17

9.8K 655 10
                                        

Wonwoo terbangun dalam keadaan pusing yang luar biasa di pagi berikutnya. Dia pun menegakkan badan sambil mengucek-ucek mata. Seketika, kilas balik tentang apa yang dia lakukan terhadap Sera semalam menghantui pikirannya. Mata Wonwoo membulat sempurna. Tiba-tiba dia merasa panik sendiri. Pasalnya, kemarin dia terkesan memaksa Sera untuk melakukan hubungan intim. Laki-laki itu juga ingat bagaimana dia 'menyerang' kekasihnya di lift, yang notabene lift adalah ruangan yang sempit, dan Sera memiliki fobia akan hal itu.

Wonwoo mendadak jadi benci pada diri sendiri. Tindakannya yang mendorong Sera ke kasur, melampiaskan nafsunya tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu, itu terlalu bajingan. Bahkan yang paling parah, semalam Wonwoo tidak sengaja 'mengeluarkan' di dalam! Bukan, bukannya Wonwoo tidak mau bertanggung jawab semisal Sera akan hamil akibat kecerobohannya kemarin. Tetapi, Wonwoo merasa gagal menjadi kekasih yang baik. Dia sudah berlaku sangat egois semalam.

"Aku jahat sekali!" rutuk Wonwoo sembari memukul kepalanya sendiri. "Kenapa aku tidak berpikir lebih dulu?!"

"Hei, sudah bangun?"

Sapaan itu membuat Wonwoo menoleh ke sebelah kiri. Terlihat Sera sedang menghampiri Wonwoo dan duduk di sisi tempat tidur. Perempuan itu tampaknya sudah selesai mandi. Dia mengenakan turtle neck tanpa lengan warna krem, dipadu dengan ripped jeans semata kaki, rambutnya digerai, dan wajahnya dipoleskan make up tipis. Cantik sekali, begitu pikir Wonwoo. Sera tersenyum lembut ke arah sang kekasih. Satu tangannya bergerak merapikan rambut laki-laki itu. "Bagaimana? Masih pusing?" tanyanya.

Wonwoo terdiam, tangan laki-laki itu meremas pelan selimut yang masih menutupi tubuh polosnya. Sementara Sera tetap mempertahankan senyum seraya kembali berucap. "Pesawat kita akan take off jam 9 pagi. Cepatlah mandi, Jeonsan!"

Wonwoo akhirnya bereaksi. Dia menarik tangan Sera dan langsung memeluk perempuan itu. "Sayang, maafkan aku!" lirih laki-laki itu penuh penyesalan. "Semalam aku mabuk, tidak bisa berpikir jernih, kejadian kemarin terjadi tanpa sempat aku pikirkan, maafkan aku! Aku memang bukan pacar yang baik!" ungkap Wonwoo seraya menenggelamkan wajah di bahu Sera, ini pertama kalinya dia terlihat sepanik ini dalam beberapa hari terakhir. "Apapun yang terjadi, aku akan bertanggung jawab!"

Sera sempat terkejut karena aksi spontan sang kekasih serta berusaha mencerna kata-kata Wonwoo barusan. Sesaat kemudian, dia pun terkekeh geli. Sepertinya Sera tahu kemana arah perbincangan ini. "Jeonsan, kau ini lucu sekali!" guraunya di sela-sela tawa.

Wonwoo menegakkan kepala, menatap Sera bingung. "Eh?"

Tak ada kemarahan atau kesedihan di mata Sera. Justru, perempuan itu terlihat sangat gembira sekarang. "Tenanglah, semalam aku tidak sedang dalam masa subur, jadi tidak apa-apa kalau 'mengeluarkannya' di dalam."

Wonwoo tercengang hebat. Dia berusaha memahami dengan baik kata-kata barusan, tetapi Sera buru-buru kembali bersuara. "Untuk yang semalam, anehnya, aku tidak sampai pingsan saat kita berada di dalam lift. Sepertinya aku lebih patut mengucapkan terima kasih sebab Jeonsan memberikan pengalaman yang tak terlupakan di lift itu," timpal Sera malu-malu. "Apakah yang kemarin bisa dijadikan suatu terapi untuk fobiaku, Jeonsan?"

Mendengar hal itu, Wonwoo akhirnya bisa kembali tersenyum. Dia lantas mencium kening Sera bertubi-tubi, turun ke mata thin almond perempuan itu, lalu ke kedua pipinya, dan berakhir di bibir mungil sang kekasih. Ciuman mereka begitu dalam. Wonwoo benci mengakui ini, tapi sekarang dirinya tidak menyesal lagi karena kata-kata Sera tadi. "Tolong, mandikan aku!" goda Wonwoo selepas ciuman mereka.

Sera berhenti tersenyum. Matanya membulat sempurna, sebelum menjewer kedua telinga Wonwoo. "Mesum!"

***

#1 WONWOO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang