Siang ini cuaca cukup terik. Tak ayal, banyak pejalan kaki yang memilih untuk bersantai sekaligus berteduh di kedai-kedai minuman dingin.
Lelaki itu kini memainkan ponselnya. Tanpa memedulikan sekitarnya yang mulai ramai, lelaki itu masih saja fokus dengan pertarungan yang terjadi di layar depannya.
Bahkan tak jarang lelaki itu melontarkan cacian jika miliknya terkena serangan, tak memedulikan lirikan tajam yang terganggu akan sikapnya.
"Maafkan aku Mark, aku terlambat."
Seseorang yang dipanggil Mark itu hanya melirik sekilas sebelum kembali memusatkan kepada permainannya.
"Pesanlah terlebih dahulu, mungkin kau butuh asupan sebelum berbicara kepadaku." Ucap Mark tanpa menoleh kearah lawannya yang mengerutkan keningnya namun mengikuti ujaran dari Mark.
Setelah memesan hidangannya, lelaki dihadapan Mark itu tersenyum saat Mark menyudahi permainannya.
"Hey Mark, sudah lama kita tidak bertemu." Ucap orang itu berbasa-basi.
Mark hanya tersenyum tipis. "Ya, dan ku dengar kau sekarang membuka butik kecil, apa itu benar Doyoung hyung?"
Kedua mata Doyoung berbinar. "Ya. Kau harus berkunjung sesekali." Ucap Doyoung dengan senyuman kelincinya.
Mark tersenyum tipis, meminum kopi yang mulai mendingin tanpa melepaskan pandangannya dari Doyoung yang kini sedang tersenyum manis kepada pelayan yang baru saja mengantarkan makanannya.
"Kau hanya memesan kopi? Tidak ingin yang lain? Tenang kali ini aku yang akan traktir."
Mark menggelengkan kepalanya. "Tidak, hyung. Aku hanya sebentar disini." Mark menegakkan tubuhnya. "Ngomong-ngomong, bagaimana hubunganmu dengan Jung Jaehyun?"
Doyoung yang baru saja menyuapkan makanannya kedalam mulut seketika berhenti. Matanya menatap Mark dengan pandangan yang sulit diartikan. "Err, apa maksudmu?"
Mark tersenyum. "Jung Jaehyun, bukankah kau dekat dengannya sekarang?"
Doyoung mengulas senyum canggungnya. "Ah, pasti Taeyong yang menceritaㅡ"
"Mengapa kau berbohong?"
Doyoung mengerutkan dahinya. "B-berbohong? Apa maksudnya?"
Mark menyunggingkan senyuman miringnya. "Semuanya. Kau selalu berbohong kepada hyungku semuanya." Mark mendekatkan tubuhnya kearah Doyoung yang terlihat gugup. "Kau selalu berpura-pura menjadi sahabatnya padahal kau ingin menjatuhkannya, bukan?"
Mark tersenyum kemenangan melihat Doyoung yang kelabakan. "Aku mengetahui semuanya hyung. Saat aku pertama kali melihatmu, cara pandangmu terhadap hyungku saat di depannya dan dibelakangnya berbeda. Kau seolah sebagai teman saat didepannya dan menjadi musuh saat dibelakangnya. Menjatuhkannya secara halus, dan menjauhkan kebahagiaannya secara perlahan. Bukankah disini, kaulah pemeran antagonisnya, hyung?"
Genggaman tangan Doyoung di sendoknya mengeras. Doyoung mencoba menahan amarahnya namun air mata mulai menetes di salah satu pipinya.
"A-aku antagonisnya...?" Tanya Doyoung pelan sebelum tertawa terpaksa. Jangan lupakan air matanya yang semakin mengalir deras.
"Bagaimana jika dirimu selalu berada dibelakang? Bagaimana jika dirimu tidak terlihat dimata teman-teman? Bagaimana jika dirimu tidak pernah dipuja oleh orang lain dan justru orang lainlah yang mereka puja? Bagaimana.. bagaimana jika dirimu tak memiliki kelebihan seperti orang lain? Apa... Apa aku masih bisa kau sebut sebagai pemeran antagonis?" Terlihat emosi Doyoung berada dipuncak. Bahkan mereka berdua tak memedulikan jika orang-orang akan memandang mereka dan berfikiran negatif.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Feeling [JAEYONG]
Fanfiction[ ✓ ] Mencari sebuah jawaban akan berbagai pertanyaan yang muncul di hatinya. Namun saat jawaban itu telah didapatkannya, mengapa takdir seolah mempermainkannya kembali? ❝ Am I in love with you? Or am I in love with the feeling? ❞ - Jaeyong...