Nadia, Cinta Pertama #6

1.4K 22 0
                                    

Hari-hari berikutnya saat pulang sekolah pun selalu berakhir sama. Selalu diawali dengan mengejar mobil, dan pulang ke rumah dengan rantai sepeda yang kendor gara-gara dipake ngebut tiap hari. Gue juga sempat bingung. Apa yang sebenarnya dicari Nugro? Tiap hari kami ngebuntutin mobil itu tanpa ketahuan, dan selalu berakhir dengan mukanya si Nugro yang senyum-senyum gak jelas. Gue rasa ngeliatin cewek itu di sekolah aja udah cukup kan? Gak perlu sampai ngejar-ngejar kayak gitu. Hal terakhir yang gue ingat dari semua kejadian pengejaran itu adalah kata-kata Nugro sewaktu pulang sekolah yang masih gue inget sampai sekarang.

"Jer, kadang-kadang gue kepikiran untuk bisa ngobrol sama cewek itu," kata nugro sambil mengayuh pelan sepedanya. Gue dan dia sedang tidak mengejar cewek itu. Jadwal pulang kami berbeda.

"Loh, lu belum pernah ngomong sama dia?"

"Belum, Jer."

"Ya elah, ngomong ya ngomong aja kali Gro, jangan malu. Lu kan pake baju, hahaha," kata gue berusaha mencairkan suasana dan menggaringkan tulisan ini.

"Ngerasa aneh aja Jer, dia orang kaya dan gue cuma laki-laki biasa."

"Iya sih, dia naik Avanza ada AC-nya. Sedangkan lu kepanasan naik sepeda gak ada AC-nya."

"Iya juga sih."

Kami pun sampai didepan rumah cewek itu lagi. Kayuhan kami makin pelan saat melewati rumahnya. Pekarangan rumahnya sepi, mobil yang biasa dia naiki juga tidak ada. Kemungkinan dia belum pulang ke rumah. Gak ada hal menarik yang bisa dilihat siang itu dari rumah cewek itu. Tapi Nugro tetap aja gak bisa memalingkan pandanganya dari rumah itu.

"Gro, gue tau solusinya," kata gue mengacaukan fokus Nugro.

"Gimana Jer?"

"Lu beli AC aja buat sepeda lu. Biar gak kalah keren dari mobil Avanzanya dia."

"Kok lu kampret ya," kata Nugro sambil memasang wajah ngajak berantem.

"Hahahaha" gue hanya ketawa sambil bersiap-siap, siapa tahu tiba-tiba Nugro menyundul gue.

Nadia, Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang