HASRAT

90 7 0
                                    

Dia berada pada bangku nomer dua dari depan. Jilbab abu-abu besar membentang menutup kedua lengannya saat menulis. Sedikit mencuri pandangan dengan gambaran yang jelas. Suatu rasa membuatku berfikir dan tersenyum kecil, siapa sebenarnya kamu.

"Wey.. melamun apa hayoo.. senyum-senyum sendiri lagi.." Katanya mengagetkan lamunanku.

"Hmm.. apaan sih, Udah diem.. bu Wulan lagi jelas in tuh.." kataku santai.

"Ada yang kasmaran nih yee.. akhirnya kawanku tersayang.. punya cinta sejati.." Katanya menggodaku. "... eh, tapi terus gue sama siapa? Gajadi deh.. sama gue aja"

"udah diem ah.. bu wulan lagi jelasin tuh..." kataku sambil berbisik.

"oke oke.. abis ini gue bakal cerita ke semua orang kalau ada yang lagi jatuh cinta...hihihi" kata Dian sambil tertawa kecil.

Tak sadar dengan semua percakapan, hampir seisi kelas terfokus kepada kami. Dian yang masih meneruskan kata-kata nya ku desis untuk berhenti.

"sstt... sstt... Dian diem... kita jadi tontonan niiihh..." kataku tergupuh.

Dian menoleh kan kepala dan telihat merah merona di pipinya karena malu yang mungkin teramat sangat. Mataku diam dan berpura-pura memperhatikan bu wulan yang sedang menjelaskan materi dasar dalam menaruh sopan dan santun.

Ketika suasana kondusif kembali, akupun mencoba melihat dan memperhatikan bu wulan, tapi pikiranku tidak sedang berada di kelas. Tiba-tiba rasa khawatir, bingung dan cemas menggelayuti setiap rongga yang ada di dalam hati. Pasalnya, sudah satu tahun terakhir ini papa sibuk mengurus bisnisnya di luar negeri dan kembali ke Indonesia karena mama jatuh sakit. Apakah sebegitu besar rasa cintanya sehigga membuat papa khawatir dan pulang ke indonesia

***

Hari kedua MOS pun telah selesai, yah hari ini sangat membosankan karena penuh dengan materi. Semua pengurus OSIS sudah masuk ke dalam RO (Ruang OSIS) dan hanya tersisa aku dan Dian saja untuk memastikan semua rekan sejawat kami berkumpul untuk melakukan evaluasi kegiatan.

"kayaknya udah deh? Ya nggak..." kata dian sambil celingukan.

Aku yang sedang menyandarkan punggung di tembok dengan posisi berdiri merasa ada beberapa orang yang kurang. "Aldi, Roni dan Robi belum ada..." kataku mulai menebak-nebak akan sesuatu terjadi dengan Aldi.

"iya yah.. tinggal mereka bertiga.." belum sempat ia selesai berkata-kata aku memotongnya.

"mereka di tempatkan di seksi apa? keamanan atau humas?..." tanyaku dengan mengerutkan dahi.

Dian pun mulai membuka buku catatan yang selalu dia bawa kemanapun ia pergi. Mulai membac dan mencari. "hmm.. nah.. Aldi keamanan belakang dan Roni di.."

"oke thanks.. mulai aja evaluasinya tanpa kami.." kataku dengan sedikit berlari menuju lokasi Aldi.

"hey.. tapi.. tunggu bentar.."

Semakin ku percepat lari ku karena takut terkejar oleh Dian yang bila mana ikut malah panjang urusannya, pikir ku. Dalam lorong antara gudang dan toilet belakang sekolah ku dengar suara tinjuan yang ber kali-kali di hujamkan oleh pemilik suara.

Kulangkahkan lebih dekat namun dengan mengendap-endap ku lihat Aldi sedang babak belur dengan posisi sudah lemah kontai tak terarah. Dengan di hadapannya si Roni dan Robi yang juga telah lusuh karena mungkin terjatuh ke tanah.

"hey bro... kenapa masih di situ?" kata Aldi agak terkekeh. Spontan kedua orang di hadapannya menoleh ke arahku.

"butuh bantuan? Lawan dua banci aja nggak kuat heeeh.. merepotkan" kataku dengan nada remeh.

KU KEJAR CINTA-NYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang