Setiap anak tak akan ingat pada pertemuan pertama dengan ayah mereka, dan mungkin beberapa di antara mereka tak pernah memiliki pengalaman itu. Sama dengan keadaanku, aku tak pernah tahu bagaimana aku bertemu ayahku, namun aku masih ingat beberapa momen yang pernah kulalui bersama ayah.
Ayah? Aku tersenyum miris.
Aku tak terlalu ingat dengan masa kecilku. Ingatanku hanya lamat-lamat. Ayahku dulu berprofesi sebagai TNI AD. ia kerap tak pulang ke rumah. Sebulan hanya sekali datang, itu pun keesokannya ayah sudah pergi lagi. dan aku pernah ngambek karena ini. Setelah aku harus masuk SMP, ayah memasukkanku di asrama hingga aku lulus SMA. Pendidikan strataku kuhabiskan di Inggris, aku hanya memanfaatkan video call atau telepon sebagai satu-satunya alat komunikasi dengan keluargaku.
Ayah akan mengucapkan selamat saat aku berprestasi dan akan mengunjungiku saat ia libur. Namun, yang sering mengunjungiku hanya ibu.
Ketika berusia 50 tahun—tepat pada usia pensiun—ayah memutuskan untuk fokus pada usaha yang iarintis sejak muda. sebuah perusahaan property terbesar di Indonesia. Ryamizard Land Tbk. Tak puas dengan usaha property yang iageluti, ayah merambah ke dunia garment. Ibuku hanya bekerja di rumah. Dan ketika ayah terpilih sebagai salah satu anggota DPR—4 tahun lalu—saat aku menyelesaikan pendidikan strata, masalah mulai menimpa keluargaku. Hari kedatanganku dari Inggris seharusnya disambut dengan hangat, namun yang menyambutku adalah teriakan ibuku. Disusul suara keramik pecah dan pertengkaran hebat. Lalu aku menemukan dokumen keluarga yang janggal. Sudah kutanyakan kepada ayah, kenapa nama istrinya bukan nama ibuku. Ayah tak memberikan jawaban. Aku mulai mencari tahu, dan hasil yang kutemukan dari surat kabar sangat mencengangkan. Di situ ditulis, bahwa istri ayah sudah meninggal di tahun 1987. Aku dilahirkan tahun 1988, jika info yang kudapat benar, berarti ibuku adalah istri kedua ayah, tapi entah kenapa, dokumen itu tak berubah. Ibu ataupun ayah sama sekali tak menjelaskan padaku hingga aku berkesimpulan, ada penggelapan data di sini. Aku tak bisa membuktikan. Ibu—satu-satunya yang bisa kujadikan nara sumber—hanya diam, atau dia akan marah-marah jika aku mulai membahasnya.
Rupanya, selama ini, sejauh aku berjalan di usia 26 tahun, aku sudah ditipu keluargaku. Ketika mereka mengunjungiku di asrama, senyum yang mereka bawa hanyalah kepalsuan. Mereka menyembunyikan cacatnya rumah tangga mereka di depanku dengan berakting bahwa aku memiliki keluarga yang lengkap dan hangat. Atau saat sesekali aku pulang dari Inggris ketika libur semester, aku menemukan mereka bercengkrama akrab, itu tak lain hanya pura-pura.
Aku benci ini. Betapa aku tak peka pada masalah yang menimpa ibu atau ayahku.
Masalah tambah memuncak 2 tahun lalu, ibu pulang dalam keadaan kusut dan masai, ia menolak bicara padaku. Tak lama kemudian ayah datang dan terjadilah pertengkaran di antara mereka. aku sudah mencoba mendinginkan suasana, namun sepertinya bom waktu itu meledak tepat saat tekanan tak mampu lagi ditahan oleh mereka.
Setelah itu, tak ada kejelasan sama sekali dalam keluargaku. aku tak pernah tahu bagaimana kisah ayah dan ibuku dari awal bertemu hingga sekarang. Aku tak pernah tahu kenapa kartu keluarga yang dimiliki ayah mencantumkan nama wanita lain. Aku menduga, ayah dan ibu hanya menikah siri.
Kejiwaan ibu makin terguncang, awalnya aku berpikir itu hanya trauma masa lalu saja, namun lama-kelamaan, jiwanya tak stabil. Aku sudah sering dipukul ketika ia ngamuk. Dilempari menggunakan benda-benda padat yang ada di sekitarnya. Bahkan aku pernah dicekik olehnya. Bagiku, itu bukan masalah berarti. Satu-satunya masalah adalah saat kami ada di keramaian dan aku menyinggung perasaannya, ia akan meneriakiku seolah kami ada di hutan, seakan orang-orang di sekitar kami tuli semua. Dan kalau sudah begitu, beban mental yang kutanggung luar biasa beratnya. Sebagaian hatiku yang picik menyuruhku meninggalkannya, lalu aku sadar bahwa apa yang kulakukan hari ini pada ibuku tak pernah sebanding dengan apa yang ialakukan ketika aku kecil. Aku lebih memilih menerima gunjingan orang daripada menutup telinga tentang ibuku. Di dunia ini, satu-satunya wanita yang kujadikan prioritas hanya dia. Cintanya mengajarkanku banyak hal, di antaranya bertahan walau berada di tempat gelap dan mematikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga
ChickLitIjinkan aku mendoakanmu sebab hanya dengan doa aku bisa menautkan rinduku yang tak berujung. (Dante. A Xian) // Antara Pada akhirnya, aku mengerti bahwa keluarga adalah kekuatan terbesarku dalam menghadapi masalah. Jadi, wajar jika aku menjadikan ke...