+0,8

1.3K 170 6
                                    

Gue dan yugyeom lagi di namsan tower, gak tau apa faedahnya dia bawa gue kesini.

"Whats wrong with you?" tanya yugyeom.

Gue menggeleng kecil, "Enggak apa apa."

Yugyeom menghela nafasnya pelan, "Kenapa kamu susah untuk berbagi cerita sama aku sih?" tanya yugyeom lalu mempoutkan bibirnya.

BUKAN SUSAH GOBLOK, KALO GUE CERITA ELO YANG SAKIT HATI. DASAR PIYAK.

Gue mencubit pipi yugyeom, "ahh, kyeopta gyeomie. Hehe."

Yugyeom menatap gue males, "Mulai, mengalihkan pembicaraan."

"Aniyo~" jawab gue santai.

Yugyeom tiba tiba diem, lalu natap gue dalem banget, "Kenapa gyeom?" tanya gue.

"Udah 7 tahun, 7 tahun kita kenal. Selama 7 tahun kita menjalin hubungan. Aku tau seluk beluknya kamu begitu juga kamu yang tau seluk beluknya aku." tutur yugyeom.

Tubuh gue langsung menegang mendengar penuturan yugyeom.

Yugyeom merogoh saku celananya, "Hey, (namakamu) carabella will u marry me? Aku tau aku bukan cinta pertama kamu, tapi maukah kamu menjadi cinta pertama aku yang abadi? Maukah kamu menjadi istri seorang kim yugyeom yang kekanak kanakan ini?"

Gue specheless, gue ngebekap mulut gue sendiri. "Gy— gyeom??"

Yugyeom tersenyum manis ke gue, "will you?"

Disaat gue mau menjawab iya, tiba tiba hati gue berperang. Otak gue bilang iya, hati gue bilang enggak. Gue keinget irzan di appart gue.

"Aku— aku, boleh kasih aku waktu??" cicit gue pelan.

Senyum yugyeom perlahan luntur, "Apa kamu masih belum bisa ngelupain dia??" lirih yugyeom.

"Bukan, bukan gitu gyeom."

Yugyeom menatap gue, "Jadi apa? Apa yang buat kamu kaya gini??" tanya yugyeom.

Gue menghembuskan nafas, "Aku harus memastikan sesuatu gyeom."

Yugyeom menunduk, "okay, aku kasih kamu waktu untuk berfikir. Jgn terlalu lama, kamu tau menunggu itu gak enak bukan?"

Gue mengangguk kecil lalu berhambur memeluk yugyeom, "Tunggu aku, brown."

Yugyeom membalas pelukan gue erat, sangat erat.

🖇📎🖇

Gue balik keapart gue jam 11:30 kst. Udah hampir tengah malam. Gue berjalan ke dapur dan mengambil segelas air dingin.

"Baru pulang?"

UHUK UHUK!!

Gue tersedak air minum gue sendiri, "h— hah??"

"Udah jam brp ini dan kamu baru pulang??" ucapnya lalu menghela nafas.

Gue menatap irzan cengo, "Apaa?"

Irzan menghela nafas pelan, "Gak baik anak perempuan pulang selarut ini."

Gue makin cengo ini dia kenapa?

Kesadaran gue terkumpul, "Apasih!?" ketus gue.

Irzan natap gue gak percaya, "Kamu kok jadi berubah gini?"

Gue menatap irzan sinis, "Gue berubah? Enggak tuh!"

"Kamu bukan (namakamu) yang dulu, kamu beda." lirih irzan.

"Mana ada, orang yang udah disakitin bakal bersikap baik sama orang yang udah nyakitin dia. Gue bukan malaikat yang sebaik itu." ketus gue.

Irzan menatap gue nanar, "To— tolong kamu dengerin penjelasan aku (namakamu), tolong." pinta irzan lalu menggenggam tangan gue.

"Gue gak mau!"

"Aku mohon kali ini, dengerin aku." pinta irzan dengan mata yang berkaca kaca.

"Gue bakal dengerin—"

"Beneran??? OKAY—" ucapan irzan gue potong.

"—- tapi gak sekarang." sahut gue lalu melepas genggaman tangan irzan.

Irzan tersenyum tipis, "its okay, aku tunggu kamu sampai kamu mau dengerin penjelasan aku."

Gue ngangguk tipis lalu menepuk pundak irzan, "Tidur udah malem, gue tau lo dari tadi nungguin gue balik."

Lalu gue berjalan naik kekamar, dengan perasaan yang kacau.

Gue membanting pintu kamar gue dengan keras.

"KENAPA LO BALIK LAGI DISAAT GUE UDAH ADA YUGYEOM BANGSATT!!!!!" histeris gue dengan seiring tangis gue yang pecah.

Gue beruntung kamar gue itu kedap suara, jadi mau gue teriak sehisteris apapun gak bakal kedengeran.

"—- gue takut ini yang terjadi kalo gue ketemu lo zan gue takut, gue takut gue bener bener gak bisa ngelepas elo."


Maafin gue gyeom tapi gue rasa pertahanan sedikit runtuh. Tapi gue berusaha untuk tidak kembali kedia.

Dia irzanku 🐾Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang