1 ㅡ Prologue

28.9K 1.8K 15
                                    

Suasana malam di kota Seoul itu begitu ramai. Kerlap-kerlip lampu menyinari setiap jalan melawan gelapnya sang malam. Hiruk pikuk orang berlalu lalang pun masih dapat dilihat. Wajar, jam masih menunjuk angka 8 lebih 20 menit, masih terlalu dini bagi orang-orang untuk terlelap.

Tak terkecuali dengan seorang namja yang kini sedang duduk termenung di dekat jendela. Matanya terus saja menatap ke arah jalanan dibawahnya yang tak henti-hentinya menimbulkan suara bising. Entah apa yang ia lihat sejak 2 jam yang lalu. Bahkan secangkir kopi yang berada di atas meja tak jauh darinya itu kini tak lagi terlihat kepulan asapnya-sudah mendingin lebih tepatnya.

Laki-laki itu sesekali menghembuskan napas kasar, itu sudah dilakukan berkali-kali selama 2 jam itu, namun tidak ada pergerakan yang berarti yang di lakukan oleh laki-laki itu. Bahkan laki-laki itu mengabaikan kamarnya yang gelap dan hanya dibantu oleh cahaya dari luar, kerlap kerlip lampu jalanan sana.

Ia masih setia dengan posisinya tanpa menyadari bahwa kini seseorang tengah memasuki apartemennya sambil menggerutu kesal. Bahkan sesorang itupun itu membuka pintunya kasar dan langsung berdecak kesal seraya menyalakan saklar yang berada tepat disamping pintu tersebut.

"Astaga Lee Taeyong! Apa kini kau sedang mencoba untuk berhemat dengan tidak menyalakan semua lampu apartementmu huh!?" Ucap seseorang yang membawa setelan baju di tangan kanannya itu yang kini mulai mendekati Lee Taeyong, laki-laki yang masih saja berada ditempatnya, sama sekali tak terganggu dengan suara melengking seseorang itu.

Sekali lagi seseorang itu berdecak kesal. Di lemparnya setelan baju yang sedari tadi ia bawa ke arah tempat tidur, lalu ia duduk di pinggir tempat tidur dan memandangi tubuh ringkih temannya itu.

"Lee Taeyong, mau sampai kapan kau seperti itu terus huh? Seharusnya kau sekarang beristirahat, bukannya besok merupakan hari istimewamu?"

Taeyong mulai bergeming, namun matanya tetap setiap memandang jalanan.

"Doyoung-ah.. apa benar besok adalah hari istimewaku?" Tanya Taeyong dengan suara parau, hei apakah Lee Taeyong abis menangis?

"Tentu saja. Bukankah kau yang mengatakannya seminggu yang lalu, bahwa ini adalah hari istimewamu?" Doyoung masih setiap menatap punggung temannya itu, namun sedetik kemudian raut wajahnya berubah. Entah apa yang Doyoung pikirkan, namun tiba-tiba saja ia berjalan kearah Taeyong dan menepuk bahu ringkih Taeyong. Raut wajah Doyoung tak terbaca, semacam cemas, takut, dan merasa bersalah menjadi satu mungkin? Entahlah.

"Sudahlah lupakan masalah itu. Itu sudah beberapa tahun yang lalu Lee Taeyong. Besok kau harus ceria, bukankah kau yang bilang bahwa besok adalah hari yang istimewa?" Doyoung masih setia menepuk bahu Taeyong.

"Oh iya, aku juga membawa setelan jas terkeren dibutikku. Kau harus pakai untuk acara besok. Aku sangat yakin kau akan terlihat beribu-ribu jauh lebih tampan daripada biasanya." Taeyong kini mulai memandang Doyoung, lalu beralih ke setelan jas yang tergeletak di ranjangnya, setelan berwarna hitam yang memang Doyoung desain khusus sehingga jas tersebut tampak begitu mewah. Ngomong-ngomong, Doyoung memang seorang Desainer dan memiliki butik sendiri.

"Terima kasih. Aku akan memakainya." Jawab Taeyong pelan seraya tersenyum tipis. Doyoung merasa sedikit lega melihat senyum tipis itu. Lalu mulai beranjak ke pintu kamar Taeyong.

"Aku akan pulang sekarang. Besok aku akan menjemputmu jam 10 tepat dan pastikan kau memakai jas pemberianku!" Belum sempat Doyoung membuka pintu, ia sudah membalikan tubuhnya lagi.

"Dan satu lagi Lee Taeyong, gunakan apa saja untuk menutupi lingkaran hitam dimatamu itu. Ketampananmu menjadi turun dan aku tidak suka melihatnya kau tahu!" Taeyong yang mendengarnya hanya tersenyum tipis. Ia terus saja memandang Doyoung yang mulai keluar dari kamarnya dan kembali menutup pintu kamarnya. Bahkan Taeyong bisa mendengar bunyi klik tanda Doyoung keluar dari apartemenya.

Taeyong masih setia menatap pintu kamarnya, namun tanpa disadari sebutir air mata turun dipipinya. Ia masih memikirkan hal yang terus saja mengusiknya.

"Benarkah besok adalah hari istimewanya?"

Taeyong kini beranjak kearah tempat tidurnya, memandang jas yang Taeyong yakini mahal harganya itu tanpa minat. Ia mengambil jas tersebut lalu menaruhnya di lemari tempat ia sering menaruh berbagai jasnya. Taeyong memang pecinta kerapihan dan kebersihan, makanya jangan heran jika melihat lemarinya, bahkan apartemennya sangat rapi dan bersih.

Setelah itu Taeyong mulai berjalan kearah saklar dan mematikan lampunya. Ia baru sadar bahwa kamarnya gelap gulita seperti ini. Ia mulai merangkak menaiki ranjangnya dan berbaring seraya menatap kearah langit-langit kamarnya. Mencoba untuk memejamkan matanya dan menghiraukan hiruk pikuk yang masih terjadi di luar sana, padahal jam telah menujukkan ke angka 9.

Taeyong mencoba menutup matanya, dan entah mengapa lagi-lagi sebulir kristal bening itu jatuh dari matanya. Pikirannya pun mulai melayang ke tahun-tahun yang lalu, saat dimana ini semua dimulai.














Hai, aku author baru yang ingin mencoba kedunia wattpad dan dunia peryaoian /? .ga
Sebenarnya udah lama menulis ff tapi ga pernah berani di publish karena ga pede dengan tulisan sendiri 😂
Terus juga sebenarnya suka yaoi tuh udah lamaaaa pake banget tapi nulis ff yaoi ya baru ini doang, mungkin karena emang lagi demen-demennya sama jaeyong atau apa tapi pengen banget buat ff tentang mereka berdua.
Oh iya ff ini juga terinspirasi dari lagunya Justin Bieber featuring Halsey yang the feeling. Ff ini juga sebenernya terinspirasi dari pengalaman pribadi (eceileh) tapi ga semuanya yaa, hanya sebagiannya aja pas bagian flashback nanti.
Oh iya mau spoiler aja nih, jadi ceritanya ini akan menceritakan tentang masa lalu Lee Taeyong, dan otomatis banyak flashbacknya hehehehe

Sekali lagi mohon bimbingannya yaa, maaf kalo masih jelek atau apa. Coment kalian sangat berarti buat akuuu 🙏

Thank you dan happy readingg ❤

The Feeling [JAEYONG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang