2

12.4K 1.1K 96
                                    

Wonwoo berdiri di depan cermin kamarnya, memastikan tidak ada kecacatan dari penampilan laki-laki itu sekarang. Tuksedo hitam yang dipadu kemeja hitam serta dasi berwarna marun tampak cocok menempel di tubuh atletisnya. Celana panjang hitam juga melekat sempurna di kaki Wonwoo yang jenjang bak model. Jangan lupakan sepatu pantofel berwarna senada itu, terlihat mengkilat dan elegan. Ketampanan Wonwoo sudah sangat sempurna, ditambah lagi kini rambut laki-laki itu ditata ke belakang menggunakan pomade sehingga dahinya terlihat jelas. Kalau sudah begini, bisa-bisa semua perempuan mendadak hamil hanya dengan melihat penampilan Wonwoo.

"Jun ada-ada saja! Acara apa yang dia buat, sih?" gumam Wonwoo. "Aku belum sempat beli baju karena mendadak diberitahu!"

Kalian jangan kaget dengan tabiat anak orang kaya, pakaian setiap acara yang akan dihadiri haruslah baru. Padahal, pakaian yang Wonwoo kenakan sekarang baru dibeli seminggu yang lalu, belum pernah dipakai, serta memiliki harga yang fantastis.

Setelah puas bercermin, Wonwoo memasukkan ponselnya ke dalam saku celana lalu berjalan menuju ruang tamu. Di situ sudah ada Mingyu yang menunggunya dengan sabar. Ya, Wonwoo akan berangkat ke Octagon Club bersama laki-laki itu. Karena dia sedang malas menghubungi supir pribadi sang ayah, juga belum memiliki lisensi mengemudi, akhirnya Wonwoo menyuruh Mingyu menjemputnya. Terkadang Wonwoo memang kejam karena memperlakukan Mingyu sebagai seorang pesuruh.

"Hyeong, sudah selesai?" tanya Mingyu sambil bangkit dari sofa ruang tamu.

Penampilannya tak kalah keren dari Wonwoo. Dia mengenakan setelan jas hitam dipadu dengan kemeja putih tanpa dasi, rambut kelamnya pun disisir ke belakang hingga menunjukkan dahi seksinya. For God's sake, mereka berdua bisa saja menjadi mangsa para perempuan hidung belang di Octagon Club nanti!

"Ya, ayo!"

Alhasil, mereka berjalan beriringan ke parkir basement tempat Mingyu memarkirkan mobil pribadinya. Sedikit gambaran mengenai tempat tinggal si lelaki Jeon, keamanan di apartemen Wonwoo ini bekerja secara otomatis selama 24 jam dan memakai sistem smart living. Pintu apartemen sampai penerangan ruangannya pun bisa bekerja secara otomatis. Makanya, Wonwoo tidak perlu repot-repot mengecek pintu apartemennya lagi dan bisa pergi dengan tenang.

"Hyeong!"

Wonwoo menoleh ke arah Mingyu, menatap laki-laki itu dengan datar. Sedangkan orang yang ditatapnya sedang terlihat kesal. "Ini serius? Hyeong mau duduk di kursi belakang?!" protes Mingyu.

Laki-laki bermarga Jeon itu mengedikkan bahu. "Ya, kenapa memangnya?"

"Hei, kalau Hyeong duduk di situ, orang lain akan mengira aku ini supirmu!"

"Itu lebih baik daripada aku duduk di sebelahmu. Orang-orang akan mengira kita ini pasangan homo."

"Hyeong!"

Mingyu menghela napas frustasi, sedangkan Wonwoo acuh tak acuh seraya bermain dengan ponselnya. Laki-laki bermarga Kim itu pun akhirnya memilih untuk mengalah, dengan pasrah dia menghidupkan mesin mobil dan langsung tancap gas menuju Octagon Club. Lagi-lagi Mingyu memang harus bersabar menghadapi sahabatnya yang satu ini.

"Gyu, apa kau tahu Jun mengadakan perayaan apa hari ini?" tanya Wonwoo di tengah-tengah perjalanan mereka.

"Entahlah, aku tidak yakin. Tapi, dengar-dengar Jun-hyeong akan bertunangan tidak lama lagi."

Wonwoo tertawa sarkas mendengar informasi itu. "Yang benar? Setahuku, Jun adalah womanizer paling handal di antara kita berenam. Sangat mustahil orang itu bisa membuat komitmen," komentarnya. "Tapi syukurlah, dia akhirnya bertobat."

#1 WONWOO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang