4

4.4K 272 1
                                    

Budayakan untuk menghargai karya orang lain. Tolong beri dukungannya. :)

****

Luyna melirik handphone yang sedari tadi bergetar di laci mejanya. Layar yang beberapa kali menyala merupakan tanda adanya pesan masuk. Tangannya gatal untuk sekedar membuka pesan. Rasa penasaran menggelayuti hatinya. Namun dia bimbang, wanita paruh baya di depan sana sedang mengoceh tidak jelas mengenai angka – angka yang memusingkan. Gerutuan tidak jelas beberapa kali lolos dari bibirnya yang mungil.

"Buka aja", Rey yang duduk di sebelahnya berbisik pelan, "Gue bakalan ngawasin", sambungnya kemudian.

Tersenyum sesaat, Luyna menekan layar yang menampilkan nama orang yang akhir – akhir ini menghiasi layar handphonenya.

============

Andiran Putra

Bagaimana PR nya ? Dapat nilai sempurna ?

Sel 11.45

------------

Kau sibuk ?

Sel 12.05

===========

Senyum gadis itu merekah indah. Matanya berbinar menatap layar yang menampilkan rentetan kata dari pesan yang dia terima. Beberapa kali berkirim pesan membuatnya tidak sungkan untuk membalas. Dia sudah banyak mendapat bantuan dari lelaki yang dia ketahui bernama Andrian Putra ini. PR fisika tadi pagi contohnya, suatu berkah tak terhingga mendapati angka 90 dalam tugasnya. Jari mungilnya dengan cepat bergerak di atas huruf – huruf yang muncul dalam layar.

===========

To : Andrian Putra

Tentu saja :D. Terimakasih untuk bantuannya.

Sel 12.15

==========

Matanya tidak lepas dari sana, menunggu kalau – kalau balasan datang dari lelaki di seberang sana. Tapi sudah 15 menit berlalu, balasan tidak juga datang. Bahkan bunyi bel pertanda istirahat kedua sudah berbunyi dan Rey menarik paksa lengannya menuju kantin.

"Dia kenapa ?"

Dwi yang sedari tadi mengekori kedua sahabat itu mengernyit heran ketika melihat Luyna yang menggenggam handphonenya, sikap yang jarang di lakukan gadis itu. Yang dia tahu, Luyna jarang sekali terlihat menggunakan benda itu. Jikapun iya, palingan ketika dia menerima telpon atau membalas pesan sang kakak yang kepo maksimal.

"Mentengin chat gebetan barunya", sahut Rey yang menarik kursi kantin.

"Ha ?!", teriak Dwi yang duduk di sebelahnya. Sontak Rey melindungi telinganya, Luyna menatap kaget Dwi yang melotot pada Rey. Namun kemudian menggeleng pelan, palingan berantam lagi, pikirnya.

"Eh ni bocah. Telinga princess tuli oi", sewot Rey.

"Siapa ?", tanya Dwi pada Luyna. Matanya menatap lekat gadis cantik yang duduk di hadapannya.

"Njir, gue dikacangin"

Luyna menatap Dwi bingung, kemudian beralih pada Rey yang terlihat kesal.

"Jawab Luy"

"Hah ?"

"Dia siapa ?" ulang Dwi.

"Siapa yang siapa ?", tanya balik Luyna. Keningnya mengkerut. Bukannya Dwi tadi sibuk berdebat dengan Rey ? Kenapa gue yang di tanya ?, pikirnya.

Rey memutar bola matanya, kemudian beranjak memesan makanan untuk mereka bertiga. Sepertinya sahabatnya kurang fokus karena lapar.

"Cowok yang nge-chat lo ?"

My Boyfriend Is DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang