Nadia, Cinta Pertama #9

1K 21 0
                                    

Satu kata yang melambangkan Nadia saat pertama kali gue ngeliat dia adalah 'BEDA'. Dia beda banget. Gak seperti kebanyakan adek kelas lain yang suka nebar-nebar pesona ke kakak kelas dan pake bedak tebel-tebel yang kalau di tepuk bakalan bikin debu yang setara dengan wedus gembel, nggak Nadia nggak seperti itu. Nadia punya cara jalan yang beda, dia selalu jalan dengan wajah sedikit menunduk, tidak seperti cewek lain yang kalo jalan kepalanya noleh kesana-kemari dan kalo ngeliat cowok ganteng bakal teriak, "HHHAAAAA! GANTENG BANGEEEET" trus nari-nari Saman dan gelar hajatan saking senengnya.

Nadia gak seperti itu.

Nadia juga punya cara yang beda saat tertawa, dia selalu menutup mulutnya saat tertawa, beda sama cewek lain yang kalo ketawa mulutnya di buka lebar-lebar trus bisa gue masukin nuklir rusia tiga biji ke sana. Dan senyumnya Nadia, Beeeeh! MANNNIISSS! Sirup koko-pandan yang dicampur madu trus diblender pake gula-jawa aja, bakalan kalah manis sama senyumnya Nadia. Gue harap ngeliatin dia gak bikin gue diabetes.

"Wissss, tipe gue banget," gue kagum setengah mati. Sekali lagi ketemu, bisa mati beneran mungkin gue.

"Bener kan Jer, lu sih gak percaya," Wiwi memasang muka bangga karena udah ngerasa berhasil bikin gue jatuh cinta.

"Anak kelas berapa Wi?" tanya gue penasaran.

"Sepuluh-dua Jer."

"Hah, sepuluh-dua?" kata gue sedikit tidak percaya.


Nadia, Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang