aku dan Dian pun dengan mudah membaur dan mengenali para peserta MOS.
Hari berganti sore, tugas dari para pendamping telah usai. Hari ini hari yang berat namun penuh arti bagiku karena aku menemukan sesuatu yang baru.
Seluruh pengurus OSIS pun berkumpul setelah kegiatan MOS selesai guna mengevaluasi kegiatan kali ini.
Kami semua duduk melingkar dan Dyo berdiri di tengah guna menyampaikan evaluasi pada hari ini."Langsung saja, jadi disini saya akan mengevaluasi kegiatan kita mulai dari awal hingga akhir menurut pandangan saya, temen-temen dan dewan guru.. Jadi..."
"Psst.." terdengar desisan suara.
"Psst.. Psst.." ku toleh suara itu
"Gimana?" tanya Sumber suara tak lain adalah Dian.
"Apanya yang gimana??" tanyaku bingung.
"Itu tuh, si Annisa?.." katanya dengan mengerutkan alis dan ekspresi mengejek.
"Maksudnya?"
"Ahh.. Tau ah.." timbrung Dian dengan wajah cemberut.
Aku masih bingung, apa maksudnya menanyakan Annisa. Tapi ah lupakan, ngapain mikir ngga penting. Batinku dalam hati, membuyarkan lamunanku sendiri
"...dan saya mohon kerja sama temen-temen semua untuk besok semoga jadi hari yang lebih baik dari sekarang."
"Aamiin.." kata semua secara serentak.
Akhirnya evaluasi pun di tutup, akupun segera pamit pada Dyo selaku ketua OSIS karena aku teringat bahwa tadi pagi mama sedang sakit.
"Kak Dyo.. Mohon maaf aku harus pulang lebih awal, karena tadi pagi mamaku sakit.." kataku meminta izinnya dan memberikan tanganku untuk bersalaman
"Oh.. Okay, thanks udah bantu hari ini. Kerjamu Bagus hari ini.." katanya sambil meraih tanganku.
"Aku juga ya broo.. Soalnya kan aku yang nganter dia.. Oke mamen??.." suara Aldi mengagetkanku dari belakang.
"Iya.. Iya.. Hati-hati di jalan ya.." ucap Dyo pada kami yang sudah berada di parkiran sepeda motor.
Aldipun memacu sepedanya keluar gerbang sekolah dan mempercepat laju kendaraannya, karena tahu mamaku sedang sakit.
Sesampai di rumah segera aku masuk ke dalam, hampir saja aku lupa Aldi telah mengantarku."Oh iya lupa... Bro ayo masuk." kataku ringan.
"Oke cuyy.." sahutnya.
Aku melangkah masuk dan membuka pintu depan rumahku.
"Maam.. Biiikk.." kataku berteriak.
"Maam... biikk.." kata Aldi mengikutiku bersuara. "Nyari apaan vroh?" katanya polos.
"Nyari mama sama bik Jihan.."
"Owh.. Mungkin keselip di lemari?" kata Aldi penuh canda.
"Makasih lho ya.. Ngebantu banget. Maa... Bik jihan..." akupun melangkah menuju kamar mama.
"Yaudah bro... Aku balik dulu ya? Bye brother.."
"Yaudah sono.. Makasih dah nganter." sahutku tak peduli.
Akupun mengambil handphone di dalam saku, dan mencari nomer telepon bik Jihan.
"Tuuut.. Tuut.."
"Halo den.. Aden sekarng dimana?" tanya bik jihan.
"Di rumah ini bik.. Kenapa?"
"Itu... Den.." sahut bik Jihan terputus
"Lho.. Kenapa toh bik?" tanyaku memastikan.
"Nyonya.."
"Kenapa mama??! Mama gapapa kan??!" akupun mulai diserang kepanikan.
"Nyonya gapapa.. Cuman sekarang sedang di rumah sakit." jelas bik Jihan.
"Apa???!" aku tersentak, dan mulai memikirkan hak buruk. "Memang mama sakit apa?? Kenapa mama? Di RS mana?? Dan.. Dan.." lanjutku sambil sesenggukan.
"Nyonya sekarang sedang istirahat, kalau aden mau kesini. Di RSUD Kota Surabaya, pav 9 nomer 203.."
Segera ku tutup telephone dan ku naiki mobil yaris hitam kesayanganku. Tanpa berganti baju terlebih dahulu, aku menginjak gas mobil hingga mobil melaju cepat.
Sesampainya di RSUD Kota Surabaya, segera kutanya kepada bagian administrasi dari rumah sakit. Kulihat sedikit wanita yang duduk di kursi administrasi masih terlihat muda. Aku berfikir dia adalah anak sekolah yang sedang menjalankan tugas prakteknya.
Dengan tergopoh-gopoh aku berlalu menuju meja administrasi hingga membuat wanita itu kaget."Permisi kak.. Ada pasien yang bernama Riska Anggraini?" kataku dengan nafas yang tersengal-sengal.
Dia hanya diam menatap diriku. Akupun menjadi bingung di buatnya. Hingga salah seorang dari temannya menyadarkan lamunannya padaku.
"Hei.. Ituloh ada orang.."
Iapun tergopoh membereskan diri dan bertanya padaku."Ada yang bisa saya bantu mas?" tanyanya dengan senyum manis.
"Ada pasien dengan nama Riska Anggraini??" aku mengulangi kagi pertanyaanku.
"Oh iya sebentar.." iapun mengambil sebuah buku dan mencari apa yang ku maksud kemudian ia membaca isi tulisan itu.
"Ibu Riska Anggraini, umur 38 tahun, menginap sejak pukul 09.43 hari ini. Di pavilion 9 nomer 203.." katanya menjelaskan.
"Oke kak.. Terimakasih." belum sampai aku melangkah jauh, akupun teringat sesuatu. "Oh iya kak.. Kalau boleh tau pasien itu punya riwayat penyakit apa ya?"
Iapun membuka kembali buku besar yang sudah di baca olehnya tadi. "Riwayat pasien saat ini terkena penyakit lupus."
"Lupus?? Oke kak makasih." akupun segera berlari mencari ruangan mana.
Ku lihat terdapat banyak pavilion, namun pavilion mamalah yang terakhir. Ku cari ke lantai dua, ku lihat kanan dan kiri aku masih berada di pavilion enam. Maka pencarian terus ku lanjutkan ke lantai tiga.
Selama aku mencari, hatiku seakan tidak tenang. Sesekali ku lihat jam tanganku, ia menunjukkan pukul enam sore. Hingga aku berhenti di depan kamar 203 dengan blok pavilion sembilan.
Ku buka pintu kamar pasien tersebut, kulihat bik jihan sedang duduk di atas sofa yang terletak disudut ruangan. Ku tengok kembali di kanan ruangan terdapat dua tempat tidur pasien, tempat tidur yang terbuka, tapi tempat tidur ke dua tertutup oleh kelambu coklat.
Segera ku hampiri bik Jihan dan memeluknya"Bik.. Gimana keadaan mama.. Maafkan Toni bik.. Toni telat pulang.." kataku dengan deraian air mata.
"Iya gapapa den.. Sstt.. Udah jangan nangis, nyonya sedang istirahat." kata bik Jihan menenangkanku.
Lalu ku letak kan tasku diatas sofa tempat bik Jihan duduk, dan mendekat pada tempat tidur pasien milik mama. Ku pegang kain kelambu yang menutupi tempat tidur mama, lalu kusingkapkan kain itu dan ku lihat mama terbaring lemas diatas tempatnya.
Aku hanya terdiam dengan seribu perasaan berkecamuk di dalam fikiran dan hati. Antara perasaan sedih, iba, marah dan kecewa bercampur aduk menjadi satu hingga membuatku tak mampu lagi berucap.
Selain satu kata yang indah, satu kata yang penuh Kasih sayang. Dengan tetesan air mata dan berdiri di depan tempat mama berbaring aku hanya berkata"MAMA..."
~~~
THANKS BUAT KALIAN YANG LOYAL WATCH AND VOTE
MY STORY
😊
YOU ARE THE BESTODORSAOr

KAMU SEDANG MEMBACA
KU KEJAR CINTA-NYA
DuchowePerubahanku yang derastis mengundang tanya semua orang yang ku cintai mungkin kata "sok alim" sudah menjadi kata yang lumrah bahkan teman-teman ku menjuluki diriku munafik.. inilah kisahku, semoga menginspirasi kalian