14

7.1K 260 1
                                    

Malam yang indah , di temani cahaya bulan dan kerlipan cahaya kunang-kunang yang bersinar cantik , menjadikan suasana malam ini cukup mengujakan.

Pohon epel yang tumbuh di hadapan jendela kamarnya menjadi tumpuan kawanan kunang-kunang tersebut , mereka menjadikannya umpama pohon krismas yang berkelipan sepanjang malam , begitu indah di pandangan , membuat dia tidak mampu menahan senyuman.

Dia terus menatap lurus ke arah pohon berdaun rimbun itu, meski tidak serupa bintang yang menanti malam untuk mengagungkan sinarnya, namun mereka mampu menghasilkan cahaya sendiri dengan perpaduan oksigen bersama enzim-enzim tertentu seperti Luciferin .

Sama juga , dia seperti sedang melihat bintang , sekurang-kurangnya semua ini membuatnya senang , tidak seperti rumah mereka yang terdahulu , amat sesak , bila merenung ke luar jendela , hanya kepadatan kota yang kelihatan , tiada hal-hal menarik , hanya sekadar menatap kesesakan lalu lintas yang tiada hujungnya , apatah lagi suara hon kereta yang membingitkan pendengaran , yang pasti rumah mereka yang dahulu jauh dari kata menenangkan . Akan tetapi rumah itu jugalah yang menyimpan banyak kenangan sewaktu bersama arwah ibunya.

Dia duduk diam di kepala katil , memeluk kedua belah lututnya yang sengaja di silangkan , menjadikan dagunya sebagai beban di sana.

"Kwon Soonyoung." Tiba-tiba nama peria itu terlintas di benaknya , mengharungi fikiran berliku yang selama ini hanya di isi oleh ayah, ibu , dan pembelajarannya . Hanya itu , tiada hal-hal lain .

Tanpa perintah dia terbayangkan wajah tegas dengan senyum pipih yang mempesona itu , juga kekehan ringan yang terdengar berat namun halus .

"Ada sesuatukah dia ?" Gumamnya perlahan setelah teringat kembali perkenalan mereka yang pertama hinggalah pertemuan yang semakin berlanjutan , di mana dia merasa dekat namun terkadang jauh juga .

Alisnya yang terukir rapi nan lebat itu mengernyit , kelihatan bingung .

Dari apa yang dia dengar Kwon Soonyoung seorang pemuja wanita , terbukti dengan beberapa mahasiswa yang kononnya pernah melihat kehadiran Peria itu di pusat hiburan klub malam , hanya itu yang dia tahu tidak lebih , itu pun dia tanpa sengaja mendengar sewaktu berjalan di ruang lokar .

Dari pengetahuan awam yang dia fahami , lelaki pemuja wanita adalah seseorang yang sentiasa memiliki target untuk di persendakan . Apakah aku ? Kalau ia , apa yang harus aku lakukan , perlukah aku mengelak dari dia ?

"Tapi aku tak mungkin mengelak . Ah , mungkin ini cuma kebetulan sahaja , ya kebetulan."

Nathella menghembus nafas panjang , namun segera matanya berbinar cerah saat menangkap satu kelip-kelip terbang ke arahnya , perlahan , membuat Nathella menunggu penuh penantian .

Nathella terkekeh sendiri di saat kelip-kelip itu hinggap di puncak hidungnya , menimbulkan sensasi geli namun menyenangkan .
"Hei apa kau datang nak temankan aku yang kesepian?"

Mungkin oleh kerana wap hangat yang terhasil dari saluran pernafasannya membuat kelip-kelip itu terusik dan kini terbang menjauh .

Nathella tersenyum . "Selamat jalan kelip-kelip ." Dia melambaikan tangannya , bersuara dalam keheningan kamar .

Dia menarik nafas sejenak , lalu menjatuhkan tubuhnya ke katil
dengan posisi terlentang.

Lucu pula kalau dia berfikiran yang dia menjadi target Soonyoung , apa yang menarik daripada dia ? Orang setampan Soonyoung mustahil tiada wanita idaman , meskipun wanita itu dianggapnya seperti catur yang perlu di menangkan namun pasti peria itu ada kriteria tersendiri , cantik dan seksi misalnya ? Mustahil Profesor memilih gadis biasa sepertinya.

Oh mungkin ini efek dari kebiasaannya yang gemar membaca cerita-cerita fiksi , bahkan kekadang dia bermimpi mahukan kehidupannya berakhir bahagia , meskipun pada mulanya penderitaan sebagai hiasan , tapi bolehkah dia bermimpi kebahagiaan sebagai mahkota ?

"Tapi bolehkan aku bilang.." Ia diam sebentar , memejamkan matanya dan menahan nafas.
Sedetik kemudian dia menghembus nafas pendek berupa kata yang berangkai . "Selamat malam , Profesor Kwonl."

.

.

.

.

Suara alunan muzik klasik bergaya eropah dari gramofon berwarna jingga keemasan yang terletak di sudut kamar menjadi satu-satunya sumber suara , ia beralun merdu , seperti mengikuti hembusan bayu malam yang meniup perlahan tirai kamarnya , berpadukan terapi dari pendingin ruangan , rasa empuk nan lembut yang menyelimuti diri , bantal yang nyaman, pencahayaan redup yang malap-malap dari lampu hiasan di atas meja menawarkan ketenangan yang berganda.

Soonyoung sangat menikmati suasana seperti ini , tenang dan nyaman. Biasanya , bila-bila masa sahaja dia akan terlelap , dan terbangun keesokan harinya dengan keaadan yang lebih segar.

Namun malam ini , tidak seperti hari-hari sebelumnya , mungkin kalau dahulu dia akan langsung terlelap jika sudah berbaring di atas tilam setelah terlepas dari pekerjaan seharian yang melelahkan , tetapi sekarang , fikirannya sedang tidak di tempatnya , bahkan untuk memejamkan matapun dia terasa berat .

Otaknya melayang jauh, memaksa diri untuk mengingat orang yang tidak sepatutnya di kenang dalam keadaan seperti ini , membuat
pemikirannya tidak tenang dan kurang nyaman.

Dia Nathella , seseorang yang berani-beraninya membawa pergi akalnya dan membuat dia sukar terlelap . Seseorang wanita yang bertubuh kecil namun menggoda , wanita berparas cantik namun seseorang yang sederhana.

"  You're hazardous , Miss Nathella." Dia perlu berhati-hati , Nathella amat berbeza dengan targetnya yang terdahulu , wanita itu begitu waspada , mengesyaki sesiapa yang tiba-tiba memanipulasi kehidupannya , pada awalnya dia berfikir setelah menebarkan senyuman menawan Nathella langsung jatuh dan pekerjaannya beres . Namun andaiannya salah, wanita itu acuh meskipun kelihatan tertarik juga kepadanya . Dia membuat kesimpulan sendiri bahawa Nathella masih mentah , belum berpengalaman , masih polos , tidak dapat menafsirkan perasaannya sendiri .

Soonyoung menghela nafas, tersenyum sesaat apabila
mengingat interaksinya bersama Nathella beberapa waktu lalu , hampir sahaja dia tidak mampu mengawal diri .

Tapi , apa boleh buat , dia perlu bertindak tangkas namun harus berhati-hati juga , bila dia dapat segera mendekati Nathella seperti tadi maka semakin mudahlah segala urusannya .

Meskipun targetnya kali ini amat kecil , tidak berpengaruh langsung dengan persekitaran namun ia tetap memerlukan penelitian yang mendalam .

Ia memejamkan matanya , menutup dengan lengannya , menumpuhkan perhatiannya pada alunan merdu yang seperti mendayu-dayu memanggilnya untuk segera terlelap .

Entah kenapa ia begitu tergila-gila dengan targetnya kali ini , berapa banyak wanita cantiknya yang luar biasa memukau yang pernah menjadi kemahuannya , tapi kenapa justeru Nathella yang terus menghampiri fikirannya , muncul dengan tubuh kecil namun mengghairahkan itu.

"Miss Nathella , be careful with
yourself. " Soonyoung menyeringai , hampir menyamai seringai kepuasan sebelum mengingati seseorang yang sepertinya akan menjadi sebuah hambatan untuk mendominasikan Nathella .
"Alvin kwon ." Peria itu juga , Saudara kembarnya , dia perlu berhati-hati , jangan sampai kehadirannya menjadi parasit tersendiri untuknya di kemudian hari .

Vote comment ?

Bila Malam Tiba...Where stories live. Discover now