehingga tiba ke arah tujuan , mengabaikan tatapan mereka yang seakan merendahkanku .

Apakah pelik menggunakan selipar ? Apa mereka sedang membandingkan kasut bertumit tinggi mereka dengan selipar yang aku kenakan ? Kenapa perlu di persoalkan , tempat ini untuk menuntut ilmu bukan untuk berlagak , jadi untuk apa aku harus mempamerkan jejeran kasut bertumit tinggi yang berada di rumah ?

.

.

.

.

.

Rupanya kelas seni di kolej ini tidak seburuk yang aku fikirkan . Guru yang mengajar kami benar-benar berbakat . Selain itu , beliau juga seorang yang peramah dan gemar tersenyum , mesti kehidupannya amat baik .

"Miss Nathella ?"

Aku menghentikan langkahku, lalu menghadap seseorang yang menegurku , dia Kwon Soonyoung , peria berstatus guru dalam bidang seni di kolej ini , peria yang mengejarku dan rakan-rakan sekelas tadi.

Aku tergagap seketika , dari jarak sedekat ini , dapatku lihat sepasang matanya yang mengarah tajam ke arahku .

"yes sir ."

Dia tersenyum , hampir menyeringai . Entah kenapa aku merasa sesuatu yang mengerubungi kami .

Dia berjalan mendekatiku , terlihat jantan dengan tangan kanan yang di masukkan ke dalam saku seluar .

"what..happen sir ?"

Aku tergagap, menyedari pesona pekat yang di miliki profesor muda ini . Dia bukan seperti profesor kebiasaannya dengan wajah berkedut atau rambut beruban . Dia memiliki kesan profesor tersendiri , dengan rambut yang tersisir rapi , kacamata yang membingkai mata kecilnya serta pakaian formal yang dia kenakan sudah cukup melukis jati dirinya sebagai golongan intelektual.

"Kau menjatuhkan ini."

Dia menghulurkan sebuah gantungan beg berbentuk piramid . Kupandang wajah dan gantungan beg itu secara bergantian .

Bukannya aku tidak tahu dia berasal dari negara Asia yang terkenal dengan teknologi
canggih di setiap peralatan
elektroniknya,iaitu; Seoul,Korea. Bahkan dia memiliki wajah khas warga asing , begitu kontra dengan rakyat tetap di negara ini.

"are you okey ?"

Tegurannya menjemputku dari lamunan, aku tangkas menyumbangkan senyuman kaku.

"im sorry,sir . Saya termenung tadi."

Dia terkekeh singkat ,terlihat kaku dan di paksakan.

"Aku tahu apa yang kau fikirkan. Ya , aku memang bukan warga asli di sini , aku baru menetap di sini sekitar 2 bulan yang lalu . Oh , jangan tertawakan loghatku yang kurang pasif ini."

Kali ini aku pula terkekeh , aku berasa terhibur dengan raut yang dia paparkan.

Dapatku lihat dia mengangkat sebelah alisnya tinggi . Segeraku kawal tawaku , jangan sampai guru ini tersinggung, nanti ilmu tidak berkat kawan .

"sorry sir ."

"its okey ."

Lama kami berdiri dalam keheningan , aku pun hairan kenapa aku masih berdiri di sini .

"miss.."

Aku balas menatapnya , pandangan kami bertemu .

".. Kau tak ambil loket ni? Tanganku kebas ."

Pupil mataku membola , oh sejak tadi lagi dia menghulurkan tangannya dan aku dengan bodohnya tidak mengambil gantungan itu .

"oh , im sorry again,sir."

Tangkasku raih gantungan beg berbentuk piramid itu , dapatku rasakan jantungku berdebar malu .

Dia melemparkan senyuman nipis , lalu melihat jam di pergelangan tangannya .

"oh, i've to go now."

"ah , baiklah."

Aku beranjak ke tepi ruang legar , mempersilakan dia untuk berlalu pergi .

Aku tetap memandang lurus kehadapan sambil mendengar derap langkahnya yang akan menjauh , sesaat kemudian aku terhairan saat bunyi itu tidak kedengaran lagi , aku berbalik untuk memastikan dan...

"nice to meet you , miss Nathella."

Aku terpegun di tempatku , suaranya terdengar serak dan basah , seperti menyihirku untuk tetap memandang bahunya yang semakin mengecil di telan langkah.

Bayu senja menyedarkanku dari keterdiaman , membuat aku perasan betapa sepinya koridor fakulti keseniaan ini .

Oh perasaanku kurang enak sekarang , lebih baik aku segera pulang.

. . .

Yeenarissara

Bila Malam Tiba...Where stories live. Discover now