;15

1.9K 201 7
                                    

Irzan meluk gue erat, takut takut kalo emosi gue tersulut lagi. Ya, gimana gak emosi coba kalo gue dituduh lagi buat mesum sama anak idiot.

Sementara sabil, dia lagi duduk di sofa ruang tengah sambil mengobati badan dan mukanya yang habis gue cakar cakar.

"Lo manusia atau kucing sih." dengus sabil sembari mengobati lukanya yang ada di wajah sambil sesekali meringis kesakitan.

"Gue kucing! Sini gue cakar lagi mau lo." ujar gue hendak berjalan ke arah sabil namun irzan semakin mempererat pelukannya. "Lepasin zan!"

Irzan menggeleng pelan.

"Huh, zan lo gak bisa apa cari cewek yang warasan dikit? Jangan mau pacaran sama titisan kucing garong." ujar sabil tanpa difilter.


HEHEHEHEHEHHEHE.


















"LEPAS GAK ZAN! GAK DILEPAS KAMU YANG AKU CAKAR!"

"BUNDA MACAN CISEWUNYA NGAMUK."


"SABIL SETAN! SINI GAK LO!"

"ADUH YANG SAKIT INI KENAPA AKU JUGA DI CAKAR."

"AKU BILANG JANGAN NAHAN AKU KALO GAK MAU DICAKAR."

"ADEK INI SAKIT BEGO ADAW!"

"MATI SIA TEH MATI!!!!"




***

Gue menggerutu melihat sabil dan irzan. Sementara yang gue tatap hanya mendengus kesal ke arah gue.

"Gue jadi bener bener percaya kalo lo itu titisan macan cisewu." keluh sabil sembari mengikatkan perban di kepalanya.

Sementara itu irzan sibuk mengobati lutut gue yang memar tadi akibat kebentur sama ujung meja. "Sakit gak?" tanya irzan ke gue. Bodoh atau cemana sih udah tau memar ya pasti sakitlah, pinter.

Gue menggeleng pelan, lalu sabil mencibir ke arah gue. "Halah, mau bilang sakit tapi gengsi itu." cibir sabil lalu meletakkan obat merah ke perbannya.


Pinter gak sih? Dimana mana luka itu dikasih obat merah dulu baru diperban lah dia, di perban dulu baru dikasih obat merah. Abang gue kepinteran emang.


"Ngomong sekali lagi gue terjang lo!" seru gue. Dan sabil langsung menciut.


Irzan menyemprotkan semprotan untuk pereda rasa sakit disekitar lutut gue. "Udah jangan marah marah ntar cepet tua." ujar irzan yang berusaha mencairkan suasana.


Gue mendelik, "Jadi kalo udah tua kenapa."



"Kan jadi jelek." jawab irzan dengan tampang polosnya.


"Jadi kalo jelek kenapa? Kamu gak suka lagi gitu?! SANA PERGI SAMA LICA AJA." seru gue.


Irzan kelabakan melihat gue marah lagi. "Enggak yang kamu mau tua mau muda tetep cantik kok."


"BULLSHIT!"


"Ayang."


"JANGAN PANGGIL PANGGIL GUE ATAU GUE POTONG SI BONDAN."


Gue berjalan masuk ke kamar dan membanting pintu kamar. Tapi gue masih bisa denger percakapan sabil sama irzan di depan.

"Bondan sapa dah zan?"

"Ehehe. Aset gue bang."

"GILA LO YA NAMAIN ASET LO BONDAN ELITAN DIKIT NAPA!"

"Ehehe."

Anak berdua itu emang terlalu kepinteran.

***

Pintu kamar gue diketok berulang kali. Dan mau gak mau gue berjalan untuk ngebuka pintu kamar gue.

"Kok baru dibuka sihh." seru irzan dengan wajah yang di tekuk.


Gue memutar bola mata gue. "Gak liat apa kaki aku sakit? Susah mau jalan." ujar gue lalu menunjuk memar yang ada di dengkul gue.


"Oh iya aku lupa hehe." jawab irzan lalu irzan masuk ke dalam kamar gue. "Pinjem hp dong yang."


Gue langsung menunjuk hp yang berada di nakas meja lampu tidur gue.

Irzan dengan gesit mengambil hp gue dan duduk disamping gue. Sedangkan gue sibuk menonton drama korea kesayangan gue di laptop. Wah, coba aja di dunia nyata itu ada laki laki kaya do min joon. Tapi gue rasa kalo irzan jadi do min joon gue bakal frustasi di tinggal ilang ilangan gitu.

Gue melirik sekilas kearah irzan karena dari tadi dia menggerutu gak jelas. "Ini kenapa si billy genit banget sih sama kamu? Ini lagi si noki ngegas mulu! Si alzi sama bani malah caper! Aku gak suka ya kamu ngeladenin chat mereka." ujar irzan lalu membalas chatnya satu per satu.


Gue udah biasa ngeliat dia kaya gitu. Jadi gue biasa aja. "INI LAGI SI ALDI NGAPAIN MASIH NGECHAT KAMU?!"
























Nah, kalo yang itu baru luar biasa. Malah gue lupa lagi ngehapus chat gue sama aldi. Mampus aja gue mampus. ._.

Dia irzanku 🐾Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang