Do you know how to appreciate people's work, right?
.
.
.
.
.Dont be a silent reader.
Taeyong masih menegang. Tak menyangka bahwa Yuta langsung to the point seperti itu. Yuta bahkan mulai mendekat ke arah Taeyong membuat Taeyong menunduk.
Entahlah, seharusnya ia bisa membantah perkataan Yuta. Ia tidak menyukai Jaehyun, ingat?
Tetapi rasanya untuk membuka mulutnya saja sulit.
Sampai pada akhirnya Yuta sudah berada tepat di depan Taeyong. Menatap Taeyong dengan tatapan yang sulit di artikan.
Taeyong masih tak tahu apa yang sedang di lakukan oleh Yuta hingga akhirnya ia bisa merasakan tangan besar berada di puncak kepalanya.
Taeyong mendongak dan mendapati Yuta yang tersenyum manis.
"Aku tak menyangka jika kau bisa jatuh cinta, Taeyong. Aku akan membantumu, bagaimana?" Ucap Yuta dengan senyuman khasnya yang membuat Taeyong menjadi tenang.
"Aku tidak menyukainya. Aku sengaja menggambarnya karena dia cocok ku jadikan sebagai model gambarku." Taeyong benar bukan? Taeyong tidak jatuh cinta pada Jaehyun. Semua gambar itu hanya sebagai model gambarnya saja, tidak lebih.
Yuta terkekeh. Lalu berjalan ke arah meja kecil yang berisi beberapa snack yang tadi Taeyong bawa dan duduk di disana.
Taeyong mengikuti arah Yuta, memilih untuk duduk di sebelah Yuta yang sedang menikmati makanannya.
"Kau ingin makan, Yuta?" Tawar Taeyong.
Yuta yang masih mengunyah makanannya melirik dan menjawab. "Tidak usah. Aku tak ingin membuatmu kerepotan."
Taeyong menggeleng. "Tidak. Aku juga akan memasakan makanan untuk Mark. Jadi sekalian saja kau makan disini."
Yuta mengangguk. "Aku akan membantumu."
Taeyong beranjak dari duduknya, begitu juga dengan Yuta.
"Apa yang bisa kau bantu memangnya? Memakannya?"
Yuta terkekeh, lalu kemudian duduk di meja makan saat mereka telah sampai di dapur keluarga Lee.
"Aku bantu doa. Semoga masakanmu enak dan cepat selesai, Amin." Baik Taeyong maupun Yuta saling terkekeh.
"Percuma kau doa seperti itu, aku akan memasukan racun ke dalam makananmu."
Taeyong memulai acara memasaknya. Sedangkan Yuta hanya duduk dan terkadang melemparkan pertanyaan maupun candaan membuat suasana keduanya menjadi tak canggung.
Suara ketukan sepatu membuat keduanya terdiam. Menolehkan kepala mereka ke arah pintu dapur dan menemukan ibunya dan juga Mark sedang melihat ke arah mereka.
Yuta langsung beranjak dari tempat duduknya, membungkukkan tubuhnya dan mengucapkan salam. Ibu Taeyong hanya membalas senyuman tipis, lalu langsung pergi meninggalkan mereka bertiga.
Taeyong hanya tersenyum lirih. Ibunya sedikit berubah dari biasanya.
Biasanya ibunya akan marah-marah padanya, namun berbeda dengan sekarang. Taeyong sering melihat ibunya diam-diam memperhatikannya dalam diam, meski tetap tak membuka suara. Namun setidaknya Taeyong sudah senang ibunya memperhatikannya.
Mark masih berada disana. Mendekat ke arah Yuta yang tersenyum lebar saat melihat Mark. Mark sungguh ngeri dengan orang ini.
"Yo! Mark! My bro!" Seru Yuta.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Feeling [JAEYONG]
Fanfiction[ ✓ ] Mencari sebuah jawaban akan berbagai pertanyaan yang muncul di hatinya. Namun saat jawaban itu telah didapatkannya, mengapa takdir seolah mempermainkannya kembali? ❝ Am I in love with you? Or am I in love with the feeling? ❞ - Jaeyong...