"Aku hanya ingin berteman, Doyoung. Tolong berhenti untuk selalu menahanku."
©Ochictea
Taeyong sedang berkutat dengan gambarnya. Kali ini hanya gambaran abstrak yang ia buat.
Sudah dua puluh menit berlalu, namun sepertinya Taeyong tak masih asik dengan pekerjaannya hingga membuat seseorang yang berada di depannya jengah.
"Oh, ayolah hyung. Kita sudah dua puluh menit disini dan aku hanya menyaksikanmu menggambar?" Mark berdecak kesal. "Ini sungguh membosankan."
Taeyong melirik kearah adiknya. Tersenyum simpul sambil menutup hasil karyanya yang baru setengah jadi.
"Maafkan aku. Apakah adikku bosan, hm?"
Mark hanya mendengus mendengar godaan Taeyong. Ia kembali memakan kentang goreng yang sudah mendingin sambil menatap Taeyong dengan datar.
Taeyong terkekeh. "Ya, aku sudah tahu jawabannya." Ia meneguk segelas milkshake strawberry yang tersisa setengah. "Apa yang kau inginkan?"
Mark mengerutkan dahinya. "Kau yang mengajakku, mengapa kau yang bertanya?"
Taeyong merucutkan bibirnya. "Aku hanya bosan berada dirumah."
Lagi, jawaban Taeyong membuat dahi Mark mengerut.
Hyungnya, bosan dirumah? Wow, ini suatu kemajuan.
Mark meminum cappucino dinginnya. "Ada gerangan apa hingga kau bisa berkata seperti itu, hyung? Tumben sekali."
Taeyong tersenyum teduh. "Tidak ada. Apakah aku tidak boleh seperti anak-anak normal lainnya?"
Mark tersedak oleh minumannya sendiri. Matanya kini mulai menatap Taeyong yang menatap keramaian jalanan diluar dengan pandangan sendu.
"Mark, bagaimana rasanya saat kau berjalan bersama teman-temanmu? Apakah itu sangat menyenangkan?"
Taeyong tak mengalihkan pandangannya dari jendela. Bahkan tak memedulikan apakah Mark menjawab pertanyaannya atau tidak.
"Mark, apakah pria dan wanita yang sedang bergandengan tangan itu adalah sepasang kekasih? Bagaimana rasanya menjadi sepasang kekasih?"
"Hyung." Suara berat Mark membuat Taeyong mau tak mau kini menghadapnya. Raut wajah Mark terlihat datar, namun Taeyong cukup penasaran dengan apa yang selanjutnya akan Mark keluarkan.
"Dengarkan aku. Tidak ada yang spesial dari sama siapa kau bersama. Tetapi bagaimana dengan seseorang yang bersamamu itu selalu bisa menempatkanmu di posisi yang seharusnya, menjadi sahabat ataupun kekasih.ㅡ"
"ㅡBanyak seseorang yang kita anggap sebagai sahabat berperilaku sebagai musuh saat bersama atau tidaknya kita. Banyak pula yang menjadi sepasang kekasih namun berperilaku layaknya hanya seorang teman. Bahkan, tak jarang dari kedua itu, mereka melakukannya tanpa kebahagiaan seperti yang kau bayangkan."
Mark mengusap jemari Taeyong yang berada di atas meja.
"Dengar, jangan pernah berpikiran seperti itu. Bagaimana rasanya? Tidak, lupakan pertanyaan itu. Kau akan selalu berpikir bahwa kau tidak bahagia saat melihat orang lain jika selalu mempunyai pemikiran seperti itu.ㅡ"
"ㅡKau sedang bersamaku, hyung. Jadi bagaimana jika pemikiranmu diubah menjadi, "bagaimana orang lain melihatku dengan adikku yang tampan ini?" Dengan hal itu, kau akan selalu merasa percaya diri dengan apa yang kau miliki sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Feeling [JAEYONG]
Fanfiction[ ✓ ] Mencari sebuah jawaban akan berbagai pertanyaan yang muncul di hatinya. Namun saat jawaban itu telah didapatkannya, mengapa takdir seolah mempermainkannya kembali? ❝ Am I in love with you? Or am I in love with the feeling? ❞ - Jaeyong...