SIAPA GERANGAN DIA

97 15 1
                                        


Semua pengurus pun telah datang sebelum jam setengah enam. Peserta MOS satu per satu telah terlihat dan di arahkan menuju ruang kelas yang telah mereka dapat saat pendaftaran sekolah lalu.

"Wey.. Ton, lo udah siap?" tanya Dian mengagetkanku.

"Agak sedikit canggung, tapi gapapa kan ada kamu yang pinter ngomong." timpalku bercanda.

"Eh udah semua kah ini? Udah jam tujuh nih.." tanya Dian padaku

"Entah? Bentar aku tanya sama ketua.." timpalku

Sambil mendekatkan mulutku pada HT yang ku bawa, aku bertanya pada Dyo selaku ketua OSIS.

"Kak Dyo masuk.. Kak Dyo masuk.." kataku sambil memencet tombol pada kiri HT.

"Iya.. Iya.. Masuk." sahut seseorang dari HT.

"Ini kita langsung mulai atau tunggu komando kak? soalnya udah banyak." tanyaku pada suara yang tak lain adalah Dyo.

"Iya kak di sini juga." sahut suara lain lagi.

"Yaudah kita mulai aja sekarang.." kata Dyo ke semua crew.

Dian yang sedari tadi mendengarkan percakapanku di HT pun menganggukkan kepala tanda mengerti.

Iapun masuk ke dalam ruangan kelas dan ku ikuti dari belakang.
Iapun menarik nafas panjang dan menghembuskannya kembali. Hingga iapun membuka percakapan dengan semua siswa baru.

"Assalamualaikum semua.. selamat pagi.." teriak Dian dengan wajah dan nada suara riang gembira.

"Waalaikumsalam.. Pagi kak.." sahut para peserta.

"Selamat datang untuk adik-adikku semua di sekolah kita tercinta ini.." katanya dengan enerjik.

".. Oh iya ada pepatah yang pernah bilang 'tak kenal maka tak sayang', kalian ingin tau namaku ngga?" sambung Dian

"Iya.." jawab hampir semua peserta MOS.

Aku yang sedari tadi hanya bersandar di pintu memperhatikan Dian berbicarapun, akhirnya tak tega melihatnya berbicara didepan sendiri.

"Yakin pingin tau nama kakak yang di depan?? Dia galak loh.." kataku untuk lebih mencairkan suasana.

Seisi ruanganpun tertawa mendengarnya. Dan kulihat wajah Dian memerah padam, seakan menahan malu.

"Yee.. Enak aja.. Oh iya perkenalkan semua namaku Dian kalian bisa panggil aku kak Dian." ucap Dian dengan ceria.

"Dan ini adalah partner kak Dian.. Namanya adalah.." tambah Dian menunjukku.

"Nama saya Toni kalian bisa panggil aku kak Toni, lelaki paling ganteng se-kelas XI." tambahku penuh canda.

"Ih.. Jangan lupa loh kak, disini juga ada cowok, malah lebih ganteng dari kamu kak haha." jawab Dian membuatku kikuk.

Akupun keluar kelas untuk memastikan bahwa semuanya terkendali. Namun, sesaat ku lihat ada seorang gadis yang berlari kebingungan dan berlari kearahku.

"Haah.. Haah.. Kak permisi.. Mau tanya.. Untuk.. Kelas MIA 1 dimana ya..?" tanyanya dengan nafas tersengal-sengal.

"Eh.. Kamu tarik nafas dulu, ini kok kelas MIA 1" jawabku menenangkannya.

Iapun mengambil nafas panjang dan mencoba mengatur ritme nafasnya.
Kuamati gadis ini dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ia mengenakan jilbab besar menjulur hingga menutupi tangannya.

"Maaf kak, boleh saya masuk ke dalam?" tanyanya membuyarkan lamunanku.

"Oh iya.. Silahkan masuk, lain kali jangan terlambat lagi ya." kataku tersenyum pada gadis ini.

"Iya maaf kak.." sahutnya singkat dengan melempar senyum padaku.

Akupun mempersilahkannya masuk dan mencari tempat untuk duduk.
Lalu ku hampiri Dian yang sedang mengabsen nama-nama peserta didik di depan meja guru.

"Din.. Dian.. Absennya udah kelar?"

"Udah barusan emang napa?" jawabnya dengan berbisik.

"Tadi ada anak yang terlambat, coba kamu sebutin lagi."

Iapun berdiri. "Ada yang belum dipanggil namanya?"

Benar saja, gadis tadi belum di sebut namanya, iapun mengangkat tangan. "saya kak.."

"Oh.. Silahkan maju kedepan untuk mengisi absensi." kata Dian santai.

Kemudia Dian melanjutkan dialognya dengan semua peserta MOS, sementara gadis tadi maju menuju meja guru yang ada di depan kelas.

"Permisi kak." katanya lirih padaku.

"Oh iya.. Silahkan." akupun menyodorkan kertas yang berisi nama-nama peserta MOS.

"Nama kamu siapa?" tanyaku padanya.

"Annisa" jawabnya lirih sambil mengisi absensi.

Aku hanya mengangguk tanda paham. Kulihat wajahnya cantik dan yang membuatku heran ketika memandangnya, ada rasa yang aneh. Rasa damai dan tentram, juga rasa yang tidak bisa ku definisikan.

Ia pun menyodorkan kertas absensi padaku dan ia segera kembali duduk ke kursinya.

Melihat kejadian itu Dian mendekat padaku. "Ciie ada apa hayo?" tanya dian membuatku malu.

"Hm? Apaan?" kataku bingung.

"Ah gausah sok polos ah.. Siapa cewek tadi?" katanya.

"Oh itu tadi? Namanya Annisa." kataku polos.

"Annisa.. Kaka pendamping suka sama kamu nih." ejeknya berbisik padaku.

"Apaan sih.." aku kembali tersipu.

Aku hanya berfikir, aku pernah berpacaran dengan banyak anak. Tapi, yang ini aneh rasanya. Seakan ada sesuatu yang berbeda. Tapi entah apa.

Annisa..
Itu nama yang ku ingat hari ini.
Nama yang membuat hatiku damai, yang membuat sesuatu dalam diriku tergerak dan tergugah.

~~~

t

KU KEJAR CINTA-NYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang